Sunday, March 4, 2018

Young Investigator Awards, Naya dan Primark

Sesuai yang kami rencanakan sebelumnya, weekend perdana buat saya di Amsterdam ini terlewati benar-benar dengan slow and easy. Super santai, apalagi karena cuaca masih juga belum bersahabat. Malas deh berlama-lama berada di luar ruangan. Kalau tak penting-penting amat, mendingan berhibernasi di kamar yang hangat.

Saya terbangun sejak jam 2 pagi karena -seperti biasa- kambuh alerginya, yaa kali siapa yang tak kambuh di suhu minus. Di Surabaya saja setiap subuh kambuh:p  Bersin berulang kali, tenggorokan gatal tak karuan, dan -the worst- sulit bernapas karena hidung buntu. Awalnya tentu mata masih sulit membuka, wong aslinya memang masih mengantuk. Tapi mata langsung terbuka lebar saat saya membuka email, dan menemukan email ini:

Alhamdulillaaah, super happy! Saya tak menyangka jika penelitian yang saya buat dan iseng-iseng kirim ke ESPGHAN (European Society of Pediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition) memenangkan Young Investigator Awards. Konsekuensinya, saya harus presentasi penelitian tsb di Geneva, bulan Mei nanti. Stressss deh langsung, ah tapi dipikir belakangan saja:))) Doakan ya, semoga saya tak jatuh pingsan saat presentasi di depan para profesor dan dokter anak sedunia nanti. Membayangkannya saja saya sudah migren:@ Ini adalah award internasional pertama yang pernah saya menangkan (jadi harap maklum kalau masih ndeso ya:p), dan semoga bukan yang terakhir. Aaamiiiin.



Terbangun subuh, saya langsung bersiap-siap masak untuk sarapan. Eh bukan saya ding yang masak hehe, suami tepatnya. Saya bagian cuci-cuci dan makan saja:p Menu untuk pagi ini adalah oseng bayam dan ayam, telur dadar, serta orek tempe yang saya bawa dari Indonesia. Saya juga menyempatkan untuk bervideocall dengan Naya, duh kangen sekali dengan suara dan kebawelan yang luar biasa itu.




Ceritanya setiap bervideo call saya selalu bertanya pada Naya.
M: "Kak, kangen mamay engga?"
N: "Well, yeaaah. like you do."
M: "I miss you. Dont you?"
N: "Yayayaya may, whatever"

Sempat mangkel juga sih sejujurnya, kenapa deh ni anak kok kayak cuek bebek padahal emaknya udah mellow setengah mati. Eh kata mama saya yang menjaga Naya di Surabaya, setiap waktu Naya meminta diperlihatkan video di handphone mama saya yang ada sayanya. Tapi kalau ditanya "Kakak kangen mamay ya?", tak pernah dijawab. Sepertinya ia takut kalau ia jawab iya, saya akan kepikiran:')

Tambah mellowlah saya saat dikirimi mama saya video candid Naya:
 
Anak solehah Mamay, aamiiin!


Agak siangan, saya dan suami sepakat untuk berbelanja kebutuhan selama seminggu ke depan supaya tidak kebingungan kelak. Saya juga mencari celana jeans yang enak digunakan dan hangat untuk sehari-hari. Jadilah, kami pergi ke pusat kota untuk menuju Primark. Beberapa tahun lalu saat mengunjungi London, saya sempat membeli celana jeans di Primark. Karena harganya yang sangat murah (sekitar 6 poundsterling saat itu, atau 113.000 rupiah), saya tak berharap banyak. Paling dipakai beberapa kali sudah wassalam. Nyatanya, sampai dengan detik ini, celana jeans tersebutlah yang menjadi kesayangan saya, karena nyaman sekali dipakai dan awet. Makanya, saya sengaja mencari celana seperti ini lagi.

Suhu hari itu jangan ditanya yaa, masih minus 8 saja saudara-saudara. Hampir semua danau di Amsterdam beku, bisa banget kalau mau digunakan ber-ice skating. Saya sih ogah. (Emang engga bisa juga:p). Setiap melihat tram atau metro datang, saya senang sekali karena bisa segera merasakan kehangatan. Di luar, dingiiin sekali soalnya.

Tiba di Primark setelah naik metro dan 1x tram, saya langsung menuju ke tempat penjualan jeans, dan membeli satu jeans seharga 8 Euro (sekitar 90 ribu rupiah), dan mencari baju Rainbow Dash untuk Naya. Naya akhir-akhir ini sedang senang sekali My Little Pony, terutama Rainbow Dash. Tapi, sepertinya memang belum rejeki Naya, karena baju yang saya maksud tidak ada. Keluar dari Primark, karena suami kelaparan, kami mampir ke gerai kebab untuk memesan kapsalon. Kapsalon ini adalah campuran daging (ayam dan atau sapi, saya memesan campuran keduanya), sayur-sayuran, kentang goreng, keju, dan saos. Harga seporsinya sekitar 10 Euro (murahan jeans kan tuh:p), dan kami makan berdua karena porsinya besar sekali.

Setelah itu, saya mencari lunchbox untuk digunakan setiap hari di rumah sakit. Kalau bawa lunchbox, jadi lebih enak karena saya bisa mempersiapkan makan siang saat sarapan di apartemen, kemudian memakan langsung di RS saat break. Selain makanannya jelas halal, sesuai selera, -yang lebih penting:p- murah meriah:p

Semakin siang, cuaca semakin hangat (tapi ya tetap minus). Suami kemudian mengajak saya ke Ikea untuk mencari ulekan dan frying pan alias teflon (ini apaan sih bahasa Indonesianya?). Setiap hari dalam perjalanan pergi maupun pulang ke dan dari rumah sakit, kami selalu melewati gedung biru Ikea yang tampak besar. Begitu memasuki gedungnya, waaaah besar sekaliiiii, dan ramaaai minta ampun, Sedang ada korting alias sale 30% di sana, pantas saja antriannya minta ampun ramai.

Teflon sudah dapat, tapi ulekan tak ada hahaha. Tak apalah, memang sepertinya agak tak mungkin ya menemukan ulekan di Eropa. Dari Ikea, kami menuju Lidl, supermarket dekat apartemen untuk membeli berbagai kebutuhan mulai daging halal, roti, selai, bumbu masak, telur, tissue dsb. Pulang ke apartemen, waktunya saya yang kebingungan karena cucian sudah tak kering sejak 4 hari lalu! Ampun deh. Kebetulan dryer pakaian di apartemen mati. Jadi daripada cucian bau apek kering tidak basah juga tidak, dihair dryer sajalah semua. Sibuk kan?:p

Nantikan terus postingan selanjutnya ya!:D

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...