Setelah sekian lama tak mengisi blog, akhirnya hari ini saya tergugah untuk beberes debu di sini nih hehe! Mungkin banyak yang bertanya-tanya ya, ke mana aja sih saya sampai tak juga sempat untuk menulis di blog sekian lama?
Sebenarnya, saya masih rajin menulis kok:p Hanya saja memang medianya tak lagi hanya blog saja. Untuk mengedukasi orang tua mengenai kesehatan anak, saya lebih sering menggunakan Instagram Story untuk menulis. Saya juga masih berjuang menyelesaikan draft buku Mommyclopedia seri keempat, dan tentunya penelitian-penelitian ilmiah saya. (Duh, doakan segera selesai sayaaa. Pening akutuuuu)
Oh ya, ngomong-ngomong soal Instagram nih. Jadi, seperti yang saya sebut sebelumnya, tahun ini saya lebih sering menggunakan media Instagram Story untuk mengedukasi orang tua. Why? Kalau sudah mengikuti blog saya sejak dulu mungkin sudah paham benar nih, saya memulai mengedukasi sebenarnya sudah sejak lama, lebih dari 10 tahun lalu. Lewat blog, buku, dan lain sebagainya. Hanya saja, saya merasa selama ini apa yang saya sampaikan masih belum terlalu memberikan dampak bagi banyak orang.
Tuesday, December 25, 2018
Friday, June 8, 2018
Geneva day-2
Jauh hari sebelumnya, saya sudah mencatat baik-baik acara apa saja yang ingin saya ikuti selama kongres. Nah di hari pertama kongres, saya sudah berencana untuk mengikuti breakfast symposium yang diadakan pukul 07.15. Karena tidak memungkinkan untuk saya naik taksi atau Uber dari apartemen (baca cerita sebelumnya ya!), saya memerika jadwal public transportation yang rupanya berangkat dari bus stop depan apartemen pukul 06.27. Di Eropa, jam tsb terbilang sangat pagi, apalagi untuk hitungan weekend. Jadilah saya sudah stand by di bus stop sejak 06.25. Hujan turun tak berhenti sejak semalam sebelumnya. Tapi tunggu punya tunggu, jam saya sudah menunjukkan pukul 06.40, namun bis tetap juga tak kunjung muncul. Tahu tidak, akhirnya muncul jam berapa? 07.17! Kzl bgt. Saya sudah mengomel panjang lebar curhat ke suami deh. Dikata enak apa, menunggu di bawah hujan, kedinginan, bisnya telat lama banget pula.
Walaupun sedikit terlambat, saya masih sempat mengikuti acara yang saya minati, alhamdulillah. Pembicaranya, prof. Alexander Lapillone adalah salah satu mentor saya saat mengikuti Masterclass di Rotterdam. Kami sempat berbincang-bincang seusai acara. Menyenangkan deh mengetahui kalau beliau masih mengingat saya:D
Seharian penuh saya mengikuti acara kongres. Kemudian diingatkan oleh email untuk menerima penghargaan Young Investigator Award. Ini adalah penghargaan internasional pertama saya, jadi duh menerimanya saja sampai gemetar hahaha.
Semoga bukan yang terakhir ya!:D
Walaupun sedikit terlambat, saya masih sempat mengikuti acara yang saya minati, alhamdulillah. Pembicaranya, prof. Alexander Lapillone adalah salah satu mentor saya saat mengikuti Masterclass di Rotterdam. Kami sempat berbincang-bincang seusai acara. Menyenangkan deh mengetahui kalau beliau masih mengingat saya:D
Seharian penuh saya mengikuti acara kongres. Kemudian diingatkan oleh email untuk menerima penghargaan Young Investigator Award. Ini adalah penghargaan internasional pertama saya, jadi duh menerimanya saja sampai gemetar hahaha.
Semoga bukan yang terakhir ya!:D
Thursday, June 7, 2018
Rotterdam, Packing dan Geneva
Weekend terakhir di Belanda, saya habiskan dengan memenuhi undangan
lunch dari kolega. Kolega saya ini sebetulnya sudah pensiun, tapi kami
sempat berjumpa saat beliau mengunjungi Indonesia beberapa tahun lalu.
Rencananya, beliau akan menjemput kami di apartemen, membawa kami ke
Rotterdam, dan mengajak kami berkeliling hingga sore di sana.
Selama di Belanda, saya sudah mengunjungi Rotterdam 4x, sehingga awalnya saya ogah-ogahan berangkat kembali ke sana. Walaupun memang indah, tapi karena kecil, apalagi sih yang bisa dilihat?
Jawabannya ternyata..banyak! Selama 3x sebelumnya, setiap mengunjungi Rotterdam, cuaca selalu sedang tak bersahabat. Entah hujan berkepanjangan, entah mendung seharian atau dingin minta ampun. Hari itu, cuaca cerah, matahari bersinar sepanjang hari dengan suhu sekitar 25 derajat Celcius. Ideal banget kan ya?
Kami dijemput pukul 10 pagi di apartemen, lalu berangkat ke Rotterdam melewati jalanan yang indah. Biasanya, kami berangkat ke sana dengan kereta sehingga tentulah pemandangannya jauh berbeda. Di kiri kanan, bolak/i saya melihat sawah yang luas dengan kumpulan sapi bahkan kuda. Bagus deh!
Selama di Belanda, saya sudah mengunjungi Rotterdam 4x, sehingga awalnya saya ogah-ogahan berangkat kembali ke sana. Walaupun memang indah, tapi karena kecil, apalagi sih yang bisa dilihat?
Jawabannya ternyata..banyak! Selama 3x sebelumnya, setiap mengunjungi Rotterdam, cuaca selalu sedang tak bersahabat. Entah hujan berkepanjangan, entah mendung seharian atau dingin minta ampun. Hari itu, cuaca cerah, matahari bersinar sepanjang hari dengan suhu sekitar 25 derajat Celcius. Ideal banget kan ya?
Kami dijemput pukul 10 pagi di apartemen, lalu berangkat ke Rotterdam melewati jalanan yang indah. Biasanya, kami berangkat ke sana dengan kereta sehingga tentulah pemandangannya jauh berbeda. Di kiri kanan, bolak/i saya melihat sawah yang luas dengan kumpulan sapi bahkan kuda. Bagus deh!
Saturday, May 26, 2018
Meet Up, Utrecht dan Keukenhoff
Selama saya menjalani fellowship di Amsterdam, ada 2 orang teman saya juga yang menjalani fellowship di Groningen, kota yang terletak sekitar 2.5 jam dari Amsterdam. Sejak sebelum berangkat, kami sudah selalu kontak untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Nah, karena mereka terjadwal pulang ke Indonesia lebih dulu, kami memutuskan untuk meet up. Iya dong, masa sama-sama di Belanda sekian lama, sekali pun tak pernah berjumpa:D
Kami janjian bertemu di pusat kota, tepatnya di tempat makan pancake yang cukup terkenal di Amsterdam. Ngomong-ngomong, saya sukaaa sekali dengan pancake khas Belanda ini. Sebenarnya mirip D'Crepes yang banyak dijumpai di pusat perbelanjaan di Indonesia, tapi adonannya dimasak lebih lembut dan "basah". Dipadu dengan Nutella kesukaan saya, hmmmm yumy!
Sebetulnya, kami janjian bertemu pukul 3 sore. Namun karena saya harus ke VUmc, rumah sakit tempat saya fellow juga untuk mengembalikan nametag dan white coat, saya berangkat sejak pagi. Dari VUmc, saya manfaatkan waktu berjalan-jalan mengelilingi pusat kota. Walaupun bukan weekend, Amsterdam ramaaai sekali. Rupanya di Belanda, minggu pertama Mei adalah waktu liburan panjang untuk anak sekolah, namanya May Vacantie, entah apa yang dirayakan:p
Kami janjian bertemu di pusat kota, tepatnya di tempat makan pancake yang cukup terkenal di Amsterdam. Ngomong-ngomong, saya sukaaa sekali dengan pancake khas Belanda ini. Sebenarnya mirip D'Crepes yang banyak dijumpai di pusat perbelanjaan di Indonesia, tapi adonannya dimasak lebih lembut dan "basah". Dipadu dengan Nutella kesukaan saya, hmmmm yumy!
Sebetulnya, kami janjian bertemu pukul 3 sore. Namun karena saya harus ke VUmc, rumah sakit tempat saya fellow juga untuk mengembalikan nametag dan white coat, saya berangkat sejak pagi. Dari VUmc, saya manfaatkan waktu berjalan-jalan mengelilingi pusat kota. Walaupun bukan weekend, Amsterdam ramaaai sekali. Rupanya di Belanda, minggu pertama Mei adalah waktu liburan panjang untuk anak sekolah, namanya May Vacantie, entah apa yang dirayakan:p
Friday, May 25, 2018
Farewell, King's Day dan Belgia
Menjelang berakhirnya masa fellowship di Belanda, saya bukan main merasa gaduh gelisah. Apa pasal? Saya sangat menyukai pekerjaan selama di Belanda, benar-benar enjoy. Saya berkesempatan bekerja sama, mendapat pengalaman baru, mendapat bimbingan dari orang-orang hebat di bidangnya. Unforgettable deh! Di satu sisi saya senang karena akan segera bertemu Naya, tapi di sisi lain saya sedikit berat meninggalkan Belanda dengan segala keteraturannya.Terbayang begitu kembali ke Indonesia, bye-bye on time! Saya selalu berusaha on time dalam setiap kegiatan, tapi rupanya sedikit sekali orang yang sama menghargai waktunya dengan saya. Bayangkan ya, bukan hanya sekali dua kali lho ini. Misalnya saya diundang rapat jam 9 pagi. Saya sudah datang sejak jam 9 kurang 15, nyatanya karena belum ada yang hadir, rapat baru dimulai jam 9.45. Sounds familiar to you? Berapa lama tuh waktu saya terbuang yang sebetulnya bisa sangat bermanfaat jika dikerjakan untuk hal lain selain menunggu?
Kegalauan saya bertambah setelah profesor saya di AMC menawari saya pekerjaan sebagai staf tetap dokter spesialis anak bagian metabolik di sana. Saya hanya perlu kursus bahasa Belanda, sementata license dan yang lainnya akan diurus sampai selesai oleh profesor saya.
Kegalauan saya bertambah setelah profesor saya di AMC menawari saya pekerjaan sebagai staf tetap dokter spesialis anak bagian metabolik di sana. Saya hanya perlu kursus bahasa Belanda, sementata license dan yang lainnya akan diurus sampai selesai oleh profesor saya.
Thursday, May 24, 2018
Den Haag, Piknik dan Aalkmar
Weekend adalah (selalu!) waktu yang paling saya tunggu-tunggu selama di Belanda. Mengapa? Selain karena weekend adalah waktu bebersih apartemen dan makan masakan Indonesia, saat weekend pulalah saya memiliki banyak kesempatan untuk mengeksplorasi Belanda.
Weekend ini, kebetulan saya dan suami diundang oleh sejawat suami untuk makan malam di Den Haag, kota berjarak sekitar 51 km dari Amsterdam. Kok jauh amat? Mignon, nama sejawat suami saya itu, berdomisili di Den Haag. Setiap hari, ia pulang pergi Den Haag-Amsterdam dengan mengendarai mobil. Tak terasa jauh sih karena lalu lintas yang sangat teratur, jarak sedemikian bisa ditempuh dalam waktu kurang dari sejam. Apalagi kalau naik kereta (yang btw, sangat nyaman, selalu tepat waktu, jadwalnya pun ada hampir 40x keberangkatan per harinya).
Kami janjian bertemu di hall rumah sakit pukul 6 sore. Nyatanya, karena Mignon harus memperpanjang waktu operasi, jadwalnya molor sampai jam 19.30. Hahaha, saya sudah kelaparan, ngantuk, dan kedinginan:p Kami berangkat dari AMC menuju Den Haag dengan naik mobilnya. Sepanjang perjalanan, saya sudah tak kuasa menahan kantuk. Entah berapa kali deh saya menguap.
Weekend ini, kebetulan saya dan suami diundang oleh sejawat suami untuk makan malam di Den Haag, kota berjarak sekitar 51 km dari Amsterdam. Kok jauh amat? Mignon, nama sejawat suami saya itu, berdomisili di Den Haag. Setiap hari, ia pulang pergi Den Haag-Amsterdam dengan mengendarai mobil. Tak terasa jauh sih karena lalu lintas yang sangat teratur, jarak sedemikian bisa ditempuh dalam waktu kurang dari sejam. Apalagi kalau naik kereta (yang btw, sangat nyaman, selalu tepat waktu, jadwalnya pun ada hampir 40x keberangkatan per harinya).
Menunggu di hall rumah sakit. Saya terlihat ngantuk ya:)) |
Wednesday, May 23, 2018
Adult Metabolic, Presentasi dan Kartini
Sekian minggu berada di Belanda, lama-lama saya dapat beradaptasi dengan sangat baik terhadap situasi bekerja di sini. Saya sudah terbiasa menganamnesis pasien dengan detail (harap maklum ya, waktu yang tersedia sangat cukup. Kalau di Indonesia, banyakan pasiennya daripada waktunya:p), berdiskusi dengan mendalam, hingga membuka update artikel ilmiah terbaru pada saat berpraktik.
Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, selain di poli Metabolik Anak, saya pun bertugas di poli Metabolik Dewasa. Ini benar-benar pengalaman baru bagi saya, karena di Indonesia, saya belum pernah bertemu pasien metabolik di atas usia anak. Setahu saya, semua pasien metabolik sudah meninggal duluan sebelum mencapai usia dewasa (di Indonesia). Makanya, melihat betapa ternyata mereka bisa hidup secara berkualitas (baca: tak terlihat sakit, bisa berkeluarga, bisa bekerja, hidup secara normal) hingga di usia kakek nenek merupakan insight baru buat saya.
Saya beruntung mendapat kesempatan bekerja sama dengan orang-orang terbaik di bidang ini di Belanda. Bayangkan deh, saya bisa berdiskusi dengan nama-nama yang biasanya hanya saya baca di jurnal-jurnal ilmiah. Rasanya tuh, hmmmm, tak terungkapkan:p
Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, selain di poli Metabolik Anak, saya pun bertugas di poli Metabolik Dewasa. Ini benar-benar pengalaman baru bagi saya, karena di Indonesia, saya belum pernah bertemu pasien metabolik di atas usia anak. Setahu saya, semua pasien metabolik sudah meninggal duluan sebelum mencapai usia dewasa (di Indonesia). Makanya, melihat betapa ternyata mereka bisa hidup secara berkualitas (baca: tak terlihat sakit, bisa berkeluarga, bisa bekerja, hidup secara normal) hingga di usia kakek nenek merupakan insight baru buat saya.
Saya beruntung mendapat kesempatan bekerja sama dengan orang-orang terbaik di bidang ini di Belanda. Bayangkan deh, saya bisa berdiskusi dengan nama-nama yang biasanya hanya saya baca di jurnal-jurnal ilmiah. Rasanya tuh, hmmmm, tak terungkapkan:p
Thursday, April 19, 2018
Bakso, Sakura dan Amstelveen
Kata orang, kalau di luar negeri, yang pertama dirindukan pasti adalah makanan di negara kita sendiri. Belajar dari pengalaman sebelumnya, saya mempersiapkan banyak sekali makanan (sambal sih terutama) untuk dibawa ke Belanda dari Indonesia. Jadi urusan persambalan, beres! Saya pun sudah melakukan survey di mana saja toko atau supermarket yang menjual makanan atau snack khas Indonesia. Enaknya di Belanda, karena memiliki hubungan "khusus" dengan Indonesia, dan banyak orang Indonesia di sini, mudah sekali menemukan restoran Indonesia.
Jadi kalau sewaktu-waktu ingin makan tempe, rendang, sate, sampai gado-gado, jangan sedih. Tinggal googling restoran Indonesia terdekat. Pasti ada! Demikian pula dengan snack, minuman atau perbumbuan. Mulai dari teh kotak, indomie, kue mangkok, lemper, pastel, risoles, sus, apalah semua ada di Belanda. Jadi tak pernah rindu makanan Indonesia dong Met?
Jadi kalau sewaktu-waktu ingin makan tempe, rendang, sate, sampai gado-gado, jangan sedih. Tinggal googling restoran Indonesia terdekat. Pasti ada! Demikian pula dengan snack, minuman atau perbumbuan. Mulai dari teh kotak, indomie, kue mangkok, lemper, pastel, risoles, sus, apalah semua ada di Belanda. Jadi tak pernah rindu makanan Indonesia dong Met?
Wednesday, April 18, 2018
Memasak, Bumbu Instan dan Liliput:p
Hampir memasuki bulan ke-3 di Belanda, sepertinya sedikit banyak saya sudah beradaptasi dengan lumayan baik. Kalau dulu saya masih ngomel panjang lebar kedinginan di suhu 15 derajat, sekarang di suhu 12 derajat saja saya berani ke luar rumah tanpa long john:D Masalah adaptasi pun bisa terlihat dari waktu. Sebelumnya, saya sulit berkompromi dengan waktu tidur malam hari di Belanda. Maklum, jam 9 malam saja masih terang benderang. Bagaimana bisa tidur?
Tapi sekarang, jam 9 atau jam 10 malam, walau seterang apapun, tidur ya tidur saja hehe. Lama-lama pun saya mengikuti pola hidup orang Belanda. Awalnya, saya sering kali kebingungan melihat orang sini yang aneh -menurut saya-:p Bayangkan ya, pagi hari mereka berangkat bekerja hanya sarapan sepotong roti, makan siang di tempat kerja, lagi-lagi sepotong roti atau salad dan buah. Kemudian baru malam harinya mereka makan besar. Rupanya sih ini dikarenakan waktu yang mepet untuk memasak dan mempersiapkan makanan. Kalau malam kan waktunya cukup panjang, jadi sempatlah untuk memasak dulu.
Sekarang giliran saya yang demikian. Setiap pagi, saya hanya sarapan sepotong roti, lalu kalau sempat (karena sibuk sekali di rumah sakit), siangnya makan yoghurt. Baru malamnya, saya bisa memasak untuk makan malam. Eh? Saya? Memasak? Iyaaa, engga salah baca kok hahaha. Ini salah satu bentuk adaptasi saya selama di Belanda:p
Metabolic Pediatricians. Kalau duduk begini, ga kelihatan betapa jauh tinggi kita hehe |
Tapi sekarang, jam 9 atau jam 10 malam, walau seterang apapun, tidur ya tidur saja hehe. Lama-lama pun saya mengikuti pola hidup orang Belanda. Awalnya, saya sering kali kebingungan melihat orang sini yang aneh -menurut saya-:p Bayangkan ya, pagi hari mereka berangkat bekerja hanya sarapan sepotong roti, makan siang di tempat kerja, lagi-lagi sepotong roti atau salad dan buah. Kemudian baru malam harinya mereka makan besar. Rupanya sih ini dikarenakan waktu yang mepet untuk memasak dan mempersiapkan makanan. Kalau malam kan waktunya cukup panjang, jadi sempatlah untuk memasak dulu.
Sekarang giliran saya yang demikian. Setiap pagi, saya hanya sarapan sepotong roti, lalu kalau sempat (karena sibuk sekali di rumah sakit), siangnya makan yoghurt. Baru malamnya, saya bisa memasak untuk makan malam. Eh? Saya? Memasak? Iyaaa, engga salah baca kok hahaha. Ini salah satu bentuk adaptasi saya selama di Belanda:p
Wednesday, April 4, 2018
Giethoorn, Rotterdam dan Zaanse Schans
Sejak awal minggu, saya (dan semua kolega saya di rumah sakit) sudah sangat excited menyambut liburan paskah. Libur kali ini cukup panjang di Belanda, mulai dari hari Jumat hingga Senin, dan baru masuk kembali Selasa. Rupanya bukan hanya tenaga medis saja yang tak sabar menanti weekend, demikian pula halnya dengan pasien yang semua memilih datang sebelum libur. Asli, overload pekerjaan! Hahahaha.
Di Belanda, mayoritas penduduknya tidak beragama. Hanya sekitar 30% saja yang beragama, 17% diantaranya kristiani, dan 14% diantaranya muslim. Kebanyakan kolega saya pun tidak beragama sehingga seringkali mereka terkaget-kaget melihat saya ijin sholat.
X: "Meta, kok kamu sering banget sih berdoanya? Emang berapa kali sehari?'
M: "Yang wajib 5x, tapi sunnah bisa juga banyak."
X: "Whaaat? Wow, i cant imagine that!"
Suatu saat, saya datang ke rumah sakit untuk sarapan di sana, tidak di apartemen seperti biasanya.
Y: "Met, kok tumben kamu sarapan di sini?"
M: "Iya, saya tadi telat bangun. Jam 6 pagi baru bangun. Semalam baru tidur jam 10 lebih karena menunggu waktu Isya. (FYI, saat ini waktu sholat shubuh di Belanda sekitar 5 lebih 15 pagi, dhuhur sekitar jam 13.45, ashar 17.20, maghrib 20.20 dan Isha sekitar 22.15. Dan ini akan mundur terus lho! Nanti di akhir April, waktu Ishanya adalah jaaaam 11 malam alias 23.00 saudara-saudara!).
Y: "Wah, jadi kamu harus nunggu sampai jam 22.15 baru bisa tidur? Wow, i cant imagine!"
Giethoorn |
Di Belanda, mayoritas penduduknya tidak beragama. Hanya sekitar 30% saja yang beragama, 17% diantaranya kristiani, dan 14% diantaranya muslim. Kebanyakan kolega saya pun tidak beragama sehingga seringkali mereka terkaget-kaget melihat saya ijin sholat.
X: "Meta, kok kamu sering banget sih berdoanya? Emang berapa kali sehari?'
M: "Yang wajib 5x, tapi sunnah bisa juga banyak."
X: "Whaaat? Wow, i cant imagine that!"
Suatu saat, saya datang ke rumah sakit untuk sarapan di sana, tidak di apartemen seperti biasanya.
Y: "Met, kok tumben kamu sarapan di sini?"
M: "Iya, saya tadi telat bangun. Jam 6 pagi baru bangun. Semalam baru tidur jam 10 lebih karena menunggu waktu Isya. (FYI, saat ini waktu sholat shubuh di Belanda sekitar 5 lebih 15 pagi, dhuhur sekitar jam 13.45, ashar 17.20, maghrib 20.20 dan Isha sekitar 22.15. Dan ini akan mundur terus lho! Nanti di akhir April, waktu Ishanya adalah jaaaam 11 malam alias 23.00 saudara-saudara!).
Y: "Wah, jadi kamu harus nunggu sampai jam 22.15 baru bisa tidur? Wow, i cant imagine!"
Monday, March 26, 2018
Stunted, Meet Up dan Ulekan
Memasuki minggu ke-4 alias bulan pertama di Amsterdam, saya merasa hari semakin cepat berlalu. Mungkin karena sudah sangat beradaptasi dengan cuaca di sini, mungkin juga karena kesibukan yang sangat padat. Saking padatnya, saya seringkali harus berlari-lari dari satu gedung ke gedung yang lain. Wah benar-benar tak terasa sudah sebulan berada di sini. Belum lagi karena banyak tugas yang harus saya kerjakan.
Lihat deh, di antara kami semua (dokter anak, perawat, mahasiswa, dan saya), saya yang paling pendek alias paling stunted. Jadi bisa dibayangkan yaa kalau sedang visite atau berjalan, satu langkah mereka sama dengan 5-6 langkah saya. Buat mereka sih sepertinya berjalan cepat, tapi buat saya rasanya berlari-lari terus! Biar deh, semoga setelah ini saya jadi semakin langsing ya hahaha. #ngarep Makanya, pantas saja kalau waktu jadi terasa cepat kala di rumah sakit. Wong lari-larian terus.
Team Pediatric Metabolic |
Sunday, March 18, 2018
Last Day in Rotterdam
Walaupun saya mengira akan terlambat bangun pagi ini karena tidur sangat larut malam sebelumnya, namun pagi hari benar, mata saya sudah terbuka lebar. Menunggu waktu subuh dengan menulis blog, membalas email, dan beberes, saya sudah siap untuk menjalani hari Masterclass terakhir ini. Rencananya sih, acara akan selesai pukul13.00.
Materi yang diberikan sebagai pemungkas dan penutup acara sebetulnya kurang terlalu berhubungan dengan praktik saya sehari-hari, walaupun begitu menyenangkan sekali mengikuti diskusi orang-orang pintar dari banyak negara ini:D Rotterdam saat itu sangat berawan, dan menurut ramalan cuaca akan hujan seharian. Waktu coffee break, saya sempatkan untuk kembali ke kamar, packing dan check-out. Rencananya, begitu acara selesai, saya akan mengejar kereta ke stasiun pusat Rotterdam untuk naik kereta kembali ke Amsterdam.
Acara tepat selesai pukul 13.00 (benar lho, tak kurang dan tak lebih semenit pun!). Begitu selesai, mengambil sertifikat, saya langsung lari menuju stasiun metro karena menurut aplikasi 9292 yang saya download, kereta menuju stasiun pusat Rotterdam akan berangkat tepat pukul 13.07 (dan memang benar, sangat tepat waktu hingga ke menitnya).
See you, Rotterdam! Source: Google |
Acara tepat selesai pukul 13.00 (benar lho, tak kurang dan tak lebih semenit pun!). Begitu selesai, mengambil sertifikat, saya langsung lari menuju stasiun metro karena menurut aplikasi 9292 yang saya download, kereta menuju stasiun pusat Rotterdam akan berangkat tepat pukul 13.07 (dan memang benar, sangat tepat waktu hingga ke menitnya).
Saturday, March 17, 2018
Rotterdam Day-2
Hari ke-2 di Rotterdam sebetulnya diawali dengan Running Clinic oleh salah satu atlet olimpiade Belanda. Jadi pagi sekali, kami semua diajak berkeliling kota Rotterdam dengan berlari, sekaligus diajari beberapa teknik basic lari. Sayangnya, saya tidak ikut karena beberapa hari lalu terkilir. (Ternyata salju itu super licin, Jenderal!:))).
Jadilah saya mengawali pagi dengan sarapan, kemudian megikuti workshop sejak awal. Materi hari ini relatif lebih berat namun sangat berhubungan dengan apa yang saya kerjakan sehari-hari. Satu hal yang sempat membuat saya terkaget-kaget adalah saat seorang pembicara presentasi, banyak sekali interupsinya. Ada yang memberikan pendapat, ada yang bertanya, dan semua orang dalam ruangan tampak biasa saja. Coba kalau di Indonesia, pasti sudah dicap tak sopan kan ya? Well, mungkin memang beda budaya.
Saat coffee break, saya sempat mendatangi salah satu pembicara, seorang profesor dari Paris yang terkenal karena ilmunya tentang lemak. Kebetulan saat ini saya sedang mengerjakan penelitian mengenai lemak, sehingga ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan. Modal nekad saja, karena apalah saya yang hanya remahan Oreo ini dibanding beliau:p
Jadilah saya mengawali pagi dengan sarapan, kemudian megikuti workshop sejak awal. Materi hari ini relatif lebih berat namun sangat berhubungan dengan apa yang saya kerjakan sehari-hari. Satu hal yang sempat membuat saya terkaget-kaget adalah saat seorang pembicara presentasi, banyak sekali interupsinya. Ada yang memberikan pendapat, ada yang bertanya, dan semua orang dalam ruangan tampak biasa saja. Coba kalau di Indonesia, pasti sudah dicap tak sopan kan ya? Well, mungkin memang beda budaya.
Saya kayak anak SMP nyasar ya:)) |
Saat coffee break, saya sempat mendatangi salah satu pembicara, seorang profesor dari Paris yang terkenal karena ilmunya tentang lemak. Kebetulan saat ini saya sedang mengerjakan penelitian mengenai lemak, sehingga ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan. Modal nekad saja, karena apalah saya yang hanya remahan Oreo ini dibanding beliau:p
Friday, March 16, 2018
Rotterdam Day-1
Beberapa bulan saat senior saya memberitahu bahwa akan ada acara Masterclass mengenai nutrisi parenteral yang diadakan oleh ESPGHAN (European Society of Pediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition) di Rotterdam, saya sudah sangat tertarik. Topik yang dibahas semua berhubungan dengan pekerjaan saya sehari-hari, dan pas banget dengan penelitian yang sedang saya kerjakan. Waaah, mupeng!
Tambah mupeng lagi ketika saya melihat bahwa untuk mengikuti acara ini, hanya diperlukan biaya registrasi sebesar 50 Euro, dan itu sudah termasuk menginap 2 malam di hotel berbintang 4, makan siang selama acara, makan malam selama acara, materi course dan coffee break. Iseng saya intip di booking.com, biaya hotelnya saja semalam sekitar 125-150 Euro/malam. Glek. Bangkrut deh saya kalau harus bayar sendiri:)))
Tentu karena itu pula, tak semua yang mendaftar bisa diterima. Kami diharuskan mengirimkan abstrak case report, kemudian nantinya top 40 dari semua kiriman tersebut yang diperbolehkan mengikuti acara. Berhubung saya sedang berada di Amsterdam (dan biaya transportasi Amsterdam-Rotterdam jauh lebih murah dibanding Indonesia - Rotterdam:p-, saya putuskan untuk mendaftar walaupun tak yakin akan terpilih. Ya sudahlah, terpilih Alhamdulillah, tidak pun tak rugi apa-apa:D
Alhamdulillah, beberapa hari sebelum berangkat ke Belanda, saya mendapat email notifikasi bahwa saya diperbolehkan mengikuti acara ini yaaay!
Tambah mupeng lagi ketika saya melihat bahwa untuk mengikuti acara ini, hanya diperlukan biaya registrasi sebesar 50 Euro, dan itu sudah termasuk menginap 2 malam di hotel berbintang 4, makan siang selama acara, makan malam selama acara, materi course dan coffee break. Iseng saya intip di booking.com, biaya hotelnya saja semalam sekitar 125-150 Euro/malam. Glek. Bangkrut deh saya kalau harus bayar sendiri:)))
Tentu karena itu pula, tak semua yang mendaftar bisa diterima. Kami diharuskan mengirimkan abstrak case report, kemudian nantinya top 40 dari semua kiriman tersebut yang diperbolehkan mengikuti acara. Berhubung saya sedang berada di Amsterdam (dan biaya transportasi Amsterdam-Rotterdam jauh lebih murah dibanding Indonesia - Rotterdam:p-, saya putuskan untuk mendaftar walaupun tak yakin akan terpilih. Ya sudahlah, terpilih Alhamdulillah, tidak pun tak rugi apa-apa:D
Alhamdulillah, beberapa hari sebelum berangkat ke Belanda, saya mendapat email notifikasi bahwa saya diperbolehkan mengikuti acara ini yaaay!
Wednesday, March 14, 2018
Online Shopping, MyPUP dan VUmc
Who doesn't like online shopping?Di Indonesia, sepanjang tahun 2016 saja ada 24,73 juta orang yang melaksanakan belanja secara online. Saya? Jangan ditanya. Sejak mengenal belanja online, hampir tidak pernah lagi berbelanja secara offline. Lebih praktis, hemat, dan mudah sih! Saya yakin banyak juga orang selain saya yang lebih menggemari belanja online.
Sumber: MyPUP |
Di Belanda pun ternyata demikian. Para penduduk Belanda yang jam kerjanya lumayan panjang (dari jam 8-17) mengaku lebih suka berbelanja online. Saat weekend, mereka biasanya malas kalau harus berbelanja ke pusat kota karena ramai turis yang berkunjung. Apalagi kalau cuaca sedang tidak mendukung. Jadi, belanja online sajalah. Masalahnya, tidak seperti di Indonesia, apartemen atau hunian lain di Belanda kebanyakan pasti kosong saat jam kerja, jam-jam dimana paket diantar. Kalau di Indonesia, ada ART, bisa dititipkan ke tetangga dsb. Nah, di Belanda, semua orang bekerja atau sekolah saat jam kerja. Tetangga? Boro-boro kenal haha. Lalu bagaimana?
Tuesday, March 13, 2018
Den Haag Experience
Minggu kemarin, saya mengantarkan suami yang luar biasa kurang kerjaan sekali mengikuti acara marathon di tengah dinginnya udara ini dimana tentu lebih menyenangkan tidur siang, di kota The Hague alias Den Haag. Saya, tentunya, tidak berminat untuk mengikuti acara ini. Tapi, penasaran juga ingin mengetahui seperti apa sih situasi di ibu kota pemerintahan negara Belanda? Jadilah saya putuskan untuk ikut. Sekalian memberi support ceritanya:p
Jarak Den Haag dengan Amsterdam tidaklah begitu jauh, sekitar 53 kilometer tepatnya, dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit dengan kereta api. Cuaca Amsterdam weekend kemarin sungguh menyenangkan dan menghibur hati. Walaupun sejak pagi hujan turun tak henti, tapi suhunya mencapai 15 derajat di siang hari. Semoga terus naik sampai mencapai 20 derajat ya, supaya saya tak perlu memakai baju dan celana berlapis-lapis setiap harinya. Bukannya apa, susah euy kalau mau ke kamar mandi:p
Perjalanan ditempuh dengan sangat nyaman. Kereta cepat, bersih, hangat (penting buat saya) dan tidak berisik sama sekali. Enak deh, hampir saja saya tertidur dibuatnya. Seisi kereta dipenuhi oleh banyak orang yang mengenakan baju serta sepatu lari. Pasti deh ini peserta event lari yang diikuti suami saya juga.
Sementara suami sudah mulai gaduh gelisah entah kenapa (sepertinya takut tidak bisa finish:p), saya pun ikut gaduh gelisah memikirkan akan pergi ke mana saja. Kata mama saya yang sudah pernah ke Den Haag, karena di sana ada kantor KBRI Indonesia, sangat mudah menemukan makanan Indonesia. Makanya, saya malah sibuk googling rumah makan Indonesia haha. Maaf, sudah super kangen dengan tempe!
Jarak Den Haag dengan Amsterdam tidaklah begitu jauh, sekitar 53 kilometer tepatnya, dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit dengan kereta api. Cuaca Amsterdam weekend kemarin sungguh menyenangkan dan menghibur hati. Walaupun sejak pagi hujan turun tak henti, tapi suhunya mencapai 15 derajat di siang hari. Semoga terus naik sampai mencapai 20 derajat ya, supaya saya tak perlu memakai baju dan celana berlapis-lapis setiap harinya. Bukannya apa, susah euy kalau mau ke kamar mandi:p
Perjalanan ditempuh dengan sangat nyaman. Kereta cepat, bersih, hangat (penting buat saya) dan tidak berisik sama sekali. Enak deh, hampir saja saya tertidur dibuatnya. Seisi kereta dipenuhi oleh banyak orang yang mengenakan baju serta sepatu lari. Pasti deh ini peserta event lari yang diikuti suami saya juga.
Sementara suami sudah mulai gaduh gelisah entah kenapa (sepertinya takut tidak bisa finish:p), saya pun ikut gaduh gelisah memikirkan akan pergi ke mana saja. Kata mama saya yang sudah pernah ke Den Haag, karena di sana ada kantor KBRI Indonesia, sangat mudah menemukan makanan Indonesia. Makanya, saya malah sibuk googling rumah makan Indonesia haha. Maaf, sudah super kangen dengan tempe!
Sunday, March 11, 2018
Presentasi, Perbedaan dan Indonesia
Tugas presentasi pertama saya selama di Belanda dijadwalkan di minggu kedua alias minggu ini:D Kenapa saya bilang pertama? Karena ternyata banyak juga tugasnya haha. No problemo, saya akan berjuaaaang! Wish me luck! Anyway, tugas perdana saya adalah memperkenalkan sistem kesehatan Indonesia, termasuk bagaimana pemerintah menjamin kesehatan pasien-pasien dengan penyakit metabolik dan lain sebagainya.
Tidak terlalu sulit sih, karena terus terang saya banyak terbantu data dari Biro Statistik dan Riskesdas yang bisa didownload gratis. Saya membutuhkan waktu sekitar 2 hari untuk menyiapkan presentasi yang mostly berisi data statistik Indonesia dan juga foto-foto dari rumah sakit tempat saya bekerja di Surabaya.
Perbedaan antara negara maju seperti Belanda dan negara berkembang seperti Indonesia tentu sangat jauh. Selama presentasi, para kolega saya yang kesemuanya kebetulan belum pernah mengunjungi Indonesia sampai terdiam alias speechless.
Gedung di belakang itu AMC, Academisch Medisch Centrum, RS selama saya di Amsterdam |
Tidak terlalu sulit sih, karena terus terang saya banyak terbantu data dari Biro Statistik dan Riskesdas yang bisa didownload gratis. Saya membutuhkan waktu sekitar 2 hari untuk menyiapkan presentasi yang mostly berisi data statistik Indonesia dan juga foto-foto dari rumah sakit tempat saya bekerja di Surabaya.
Perbedaan antara negara maju seperti Belanda dan negara berkembang seperti Indonesia tentu sangat jauh. Selama presentasi, para kolega saya yang kesemuanya kebetulan belum pernah mengunjungi Indonesia sampai terdiam alias speechless.
Tuesday, March 6, 2018
Hangat, Sepeda dan Sambal
Memasuki minggu kedua di Amsterdam, saya sedikit senang karena suhunya sedikit (iyaa sedikiiiit saja) lebih hangat dibanding sebelumnya. Kalau minggu lalu jam 12 siang masih minus 3 derajat, maka minggu ini bisa mencapai hingga 8-10 derajat. Masih dingin sih, tapi yaa lumayan banget kan tuh:D
Semakin jarang terlihat salju di mana-mana. Yaaay! Sejujurnya, saya senang melihat pemandangan yang tertutupi salju. Indah sekali. Tapi, karena salju itulah saya jadi sering terpeleset. Rupanya licin sekali, saudara-saudara. Harap maklum ya, tak terbiasa dengan adanya salju:D
Saya berangkat ke rumah sakit menaiki kereta. Tak terlalu jauh sih, hanya 3 stopan dari apartemen, jalan sekitar 5 menit, sampai deh. Tapi, karena cuacanya sangat dingin menurut saya, jadi rasanya jaaauuuh banget:p
Begitu sampai rumah sakit, saya langsung mengambil white coat. Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, tinggal scan name badge, keluar deh di ruangan. WHite coat yang kotor saya masukkan di tempat khusus. Seorang dokter hanya mendapat jatah 2 white coat saja, Jadi kalau baru dikembalikan 1, hanya bisa mengambil 1. Kalau 2-2nya belum dikembalikan, bisa dipastikan, tidak akan mendapat whitecoat lagi. Biarpun tampaknya seperti jas biasa, rupanya ada microchip yang tertanam dalam white coat ini. Kece yaaa.
Semakin jarang terlihat salju di mana-mana. Yaaay! Sejujurnya, saya senang melihat pemandangan yang tertutupi salju. Indah sekali. Tapi, karena salju itulah saya jadi sering terpeleset. Rupanya licin sekali, saudara-saudara. Harap maklum ya, tak terbiasa dengan adanya salju:D
Saya berangkat ke rumah sakit menaiki kereta. Tak terlalu jauh sih, hanya 3 stopan dari apartemen, jalan sekitar 5 menit, sampai deh. Tapi, karena cuacanya sangat dingin menurut saya, jadi rasanya jaaauuuh banget:p
Begitu sampai rumah sakit, saya langsung mengambil white coat. Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, tinggal scan name badge, keluar deh di ruangan. WHite coat yang kotor saya masukkan di tempat khusus. Seorang dokter hanya mendapat jatah 2 white coat saja, Jadi kalau baru dikembalikan 1, hanya bisa mengambil 1. Kalau 2-2nya belum dikembalikan, bisa dipastikan, tidak akan mendapat whitecoat lagi. Biarpun tampaknya seperti jas biasa, rupanya ada microchip yang tertanam dalam white coat ini. Kece yaaa.
"Mesin" White Coat |
Sunday, March 4, 2018
Young Investigator Awards, Naya dan Primark
Sesuai yang kami rencanakan sebelumnya, weekend perdana buat saya di Amsterdam ini terlewati benar-benar dengan slow and easy. Super santai, apalagi karena cuaca masih juga belum bersahabat. Malas deh berlama-lama berada di luar ruangan. Kalau tak penting-penting amat, mendingan berhibernasi di kamar yang hangat.
Saya terbangun sejak jam 2 pagi karena -seperti biasa- kambuh alerginya, yaa kali siapa yang tak kambuh di suhu minus. Di Surabaya saja setiap subuh kambuh:p Bersin berulang kali, tenggorokan gatal tak karuan, dan -the worst- sulit bernapas karena hidung buntu. Awalnya tentu mata masih sulit membuka, wong aslinya memang masih mengantuk. Tapi mata langsung terbuka lebar saat saya membuka email, dan menemukan email ini:
Alhamdulillaaah, super happy! Saya tak menyangka jika penelitian yang saya buat dan iseng-iseng kirim ke ESPGHAN (European Society of Pediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition) memenangkan Young Investigator Awards. Konsekuensinya, saya harus presentasi penelitian tsb di Geneva, bulan Mei nanti. Stressss deh langsung, ah tapi dipikir belakangan saja:))) Doakan ya, semoga saya tak jatuh pingsan saat presentasi di depan para profesor dan dokter anak sedunia nanti. Membayangkannya saja saya sudah migren:@ Ini adalah award internasional pertama yang pernah saya menangkan (jadi harap maklum kalau masih ndeso ya:p), dan semoga bukan yang terakhir. Aaamiiiin.
Saya terbangun sejak jam 2 pagi karena -seperti biasa- kambuh alerginya, yaa kali siapa yang tak kambuh di suhu minus. Di Surabaya saja setiap subuh kambuh:p Bersin berulang kali, tenggorokan gatal tak karuan, dan -the worst- sulit bernapas karena hidung buntu. Awalnya tentu mata masih sulit membuka, wong aslinya memang masih mengantuk. Tapi mata langsung terbuka lebar saat saya membuka email, dan menemukan email ini:
Alhamdulillaaah, super happy! Saya tak menyangka jika penelitian yang saya buat dan iseng-iseng kirim ke ESPGHAN (European Society of Pediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition) memenangkan Young Investigator Awards. Konsekuensinya, saya harus presentasi penelitian tsb di Geneva, bulan Mei nanti. Stressss deh langsung, ah tapi dipikir belakangan saja:))) Doakan ya, semoga saya tak jatuh pingsan saat presentasi di depan para profesor dan dokter anak sedunia nanti. Membayangkannya saja saya sudah migren:@ Ini adalah award internasional pertama yang pernah saya menangkan (jadi harap maklum kalau masih ndeso ya:p), dan semoga bukan yang terakhir. Aaamiiiin.
Saturday, March 3, 2018
Name Badge, Pager dan White Coat
Hari ke-2 sebagai fellow di AMC, saya diminta untuk mengurus name badge serta jas putih. Sekretaris bagian sudah mendaftarkan saya untuk mengatur segala urusan administrasi dengan bagian Human Resources pukul 9 pagi. Karena itulah, awalnya saya berencana untuk bermalas-malasan dulu, dan baru berangkat sekitar setengah jam sebelumnya dari apartemen.
Rupanyaaa, semua itu tinggal rencana. Jetlag masih muncul, sehingga saya bangun tidur pukul 2 pagi dan tidak bisa tertidur lagi walaupun sudah mati-matian mencoba. Jam 7 pagi, saya sudah selesai sarapan dan mandi, siap untuk berangkat:))
Sampai di rumah sakit, saya langsung menuju kantor. Karena masih harus menunggu cukup lama, akhirnya saya memutuskan untuk mengerjakan revisi proposal karya akhir. Lumayan juga lho hasilnya.
Udah keliatan kurusan belum?:p |
Rupanyaaa, semua itu tinggal rencana. Jetlag masih muncul, sehingga saya bangun tidur pukul 2 pagi dan tidak bisa tertidur lagi walaupun sudah mati-matian mencoba. Jam 7 pagi, saya sudah selesai sarapan dan mandi, siap untuk berangkat:))
Sampai di rumah sakit, saya langsung menuju kantor. Karena masih harus menunggu cukup lama, akhirnya saya memutuskan untuk mengerjakan revisi proposal karya akhir. Lumayan juga lho hasilnya.
Friday, March 2, 2018
Welkom in Amsterdam
Perjalanan menuju Amsterdam dari Surabaya total saya tempuh dalam waktu 18 jam 20 menit. 1 jam 20 menit dari Surabaya ke Jakarta, 3 jam transit di Jakarta, dan 14 jam penuh dari Jakarta ke Amsterdam. Karena tahu perjalanan akan sangat panjang, saya sudah menyiapkan obat tidur andalan supaya bisa tidur nyenyak selama di pesawat.
Alhamdulillah, rejeki anak solehah, pesawat yang saya tumpangi tak terlalu penuh. 2 seat di sebelah saya tak berpenumpang sehingga selama perjalanan, saya bisa tidur selonjoran dengan enaknya. Saya lihat, banyak juga penumpang lain yang memanfaatkan tempat kosong di sebelahnya seperti saya. Jadilah begitu naik pesawat, saya memasang penutup mata, mengambil posisi tidur dan minum obat tidur. Harapannya sih tak terbangun hingga tiba di Amsterdam. Kenyataannya? Yasalaaam, karena pesawatnya ajrut-ajrutan (dan saya ketakutan setengah mati), saya berulang kali terbangun dan memilih untuk berdoa semalaman. Berulang kali pula pak pilot menginformasikan bahwa cuaca yang harus kami lalui sangat buruk sehingga banyak goncangan yang harus dihadapi.
Untunglah, selama 14 jam itu, karena bisa tidur selonjoran, saya merasa pesawat yang saya tumpangi sangat nyaman.
Alhamdulillah, rejeki anak solehah, pesawat yang saya tumpangi tak terlalu penuh. 2 seat di sebelah saya tak berpenumpang sehingga selama perjalanan, saya bisa tidur selonjoran dengan enaknya. Saya lihat, banyak juga penumpang lain yang memanfaatkan tempat kosong di sebelahnya seperti saya. Jadilah begitu naik pesawat, saya memasang penutup mata, mengambil posisi tidur dan minum obat tidur. Harapannya sih tak terbangun hingga tiba di Amsterdam. Kenyataannya? Yasalaaam, karena pesawatnya ajrut-ajrutan (dan saya ketakutan setengah mati), saya berulang kali terbangun dan memilih untuk berdoa semalaman. Berulang kali pula pak pilot menginformasikan bahwa cuaca yang harus kami lalui sangat buruk sehingga banyak goncangan yang harus dihadapi.
Untunglah, selama 14 jam itu, karena bisa tidur selonjoran, saya merasa pesawat yang saya tumpangi sangat nyaman.
Wednesday, February 28, 2018
Persiapan ke Belanda
Selain mempersiapkan mental akan berjauhan dengan Naya, menjelang keberangkatan ke Belanda, saya pun mempersiapkan banyak hal, termasuk (salah satunya) mengatur apa saja yang akan saya bawa. Berbeda dengan perjalanan-perjalanan sebelumnya, kali ini saya hanya memiliki waktu persiapan yang cukup singkat. Bukan apa-apa, tapi memang dikarenakan kesibukan yang demikian hecticnya. (Bisa dibaca di sini).
Kalau biasanya saya sudah mulai packing sebulan, bahkan 2 bulan (kalau jangka panjang, ke luar negeri pula) sebelumnya. Nah di perjalanan kali ini, cukup hanya dalam 2 minggu saja. Prestasi luar biasa lho ini buat saya yang super OCD:p
Yang pertama saya cari tahu tentu adalah cuaca selama di sana. Berdasarkan weather.com, saat kedatangan saya di Amsterdam, suhunya berkisar antara -6 derajat Celsius hingga -2 derajat Celsius. Eh gimana? Engga salah? Iyeee, engga salah. Serius, bahkan suhu tertingginya saja -2 derajat! Saya yang paling tak kuat dingin ini langsung migren deh pasti. Di akhir masa tinggal saya di Belanda, suhunya masih berkisar antara 10-16 derajat Celsius. Yaelah, tetap saja saya pasti tak tahan:)))
Naya kelihatan setengah mati nahan nangis ga sih? |
Kalau biasanya saya sudah mulai packing sebulan, bahkan 2 bulan (kalau jangka panjang, ke luar negeri pula) sebelumnya. Nah di perjalanan kali ini, cukup hanya dalam 2 minggu saja. Prestasi luar biasa lho ini buat saya yang super OCD:p
Yang pertama saya cari tahu tentu adalah cuaca selama di sana. Berdasarkan weather.com, saat kedatangan saya di Amsterdam, suhunya berkisar antara -6 derajat Celsius hingga -2 derajat Celsius. Eh gimana? Engga salah? Iyeee, engga salah. Serius, bahkan suhu tertingginya saja -2 derajat! Saya yang paling tak kuat dingin ini langsung migren deh pasti. Di akhir masa tinggal saya di Belanda, suhunya masih berkisar antara 10-16 derajat Celsius. Yaelah, tetap saja saya pasti tak tahan:)))
Tuesday, February 27, 2018
Sebelum ke Belanda
Pertama kali menerima kabar bahwa aplikasi untuk meneruskan pendidikan sementara waktu di Belanda diterima, yang terpikir oleh saya adalah: Bagaimana dengan Naya? Rasanya saya tak sanggup berpisah lama dengannya, apalagi karena suami pun akan berada di Belanda bersama saya.
Akhirnya saya mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk menyekolahkan Naya di Belanda. Googling sana-sini, bertanya ke banyak pihak, rupanya tak terlalu sulit kok. Semakin semangatlah saya. Di mana pun rasanya pasti menyenangkan kalau bisa bersama keluarga, bukan?
Tugas saya selanjutnya adalah meyakinkan Naya untuk sementara berpindah sekolah ke Belanda. Inilah yang sangat sulit. Sejak dulu, memang Naya susaaaaah sekali berkompromi kalau untuk urusan sekolah. Pernah lho, ia demam tinggi sampai 40 derajat, dan tetap memaksa ingin ikut ulangan ke sekolah. Menangis semalam, padahal saya tahu benar bahkan untuk membuka mata saja pasti sulit. Karena saya sudah menduga akan banyak sekali kesulitan meyakinkan Naya, saya mempersiapkan argumen dan pendapat yang didapat dari berbagai sumber. Sejak berbulan-bulan sebelumnya, saya memberikan afirmasi perlahan pada Naya dengan harapan, ia akan luluh juga dan mau berpindah sekolah sementara ke Belanda.
Akhirnya saya mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk menyekolahkan Naya di Belanda. Googling sana-sini, bertanya ke banyak pihak, rupanya tak terlalu sulit kok. Semakin semangatlah saya. Di mana pun rasanya pasti menyenangkan kalau bisa bersama keluarga, bukan?
My BFF |
Tugas saya selanjutnya adalah meyakinkan Naya untuk sementara berpindah sekolah ke Belanda. Inilah yang sangat sulit. Sejak dulu, memang Naya susaaaaah sekali berkompromi kalau untuk urusan sekolah. Pernah lho, ia demam tinggi sampai 40 derajat, dan tetap memaksa ingin ikut ulangan ke sekolah. Menangis semalam, padahal saya tahu benar bahkan untuk membuka mata saja pasti sulit. Karena saya sudah menduga akan banyak sekali kesulitan meyakinkan Naya, saya mempersiapkan argumen dan pendapat yang didapat dari berbagai sumber. Sejak berbulan-bulan sebelumnya, saya memberikan afirmasi perlahan pada Naya dengan harapan, ia akan luluh juga dan mau berpindah sekolah sementara ke Belanda.
Friday, February 23, 2018
Kehectican Februari
Februari ini rasanya super hectic dan melelahkan sekali untuk saya. Walaupun begitu, saya sangat bersyukur karena diberi banyak "hadiah" oleh Allah Swt di bulan ini. Mulai tanggal 1 Februari, saya memutuskan untuk cuti berpraktik di rumah sakit swasta karena merasa tak mampu membagi waktu dengan baik. Apalagi, karena perkuliahan saya sudah memasuki masa-masa ujian akhir semester.Selain itu, saya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Naya sebelum saya pergi ke Belanda meneruskan studi. (Kemudian mewek) :'(
Jadi ceritanya, selama 2 tahun menjalani kuliah subspesialisasi di bidang Nutrisi dan Penyakit Metabolik ini, saya pun harus mengikuti stase luar di luar negeri untuk mendalami inborn error metabolism. "Kebetulan" sekali (saya beri tanda petik karena saya percaya tak ada hal yang kebetulan), di saat yang sama suami saya dikirim untuk melanjutkan studi pula ke Belanda. Oleh karena itu, saya melamar dan mengajukan proposal untuk bersekolah di sana. Pikir saya, kalaupun harus berjauhan dengan Naya, setidaknya saya masih bisa berdekatan dengan suami. Tak apalah beda kota juga, asal masih satu negara. Beda negara asal masih satu benua pun tak masalah deh. Di Eropa, satu negara dengan yang lainnya kan berdekatan, begitu pikir saya.
Jadi ceritanya, selama 2 tahun menjalani kuliah subspesialisasi di bidang Nutrisi dan Penyakit Metabolik ini, saya pun harus mengikuti stase luar di luar negeri untuk mendalami inborn error metabolism. "Kebetulan" sekali (saya beri tanda petik karena saya percaya tak ada hal yang kebetulan), di saat yang sama suami saya dikirim untuk melanjutkan studi pula ke Belanda. Oleh karena itu, saya melamar dan mengajukan proposal untuk bersekolah di sana. Pikir saya, kalaupun harus berjauhan dengan Naya, setidaknya saya masih bisa berdekatan dengan suami. Tak apalah beda kota juga, asal masih satu negara. Beda negara asal masih satu benua pun tak masalah deh. Di Eropa, satu negara dengan yang lainnya kan berdekatan, begitu pikir saya.
Talkshow Mommyclopedia
Pada tanggal 10 Februari yang lalu, bertempat di gedung Gramedia Expo, saya dan tim Mommyclopedia mengadakan talkshow terkait launchingnya Mommyclopedia Batita dan Nutrisi. Saya yang baru saja malamnya tiba dari Jakarta, merasa tak enak badan. Sepertinya kelelahan karena memforsir tenaga.
Sebelum berangkat ke acara tersebut, saya masih sempat memvisite puluhan pasien hahaha. Benar-benar deh. Hidung pun meler tak henti-henti. Mau minum obat, tapi takut teler dan mengantuk. AKhirnya, berdoa saja semoga semuanya berjalan lancar.
Sebelum berangkat ke acara tersebut, saya masih sempat memvisite puluhan pasien hahaha. Benar-benar deh. Hidung pun meler tak henti-henti. Mau minum obat, tapi takut teler dan mengantuk. AKhirnya, berdoa saja semoga semuanya berjalan lancar.
Launching Mommyclopedia2 dan 3
Alhamdulillah, di bulan ke-2 tahun 2018 ini, akhirnya #Mommyclopedia launching juga. Saya memang sengaja mendekatkan launching Mommyclopedia 2 yang batita dengan yang ketiga ini untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya . Jadilah Mommyclopedia Batita yang rilis November 2017 lalu saya gabung saja launchingnya dengan Mommyclopedia Nutrisi yang rilis Februari 2018 ini. (Eh btw, sudah pada beli belum?:p)
Dengan keterbatasan waktu, saya mencoba mengatur launching ini supaya dapat efisien dan efektif. Pada tanggal 7 Februari lalu, saya ke Jakarta untuk syuting program Pagi-pagi di Net TV. Di acara tersebut, saya membicarakan mengenai kekurangan gizi, MPASI, campak hingga mainan yang baik. Buat yang belum menonton, bisa dilihat di link youtube ini yaa: https://www.youtube.com/watch?v=B6zteb5FViw
Saya senang sekali bisa bertemu dengan Ben Kasyafani dan teh Hesti Purwa sebagai host. Apalagi kebetulan, ada teh Dewi Gita pula sebagai bintang tamu. Seru sekali!
Dengan keterbatasan waktu, saya mencoba mengatur launching ini supaya dapat efisien dan efektif. Pada tanggal 7 Februari lalu, saya ke Jakarta untuk syuting program Pagi-pagi di Net TV. Di acara tersebut, saya membicarakan mengenai kekurangan gizi, MPASI, campak hingga mainan yang baik. Buat yang belum menonton, bisa dilihat di link youtube ini yaa: https://www.youtube.com/watch?v=B6zteb5FViw
Saya senang sekali bisa bertemu dengan Ben Kasyafani dan teh Hesti Purwa sebagai host. Apalagi kebetulan, ada teh Dewi Gita pula sebagai bintang tamu. Seru sekali!
Thailand day-3 + 4
(Disclaimer: Saya menulis postingan ini sejak sebulan yang lalu, namun karena kehectican tiada tara, baru bisa dipublish sekarang hehe. Tak apa yaa;))
Hari ke-3 di Thailand kami habiskan di Pattaya. Usai menyelesaikan sarapan, tujuan pertama kami adalah ke Pattaya Hill yang merupakan pusat tertinggi kota Pattaya. Dari sini, kita dapat melihat situasi Pattaya dari atas. Perjalanan dari hotel ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit dengan bis. Dari tempat parkir ke bis menuju atas, lumayan banget jalannya. Saya sukses ngos-ngosan karena harus berjalan menanjak.
Tapi rupanya, kelelahan tadi terbayar tunai melihat pemandangan dari atas. Baguuuus dan bersih sekali. Naya pun rupanya menyukai pemandangan ini karena -tumben-tumbennya- minta berfoto beberapa kali.
Selepas dari sana, kami menuju Pasar Terapung atau floating market. Menurut saya sih tidak terlalu spesial, mirip-mirip dengan floating market yang ada di Bandung. Bedanya, jajanan dan makanan yang dijual di sana khas Thailand seperti sticky mango rice, tom yam, dan makanan lainnya.
Hari ke-3 di Thailand kami habiskan di Pattaya. Usai menyelesaikan sarapan, tujuan pertama kami adalah ke Pattaya Hill yang merupakan pusat tertinggi kota Pattaya. Dari sini, kita dapat melihat situasi Pattaya dari atas. Perjalanan dari hotel ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit dengan bis. Dari tempat parkir ke bis menuju atas, lumayan banget jalannya. Saya sukses ngos-ngosan karena harus berjalan menanjak.
Tapi rupanya, kelelahan tadi terbayar tunai melihat pemandangan dari atas. Baguuuus dan bersih sekali. Naya pun rupanya menyukai pemandangan ini karena -tumben-tumbennya- minta berfoto beberapa kali.
Selepas dari sana, kami menuju Pasar Terapung atau floating market. Menurut saya sih tidak terlalu spesial, mirip-mirip dengan floating market yang ada di Bandung. Bedanya, jajanan dan makanan yang dijual di sana khas Thailand seperti sticky mango rice, tom yam, dan makanan lainnya.
Saturday, January 27, 2018
Mommyclopedia Nutrisi
1. Ini buku apaan sih?
Buku #Mommyclopedia3 ini adalah seri ke-3 dari Mommyclopedia dan terdiri atas 208 halaman berisi tentang tanya jawab tentang nutrisi di 1000 hari pertama kehidupan anak.
Buku #Mommyclopedia3 ini adalah seri ke-3 dari Mommyclopedia dan terdiri atas 208 halaman berisi tentang tanya jawab tentang nutrisi di 1000 hari pertama kehidupan anak.
2. Memangnya buku
Mommyclopedia ada berapa seri?
Sampai sekarang, sudah ada 3 seri. Yang pertama adalah Perawatan Lengkap Bayi 0-1 Tahun, dan yang kedua adalah Perawatan Lengkap Batita, dan inilah yang ke-3.
3. Apakah buku ini sama konsepnya dengan buku Mommyclopedia sebelumnya?
Sebetulnya konsep dasar Mommyclopedia adalah membahas mengenai kesehatan anak dengan bahasa yang ringan, mudah dipahami dan diikuti. Jika di dua buku Mommyclopedia sebelumnya, saya menggunakan full warna dan ilustrasi, tidak demikian dengan buku ketiga ini. Buku ketiga ini berfokus membahas masalah nutrisi pada anak dengan sangat detail, sehingga kurang memungkinkan untuk dibuat full warna dan ilustrasi.
Saya sengaja membuat buku ini dalam konsep tanya jawab agar walaupun pembahasan sangat fokus dan detail, pembaca masih dapat mengikuti dan mengerti dengan mudah.
Selain itu, saya memang ingin buku ini dapat dijangkau oleh semua orangtua dari berbagai kalangan. Karena apa yang saya tulis ini wajib banget diketahui oleh para "penumbuh" generasi masa depan bangsa. Oleh karenanya, mencetak buku ini hanya dalam satu warna (ungu:p) untuk menekan harga saya anggap sangat beralasan.
Sampai sekarang, sudah ada 3 seri. Yang pertama adalah Perawatan Lengkap Bayi 0-1 Tahun, dan yang kedua adalah Perawatan Lengkap Batita, dan inilah yang ke-3.
3. Apakah buku ini sama konsepnya dengan buku Mommyclopedia sebelumnya?
Sebetulnya konsep dasar Mommyclopedia adalah membahas mengenai kesehatan anak dengan bahasa yang ringan, mudah dipahami dan diikuti. Jika di dua buku Mommyclopedia sebelumnya, saya menggunakan full warna dan ilustrasi, tidak demikian dengan buku ketiga ini. Buku ketiga ini berfokus membahas masalah nutrisi pada anak dengan sangat detail, sehingga kurang memungkinkan untuk dibuat full warna dan ilustrasi.
Saya sengaja membuat buku ini dalam konsep tanya jawab agar walaupun pembahasan sangat fokus dan detail, pembaca masih dapat mengikuti dan mengerti dengan mudah.
Selain itu, saya memang ingin buku ini dapat dijangkau oleh semua orangtua dari berbagai kalangan. Karena apa yang saya tulis ini wajib banget diketahui oleh para "penumbuh" generasi masa depan bangsa. Oleh karenanya, mencetak buku ini hanya dalam satu warna (ungu:p) untuk menekan harga saya anggap sangat beralasan.
Tuesday, January 23, 2018
Thailand day-2
Hari ke-2 di Thailand, acara kami dijadwalkan lumayan padat. Karena itu sejak pagi hari, kami sudah bangun untuk bersiap-siap. Naya tampak bersemangat dan tak sabar untuk mengeksplorasi kota Bangkok.Tak henti-hentinya ia bertanya "Kapan berangkatnya?". Hari ini juga kami check out dari hotel di Bangkok karena akan menuju Pattaya. Jadi packing lagi deh:D
Tujuan pertama kami adalah Wat Arun. Wat (candi) ini adalah tempat tujuan wisata yang paling terkenal di Bangkok. Perjalanan dari hotel ke candi ditempuh dalam waktu 20 menit saja. Sepanjang perjalanan, banyak sekali bangunan khas Thailand di sana-sini dengan foto raja yang dipajang dimanapun. Satu hal yang tetap membuat saya terkagum-kagum: kebersihannya! Benar-benar bersih!
Chibi-chibi |
Tujuan pertama kami adalah Wat Arun. Wat (candi) ini adalah tempat tujuan wisata yang paling terkenal di Bangkok. Perjalanan dari hotel ke candi ditempuh dalam waktu 20 menit saja. Sepanjang perjalanan, banyak sekali bangunan khas Thailand di sana-sini dengan foto raja yang dipajang dimanapun. Satu hal yang tetap membuat saya terkagum-kagum: kebersihannya! Benar-benar bersih!
Monday, January 22, 2018
Sawardika Thailand!
Setelah sempat "nongol" di awal 2018 kemarin, rupanya saya dihantam (deuh bahasanya haha) dengan kesibukan tiada tara. Tugas menumpuk, pekerjaan tak kunjung usai terus mewarnai hari-hari saya. Hingga, saat suami mengajak kami (saya dan Naya) berlibur, rasanya campur aduk. Bingung. Senang tentu, karena akhirnya bisa terbebas sementara dari rutinitas. Tapi sekaligus enggan, karena takut semua pekerjaan yang belum terselesaikan akan tertunda sehingga "hutang" tugas semakin menumpuk.
Demikian pula dengan Naya. Walaupun liburan panjang semester kemarin (hampir 3 minggu karena disambung natal dan tahun baru), ia tidak ke mana-mana sama sekali, rupanya untuk ijin tak masuk sekolah sangat berat buat Naya. Ini sih saya sudah mahfum sejak dulu:D
Tapi karena suami meyakinkan berulangkali dengan alasan ini akan menjadi family time kami yang terakhir sebelum ia (dan saya!) pergi ke luar negeri tanpa Naya untuk beberapa lama, ya sudah deh, berangkaaaaat! Sebelum berangkat, saya kekurangan tidur berhari-hari karena berusaha mengejar mengerjakan tugas segala macam. Saking sibuknya, tahu tidak, saya baru packing H-1 lho! Buat yang mengikuti blog ini pasti tahu benar, kalau packing H-1 itu "prestasi" luar biasa untuk saya hahaha. FYI, biasanya saya sudah mulai packing 3 minggu atau bahkan sebulan sebelumnya,walaupun dibilang lebay sama Naya:D
Yang kiri happy bgt mau family time, yang kanan mulai komat/i takut turbulens pesawat:)) |
Demikian pula dengan Naya. Walaupun liburan panjang semester kemarin (hampir 3 minggu karena disambung natal dan tahun baru), ia tidak ke mana-mana sama sekali, rupanya untuk ijin tak masuk sekolah sangat berat buat Naya. Ini sih saya sudah mahfum sejak dulu:D
Dengan jaket yang belum hilang:)) |
Tapi karena suami meyakinkan berulangkali dengan alasan ini akan menjadi family time kami yang terakhir sebelum ia (dan saya!) pergi ke luar negeri tanpa Naya untuk beberapa lama, ya sudah deh, berangkaaaaat! Sebelum berangkat, saya kekurangan tidur berhari-hari karena berusaha mengejar mengerjakan tugas segala macam. Saking sibuknya, tahu tidak, saya baru packing H-1 lho! Buat yang mengikuti blog ini pasti tahu benar, kalau packing H-1 itu "prestasi" luar biasa untuk saya hahaha. FYI, biasanya saya sudah mulai packing 3 minggu atau bahkan sebulan sebelumnya,
Tuesday, January 2, 2018
Review: 2017
Wow! Rekor nih yaa, sebulan persis saya sudah tak lagi mengupdate blog ini. Harap maklum, pekerjaan seperti tak ada selesainya. Walaupun saya kuliah lagi (dengan -literally- tugas yang menumpuk dan proposal penelitian yang bolak/i direvisi), pekerjaan dan rutinitas sehari-hari sebagai dosen seperti mengajar/membimbing/menguji/memeriksa tugas/membuat soal tetap harus dilakukan. Pun dengan tugas seperti memeriksa/visite pasien dengan segala kewajiban lain semacam mengurusi akreditasi, rapat ini itu dsb.Warbiyazah rasanya hahaha. (Siaran engga disebut ya, soalnya justru ini yang menghilangkan segala kelelahan dan stress ini cieeeee:p).
Karena itu pula, saya memutuskan untuk menghentikan praktik swasta sementara waktu. InsyaAllah, tak lama lagi saya akan meneruskan kuliah di luar Surabaya sehingga tentu tak bisa berpraktik.
Anyway, tak terasa sudah 2018 lagi ya! Buat saya 2017 kemarin itu benar-benar tak terasa lewatnya. Kalau disuruh menggambarkan 2017 dengan satu kata, sepertinya kata yang tepat adalah "Flies", because time flies, and 2017 really flew so fast:)) Kemudian saya jadi mellow sendiri karena merasa tak terlalu produktif tahun lalu.
Kali ini saya akan sedikit melakukan flashback mengenai apa saja yang terjadi di tahun 2017 kemarin.
Saya mengawali tahun 2017 dengan berita yang menyenangkan. Buku Mommyclopedia: Panduan Lengkap Merawat Bayi 0-1 Tahun masuk ke dalam list Best Seller! Ini benar-benar bonus buat saya, yang tak pernah berharap buku tulisan saya menjadi Best Seller. Tujuan utama saya menulis buku murni untuk sharing beberapa informasi kepada orangtua mengenai bayi setahun pertama. Happy? Jelas dong ya! Senang sekali karena saya bisa membuat suatu karya yang berguna untuk orang banyak:D
Karena itu pula, saya memutuskan untuk menghentikan praktik swasta sementara waktu. InsyaAllah, tak lama lagi saya akan meneruskan kuliah di luar Surabaya sehingga tentu tak bisa berpraktik.
Anyway, tak terasa sudah 2018 lagi ya! Buat saya 2017 kemarin itu benar-benar tak terasa lewatnya. Kalau disuruh menggambarkan 2017 dengan satu kata, sepertinya kata yang tepat adalah "Flies", because time flies, and 2017 really flew so fast:)) Kemudian saya jadi mellow sendiri karena merasa tak terlalu produktif tahun lalu.
Kali ini saya akan sedikit melakukan flashback mengenai apa saja yang terjadi di tahun 2017 kemarin.
Saya mengawali tahun 2017 dengan berita yang menyenangkan. Buku Mommyclopedia: Panduan Lengkap Merawat Bayi 0-1 Tahun masuk ke dalam list Best Seller! Ini benar-benar bonus buat saya, yang tak pernah berharap buku tulisan saya menjadi Best Seller. Tujuan utama saya menulis buku murni untuk sharing beberapa informasi kepada orangtua mengenai bayi setahun pertama. Happy? Jelas dong ya! Senang sekali karena saya bisa membuat suatu karya yang berguna untuk orang banyak:D
Subscribe to:
Posts (Atom)