Tuesday, August 26, 2014

Lil Ballerina

Entah mengapa, saya sudah merasa kalau Naya memang sering sekali engga percaya diri sejak dulu. Setiap bertemu dengan orang baru, Naya akan malu-malu, menyembunyikan diri di belakang saya atau bahkan ngumpet di balik meja. Mungkin ini menurun dari saya yang juga sangat pemalu. #pret :)))

Kekhawatiran saya ini pun didukung dengan hasil psikotest Naya yang menyatakan bahwa memang Naya engga pede-an. Tanyakan apa saja pada Naya, pasti akan dijawab dengan "Engga tahu" atau "Engga bisa". Padahal sebenarnya dia bisa. Naya juga akan diam seribu bahasa di lingkungan selain di rumah. Kalau di rumah, engga bisa diaaaaam. Kalau kata bapaknya, jago kandang.

Saya sudah mencoba segala cara untuk meningkatkan kepedean Naya. Setiap saat saya puji Naya, saya yakinkan kalau dia pasti bisa. Tapi sepertinya tidak ada gunanya. Naya tetap saja engga pede-an:( Hampir putus asa nih saya, hiks.

Saya kemarin browsing mencari tempat yang dapat membimbing anak seusia Naya modelling. Maksud saya sih supaya Naya engga pemalu dan pede. Kebetulan, tempat yang saya survey sedang mengadakan show di salah satu mall Surabaya. Saya sengaja mendatangi mall tersebut dengan Naya untuk melihat bagaimana sih modelling untuk anak itu. Eh ya ampun, saya malah ketakutan sendiri melihatnya:)) Coba bayangkan ya, anak seusia Naya dipakaikan baju berbulu macam burung merak, menggunakan sepatu high heels berwarna keemasan, topi bulu tinggi, serta make up full, lengkap dengan bulu mata palsu dan eye shadow berwarna-warni. Anak tadi memang pede sekali berlenggak-lenggok di atas panggung. Tapi, maaf ya no hard feeling, saya jadi merasa anak tadi tua sebelum waktunya. Kalau engga diumumkan MCnya (kebetulan teman saya sendiri, mantan partner siaran:p) anak tadi berusia 3 tahun, pasti saya pikir dia berusia lebih tua. So, sepertinya untuk les modelling engga dulu deh ya kak!:p

Hanya ada satu moment di mana saya melihat Naya bisa sangat percaya diri di luar lingkungan keluarga. Saat difoto:)))


Kalau sudah berada di depan kamera, walaupun fotografernya adalah orang yang tidak pernah dikenal sebelumnya, studionya pun merupakan lingkungan baru, Naya bisa tetap bergaya dengan pede-nya.
Karena itulah, saya sering mengajak Naya berfoto. Saya benar-benar ingin mengembangkan rasa percaya dirinya. Huks. Kalau ada yang mau mengajak Naya berfoto, boleh lho yaaa:))))
Yang penting Naya pede!

Wednesday, August 20, 2014

Naya Masuk Sekolah

Mengupdate tulisan saya yang ini, sudah beberapa hari Naya masuk sekolah. Namanya saja emak-emak, Naya yang sekolah tapi saya yang dag-dig-dug sebelumnya. Sejuta deh rasanya! Saya khawatir Naya ternyata engga bisa mengikuti pelajaran di sekolah, takut kalau teman-temannya membuat Naya engga nyaman dan malah bikin Naya mogok sekolah, deg-deg-an takut keputusan saya memutuskan Naya sekolah di TK B salah, dan sejuta ketakutan serta kekhawatiran lainnya.

Kekhawatiran saya diperburuk saat seorang teman mengirimkan link ini. Kalau membaca pengalaman emak-emak yang lain, sepertinya lebih baik menyekolahkan anak di usia yang lebih tua daripada lebih muda. Saya sendiri punya pengalaman punya teman yang berusia muda saat masuk SD (5 tahun). Dia bisa mengikuti pelajaran, tapi saat sudah kelas 4 atau 5 jadi malas-malasan belajar dan hampir tidak naik kelas. Kalau kata guru saya, mungkin saja karena waktu yang seharusnya dia masih bermain sudah digunakan untuk bersekolah. Seram kan ya:"(

Sebenarnya sih, saya tahu kekhawatiran saya sungguh sangat tidak beralasan. Semua keputusan saya untuk Naya termasuk menyekolahkannya di TK-B sudah melalui konsultasi dan diskusi intensif dengan beberapa konsultan tumbuh kembang, beberapa psikolog serta psikiater. Bukan sekadar googling, membaca forum ibu-ibu, atau berbekal "katanya" "kata tetangga" "keponakan saya bla bla bla""tetangga saya bla bla bla" dkk dkk.  Walaupun usia Naya saat ini masih 3 tahun, dari hasil pemeriksaan dan pengamatan, usia mental Naya sudah mencapai 2x lipat dari umur sesungguhnya. Demikian pula dengan kemampuannya. Jadi mustinya engga usah khawatir yaaa. Tapi tetap saja, namanya emak-emak, kalau engga parno rasanya kurang lengkap:p

Naya sangat bersemangat mau sekolah. Semalam sebelumnya, Naya tidak bisa tidur karena sibuk menyiapkan seragam, tas sekolah sampai jepit rambut yang akan dipakai keesokannya. Saya sampai sebal karena Naya bolak/i mengecek tas sekolah. Rempong bener-____-"

Keesokan harinya, Naya bangun pagi sekali, langsung mandi dan mengenakan seragam. Wah saya terharu melihatnya. Anak unyil saya sudah TK-B:')

Mau pas foto tapi gayanya pose begini-__-"

Mungkin karena way too excited, menjelang jam masuk sekolah, Naya malah ketakutan, menangis engga mau sekolah. Eaaaaa, anak labil, emak galau:)))) Saya tanya kenapa Naya tidak mau sekolah, jawabnya karena takut teman baru. Setelah dijelaskan, mau juga Naya bersekolah walaupun di sekolah menurut gurunya menangis sebentar.

Saat pulang sekolah, Naya terlihat bahagia sekali. Dia bercerita diajarkan menghapal Pancasila, menghitung pecahan sampai menyanyikan lagu 17 Agustus. Saya lega sekali. Kekhawatiran saya tak terbukti:) Eh tapiiii, siklus berulang keesokan paginya. Naya menangis karena takut sekolah. Kembali saya bujuk sampai mau. Rasanya menurut saya masih wajar sih, karena di sekolah yang sebelumnya Naya pun seperti ini, setidaknya sampai 2 minggu pertama. Sekarang, setelah hampir seminggu Naya bersekolah sudah tidak ada lagi drama paginya. No more tears! *kok kaya iklan shampoo bayi ya:)))*

Saya belum pernah melihat Naya bersemangat sekali sekolah, rutin menceritakan saya pelajaran di sekolahnya sampai mati-matian menghapal lagu kebangsaan. Oh ya, kemarin Naya ikut upacara, sepertinya dia sangat terkesan sehingga bolak/i mengajarkan saya cara upacara di rumah-__-", Saya senang sekali melihat Naya bahagia, dan merasa yakin bahwa keputusan saya mengikuti rekomendasi para ahli untuk menyekolahkan Naya di TK-B adalah benar adanya:D

Sekarang PR saya ada 1 lagi nih, survey SD! Saya sih sejujurnya ingin Naya mengulang TK-B sampai 3 tahun sehingga bisa masuk SD saat berusia 6 atau 7 tahun. Tapi, sebelum Naya diterima di TK-B, pihak sekolah sudah mendapat catatan khusus dari Diknas kalau Naya tidak boleh sekolah di TK-B lebih dari setahun. Artinya, anak bayi saya tahun depan HARUS bersekolah di SD di usianya yang ke-4. Ehm.. mencari sekolah yang mau menerima Naya TK-B di umur 3 tahun saja setengah mati rasanya sampai emaknya ikut mutung, apa kabar ya mencari SD?

Oh ya satu lagi ding, saya harus bisa cuek, cukup tersenyum manis dengan kedipan mata *halah* setiap ada orang yang tidak tahu benar cerita soal Naya.  Entah berapa orang yang sudah menjudge saya dengan berbagai cara. Mulai dari menyindir halus sampai terang-terangan mengomeli saya saat mengetahui Naya sudah bersekolah di TK-B. Ada juga yang menakut-nakuti saya. Waduh, terima kasih banyak ya atas "bantuannya". Benar lho! Ada yang kaget mengetahui Naya sudah bersekolah di TK-B dan "bercerita" -entah benar apa engga- tentang keponakannya.

"Eh keponakanku dulu juga gitu. Pinter, akhirnya dimasukin ibunya ke SD padahal masih kecil banget. Akhirnya engga naik kelas karena engga bisa ngikutin, terus stress karena dianggep bodoh sama temen-temennya. Sekarang minderan banget."

Waktu saya tanya apa sebelum disekolahkan sudah dites macam-macam? Jawabnya engga pernah-_-"
Malas kan ya saya nanggepin yang beginian?-____________-"

Banyak juga yang malah meminta konta konsultan tumbuh kembang, psikiater dan psikolog Naya supaya anaknya bisa direkomendasikan untuk bersekolah lebih muda di usia sesungguhnya-_-" Saat saya tanya apakah anaknya juga "special" seperti Naya, jawabnya ya engga sih, masih normal tapi pengin sekolah lebih cepat biar keren. Kalau begini yang ambisius itu siapa coba?-__"

*BRB latihan senyum dengan kedipan mata*

Doakan yaa semoga Naya betah dan nyaman di sekolahnya yang baru, bisa mengikuti semua pelajaran dengan baik, bisa bersosialisasi dengan baik pula di lingkungannya. Selain itu doakan juga emaknya ini dianugerahi kesabaran tanpa batas bukan hanya untuk menghadapi anak unyil tapi juga untuk menghadapi para kaum pen-judge di luar sana:p Amiiin!

Tuesday, August 19, 2014

Hello, Malang!

Kurang lebih sebulan yang lalu suami mengabari akan pergi ke Malang dalam rangka halal bihalal dokter kandungan pada tanggal 16-17 Agustus 2014. Suami mengajak saya dan Naya ikut serta sekalian. Family time ceritanya:D

Kebetulan saya bebas dinas jaga pada hari tersebut *tumben-tumbenan:p* sehingga saya iyakan saja ajakan suami. Setelahnya, as always, saya mulai menyurvey tempat-tempat yang akan dikunjungi selama di Malang.

Kami berangkat dini hari setelah shalat subuh dari Surabaya. Naya sangat excited walaupun semalaman sebelumnya tidak bisa tidur karena batuk pilek tertular teman sekelas. Jalanan tidak begitu ramai sehingga perjalanan santai kami bisa ditempuh hanya 2 jam. Naya tertidur sepanjang perjalanan dan baru bangun persis saat kami tiba di kota Malang.

Sesampainya di Malang, kami berkeliling mencari sarapan yang searah dengan hotel tempat menginap di Batu. Karena kesulitan mencari penjual makanan di pinggir jalan, kami memutuskan pergi ke Alun-alun kota Batu. Eh lucu lho tempatnya, sangat eye-catching! Ada bianglala warna-warni dan taman yang sungguh asri. Suami memesan nasi jagung dan batagor, sementara saya berdua Naya membeli pecel. Kami menyempatkan diri berkeliling di alun-alun kota Batu.

Setelah dari alun-alun, kami segera menuju Jatim Park 2. Berdasar survey hasil googling, saya memang lebih tertarik dengan Jatim Park 2 dibanding Jatim Park 1. Sayangnya, saat kami sampai di sana, Jatim Park 2 masih tutup. Mbak penjaga loket menyarankan kami ke Jatim Park 1 dulu karena jam bukanya yang satu setengah jam lebih awal dari Jatim Park 2. Okelah, kami pun berangkat ke Jatim Park 1.

Di sana rupanya loket baru dibuka. Membayar Rp. 75.000/orang, kami berhak menaiki semua wahana dan berkunjung ke museum pengetahuan, sains, taman sejarah dan tempat-tempat lainnya. Btw kalau weekdays, bayarnya hanya Rp. 50.000/orang. Lumayan murah ya!

Kami tidak lama di Jatim Park 1 karena Naya rupanya tidak enak badan, berulangkali minta pulang karena ingin tidur. Jadilah kami cuma sempat berfoto-foto saja:D
Sebenarnya, fasilitas permainan dan museum yang ada lumayan lengkap, hanya sayang menurut saya banyak yang terlihat ditelantarkan. Kurang maintenance-nya begitu.




Hanya sejam di Jatim Park 1, kami langsung menuju hotel untuk segera check-in. Karena kamar masih terisi penuh dan belum ada yang check-out, kami bertiga menunggu di mobil sambil tiduran:)))

Kami menginap di Singhasari Resort. Tempatnya sangat luas dengan fasilitas lengkap, mulai dari kids club, kids playground, fitness dan sauna area, sampai massage spa ada. Saya yang iseng baca-baca visitor's guide terkesan karena ada fasilitas babysitting segala di hotel ini. Keren ya:D

Di hotel, Naya panas tinggi dan meminta tidur. Jadilah saya menjaga Naya semalaman sampai tidak bisa mengikuti acara inti halal bihalal di malam hari. Rencana kami mengunjungi Museum Angkut pun buyar karena Naya sakit:)))

Keesokan paginya, sehabis sarapan kami langsung menuju ke Surabaya. Yaaaa..jauh dari ekpektasi ya, tapi saya senang karena bisa menghabiskan waktu dengan keluarga:)

See you next time, Malang!

Tuesday, August 12, 2014

M. Quraish Shihab Menjawab

Seperti yang pernah saya tulis di sini, saya memang sering kebingungan menjawab pertanyaan Naya soal berbagai hal. Tapi yang paling membuat saya galau bukan kepalang adalah kalau kebagian pertanyaan soal agama. Bukannya apa-apa, saya seringkali kesulitan menemukan cara menjelaskan sesederhana mungkin dengan bahasa sederhana yang dapat dimengerti Naya.

Pada akhirnya, saya menganggap pertanyaan-pertanyaan Naya tadi sebagai suatu "teguran" agar saya lebih rajin belajar dan memperdalam ilmu agama. Jujur, akhir-akhir ini saya memang jarang membaca buku agama, tetapi sekarang jadi sering mengunjungi bagian buku-buku agama di toko buku nih gegara Naya. Thank you ya kakak Aya!

Dari semua buku yang saya borong, ini adalah buku favorit saya!

Buku "M. Quraish Shihab Menjawab Pertanyaan Anak Tentang Islam" ini adalah terbitan Lentera Hati, dan terdiri atas 172 halaman. Ada 9 bagian mulai dari tentang Allah, Nabi dan Rasul, al-Quran, Malaikat jin dan setan, hari kiamat dan akhirat sampai dengan Islam dan hubungan sosial. 

Terlepas dari issue beliau syiah yang entah benar atau engga, menurut saya Quraish Shihab berhasil merangkum pertanyaan-pertanyaan anak tentang Islam dan menjawabnya dengan sangat sederhana tanpa menghilangkan esensinya. Pertanyaan yang ada di buku ini memang benar-benar dari anak yang dihimpun oleh sekolah Cikal, Jakarta.

Salah satu contoh pertanyaan Naya yang saya temukan juga di buku ini misalnya:

"Allah itu laki-laki atau perempuan?"

Quraish Shihab menjawab:
Semua makhluk punya pasangan. Ada lelaki, ada perempuan, ada jantan dan ada betina, ada senang dan ada susah, ada langit dan ada bumi, ada malam dan ada siang, ada positif dan ada negatif, demikian seterusnya. Allah menciptakan seperti itu untuk kemaslahatan yang dibutuhkan manusia dan agar makhluk meraih apa yang diharapkan melalui kerja sama atau kehadiran pasangannya. Manusia misalnya, ingin hidup tenang, mencintai dan dicintai, memiliki anak dan keturunan. Nah, keinginannya itu tidak dapat wujud kecuali ada pasangannya, ada lelaki dan ada perempuan. Allah tidak demikian. Dia Maha Sempurna, karena itu Dia tidak memiliki pasangan. Dia bukan lelaki, bukan juga perempuan, karena itu pula Allah tidak mempunyai anak, karena kalau Dia beranak berarti Dia butuh, sedang Allah tidak membutuhkan apa pun. Allah berfirman: "Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan, agar kamu sadar (bahwa hanya Dia yang Sempurna, tanpa pasangan..bukan lelaki dan bukan juga perempuan)" (QS. adz-Dzariyat [51]:49).

Saya suka sekali membaca buku ini, very recommended!

Saturday, August 9, 2014

Naya dan Agama

Berikut adalah beberapa pertanyaan Naya menyangkut agama yang sukses membuat saya kebingungan menjawab.

Naya: "Mama, kenapa sih kita halus makan? Kan nanti pupup juga."
Meta: "Iya kak, kalau engga makan nanti kita sakit."
Naya: "Telus kalau sakit nanti mati? Katanya semua olang pasti mati nanti. Kenapa halus hidup kalau gitu?"
Meta: "Itu namanya siklus kak. Pasti ada awal, ada akhir. Ada hidup, ada mati. Ada sehat, ada sakit."
Naya: "Kenapa Allah bikin siklus itu ma? Kan lebih enak kalau engga usah ada yang hidup bial ga ada yang mati. Ga usah sehat, tapi ga ada yang sakit juga."

Lain kesempatan,
Naya: "Mama, Allah itu baik ya?"
Meta: "Iya kak, Maha Baik."
Naya: "Manusia yang ciptain Allah?"
Meta: "Iya kak."
Naya: "Telus kenapa ada yang masuk nelaka?"
Meta: "Ya manusianya yang nakal, engga baik berarti"
Naya: "Kenapa Allah engga ciptain manusianya baik aja ma bial masuk surga semua"
Meta: "Semua manusia itu nantinya pasti masuk surga kok kak. Tapi harus dihukum dulu sesuai tingkah lakunya di dunia"
Naya: "Kenapa ma kok begitu? Kalau memang baik, mustinya Allah "

Suatu pagi,
Naya: "Mama, kenapa kakak agamanya Islam? Apa cuma karena mama sama papa agamanya Islam kakak jadi halus Islam? Kalau nanti kakak udah gede maunya agama Klisten atau Budha gimana? Kalau kakak engga mau beldoa di mesjid, maunya di geleja gimana? Kan agamanya kakak. Mustinya ya telselah kakak."
Meta: *speechless*

Lain hari,
Naya: "Mama, kenapa sih Quran kok bahasa Alab? Kenapa engga bahasa Indonesia aja?"
Meta: "Iya kak, supaya artinya kalau diterjemahin ke bahasa lain engga berubah."
Naya: "Memangnya yang neljemahin engga ngelti bahasa Alab? Kok bisa sampai belubah?"

Kalau ini adalah pertanyaan Naya saat masih berusia 2 tahun:
Naya: "Mama, Allah itu cewek apa cowok sih?"
Meta: "Bukan cewek bukan cowok kak."
Naya: "Mama liat dong Allah pake pita engga, pake lok engga, pake celana engga. Mama tuh pelnah ketemu Allah engga sih?"
Meta: "Engga kak."
Naya: "Mama mustinya engga usah solat. Jangan-jangan Allah itu cuma pula-pula aja, engga ada."
Meta: "Ada kak. Yang ciptain kita kan Allah. Allah itu kayak angin, engga ada wujudnya kan? Tapi kan ada."
Naya: "Mama, angin itu kan ada lasanya, adem. Allah apa lasanya?"
Meta: *bingung*

Serius, saya seringkali kebingungan menanggapi pertanyaan Naya terutama soal agama. Saya khawatir salah menjawab, tapi menjawab dengan bahasa sederhana yang bisa dimengerti unyil berusia 3 tahun ini juga tidaklah mudah. PR buat saya nih, mungkin jadi teguran dari Allah juga supaya saya lebih memperdalam ilmu agama ya:))))

Saya sudah membeli beberapa buku agama untuk dibaca, nanti saya share ya hasilnya:D
Sementara ini, doakan saya supaya Naya engga bertanya yang macam-macam dulu:p

Friday, August 8, 2014

Perjalanan Naya

Menyambung kembali tulisan soal Naya yang ini nih!

Setelah mendapat surat rekomendasi dari psikolog yang khusus menangani anak gifted, kali ini PR saya adalah mencari sekolah yang bersedia menerima Naya di TK-B dalam usianya yang tiga tahun. Saya sendiri sejujurnya sudah dalam taraf "mutung" karena sudah mendaftar ke 15 sekolah, mengikuti seleksi masuk, tes psikologi sampai tes wawancara tanpa hasil. Saya khawatir kali ini akan mengalami hal yang sama. Saya sih personally engga masalah ya, tapi bagaimana dengan psikis Naya? Saya sudah mencoba mati-matian mengembalikan kepercayaan diri Naya setelah jadi minderan gegara tidak diterima di 15 sekolah tsb. Kalau dengan surat rekomendasi psikolog yang ini pun saya harus kembali mengulang pengalaman yang sama, saya angkat tangan deh! Mendingan engga usah mencoba mendaftar.

Syukurlah, dari psikolog yang menangani Naya, saya mendapatkan 3 sekolah yang kemungkinan mau menerima Naya. Sekolah ini ketiganya adalah sekolah umum tapi menerima anak special needs di kelas umumnya. Saya si ratu survey segera mendatangi ketiga sekolah ini untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Naya sengaja tidak saya ajak supaya seandainya Naya tidak bisa diterima, tidak akan kecewa.

Sekolah yang pertama adalah sekolah yang cukup terkenal. Saya sering mendengar namanya direkomendasikan di forum ibu-ibu. Lokasinya tidak jauh dari rumah, dan bangunannya bagus. Secara umum sesuai deh dengan kriteria saya dalam mencari sekolah untuk Naya. Hanya saja, yang cukup mengganjal adalah sekolah ini berbasis agama Kristen. Saya engga keberatan karena saya pun dulu pernah bersekolah di sekolah Katolik selama 9 tahun. Tapiiiii, rupanya di sekolah tersebut, agama Kristen diterapkan secara menyeluruh. Apapun dihubungkan dengan agama. Saya jadi pikir-pikir dulu deh. Apalagi Naya masih sangat muda. Jadilah sekolah pertama ini saya skip.

Sekolah yang kedua pun letaknya tidak jauh dari rumah. Saya pernah meliput sekolah ini waktu masih bekerja di stasiun televisi. Sekolah ini cukup terkenal dan bisa dibilang unggulan di antara sekolah swasta. Namun karena berbasis agama Kristen juga, saya skip lagilah sekolah ini.

Sekolah yang ketiga tidak pernah saya dengar namanya sebelum ini. Lokasinya lumayan jauh dibanding kedua sekolah lainnya. Saya googling untuk mencari review dari orangtua murid, tapi hampir tidak ada yang saya temukan. Saya mulai ragu-ragu. Kok namanya engga terkenal begini ya? Jangan-jangan kualitasnya pun diragukan?

Karena tidak ada pilihan lagi, saya menelepon pihak sekolah dan diminta datang di hari yang ditentukan. Saya ingat waktu itu adalah hari pertama tahun ajaran baru anak sekolah. (Naya memang terlambat mendaftar karena ya itu tadi, emaknya yang kece ini sempat mutung:p)

Saya datang ke sekolahnya mengajak Naya karena kepala sekolah ybs ingin mengobservasi Naya. Ternyata sekolah ini termasuk baru, sehingga bangunannya masih bagus dengan halaman yang cukup luas. Menggunakan metode pengajaran Montessori, sekolah ini berbasis agama Budha. Saya mulai kembali ragu. Namun setelah berdiskusi dengan kepala sekolahnya, saya malah jadi yakin menyekolahkan Naya di sana. Menurut beliau, walaupun berbasis Budha namun di playgroup serta TK, anak-anak diajarkan agama secara universal. Barulah di tingkat setelahnya, diajarkan agama sesuai kepercayaannya. Saya melihat beberapa foto murid berjilbab di website mereka:)

Hari itu, Naya diminta ikut trial dengan teman-teman dari TK-B. Saya melihat sendiri betapa bersemangatnya anak-anak sekolah tsb bersekolah. Mereka tampak enjoy sekali dalam belajar. Setiap pagi ada circle time dimana murid playgroup A-B-TK A-TK B berkumpul membentuk lingkaran dan saling bercerita tentang apa saja, berdoa dan bernyanyi bersama. Hal ini supaya anak dapat menempatkan diri saat bergaul dengan anak yang lebih kecil, sebaya dan lebih besar. Ini yang saya cari buat Naya!

Saya melihat betapa anak-anak yang bersekolah di sana merasa senang belajar, tidak ada paksaan sama sekali. Saya bisa bilang begini karena di sekolah-sekolah Naya sebelumnya, saya sering melihat murid-murid yang ngambek atau menangis karena harus masuk sekolah. Di sekolah ini, tidak ada pemandangan begitu yang saya temukan. 

Awal trial, Naya tampak masih takut namun lama-lama malah dia yang bersemangat sekali bersekolah. Sepulang sekolah, Naya menelepon saya meminta dibelikan pensil baru, penghapus baru serta rautan baru untuk bersekolah di TK-B. Setiap saat Naya menceritakan harinya di TK-B. Saya belum pernah lho melihat Naya se-excited ini, sesenang ini dan sesemangat ini.

Setelah menjalani trial selama 2 hari, saya diminta menunggu kabar apakah Naya bisa diterima di TK-B atau tidak. Serius, saya menunggu dengan deg-degan. Naya sudah bertanya terus kapan dia masuk sekolah di TK-B. Naya sudah meminta dibuatkan seragam, dibelikan tas baru dan sepatu baru untuk TK-B. Setiap hari Naya menghapal bunyi Pancasila, menghapal lagu-lagu yang diajarkan di TK-B sampai berlatih menggunting yang rapi karena waktu trial diajarkan menggunting. Bagaimana coba kalau Naya engga diterima? Duh membayangkannya saja hancur hati ini:'( Setiap hari, Naya tak lupa berdoa kepada Allah meminta supaya diterima di TK-B. Engga sampai hati saya melihatnya.

Hampir 3 minggu menunggu (karena liburan panjang lebaran), saya dipanggil untuk datang ke sekolah. Saya benar-benar dag-dig-dug. Diterima atau engga? Kalau engga diterima, saya musti bilang apa ke Naya? Kalau engga diterima, apa rencana saya selanjutnya buat Naya? Segala pikiran sejenis berkecamuk di otak saya.

Di hari yang ditentukan, saya ijin sebentar dari rumah sakit untuk datang ke sekolah. Saya sengaja tidak membawa Naya. Setelah menunggu beberapa menit, saya bertemu kepala sekolah yang memberikan kabar menyenangkan buat kami. Alhamdulillah, Naya diterima!
Anak unyilku sudah TK-B:')

Naya super happy mendengar kabar ini, saya juga jadi ikut happy:D

Semoga Naya merasa nyaman di sekolahnya yang baru ini ya, amiiiin!

Thursday, August 7, 2014

A Better Person

Tulisan ini dibuat dalam rangka hari anak nasional beberapa hari yang lalu. Baru tahu kalau masih nangkring di draft:)))) Maklum deh ya, sibuk mudik *alesan*:p

The best love is the one that will bring out your best qualities and make you want to be a better person.
Sejak dulu kala, saya dikenal teman-teman terdekat dan keluarga karena pelupa. Bukan pelupa terhadap hal-hal penting seperti dosis obat atau hasil pemeriksaan laboratorium pasien lho. Kalau soal yang saya anggap penting seperti ini, wah saya bisa ingat berbulan-bulan:D

Saya memang cenderung melupakan (atau kurang memerhatikan ya?) hal-hal sepele seperti di mana menaruh handphone, di mana meletakkan kunci, di sebelah mana memarkir mobil dsb dsb. Saking parahnya "penyakit" ini, kerabat dekat saya engga pernah heran kalau menemukan handphone saya yang konon sudah hilang berhari-hari di dalam freezer kulkas. Pernah juga jam tangan yang selalu saya pakai tiap hari ditemukan di dalam tempat sampah. Atau yang sempat membuat saya malu bukan kepalang, melaporkan kehilangan mobil di tempat parkir salah satu mal Surabaya sampai membuat para satpam heboh, lalu baru ingat kalau saya datang ke mal tersebut dengan taksi dan bukannya membawa mobil sendiri:p

Setelah ada Naya, saya mulai memerhatikan hal-hal yang selama ini saya anggap sepele dengan lebih fokus. Saya engga pengin ada kejadian meninggalkan Naya di mal karena lupa datang ke mal dengan Naya (Pssstt.. beberapa tahun yang lalu saya pernah meninggalkan ponakan saya karena lupa:p). Saya juga engga pengin kelupaan menyimpan ASIP di kulkas sehingga harus dibuang. Saat ini Alhamdulillah, saya merasa sudah jauh berubah sejak sebelum ada Naya. Saya tidak pernah lagi kelupaan di mana menaruh barang, tidak lagi juga lupa dimana memarkir mobil:D

Saya merasa banyak berubah setelah ada Naya. Bukan hanya sifat pelupa saya saja, tapi masih banyak yang lainnya.

Dulu, hidup saya cenderung tidak teratur. Sesempatnya saja. Saya bisa makan siang pukul 4 sore, dan makan malam pukul 10 malam. Saya bisa shalat Maghrib sesaat sebelum azan Isya berkumandang. Saya sering menonton infotainement yang sebetulnya setiap hari isinya sama saja. Saya bekerja hampir 20 jam sehari, dengan jadwal tidur yang tak tentu. Kadang tidur dalam sehari, kadang juga engga sama sekali.

Setelah ada Naya, saya merasakan hidup saya menjadi jauh lebih teratur. Saya tidak mau Naya mencontoh saya menjadi tidak teratur. Sehingga saya mendisiplinkan diri untuk membuat hidup saya menjadi teratur. Saya tidur tepat waktu, shalat pun diusahakan tepat waktu, makan pagi-siang-malam tepat waktu. Saya merasa lebih sehat dan segar:D

Dulu, saya paling ogah berolahraga. -sekarang juga sih sebenarnya;p- tapi karena sering berkeliling di taman-taman kota Surabaya dengan Naya, saya membiasakan diri untuk setidaknya berjalan sehatlah. Saya juga hobi ngemal:p Rasanya dulu tiap weekend hampir pasti berjalan-jalan ke mal. Setelah ada Naya, saya ingin Naya merasakan weekend tanpa mal. Berwisata kan tidak harus ke mal ya? Jadilah saya jarang ke mal. Lumayaaaan, irit banyak:p

Its true, the best love is the one that makes you a better person. I love my babygirl, and it makes me what i am today. A better person:)

Wednesday, August 6, 2014

Temper Tantrum

Kemarin, saya dicurhati seorang teman yang mempunyai anak sebaya Naya. Menurutnya, Rico, anggap saja begitu nama sang anak, gampang sekali berubah menjadi "monster" sejak berulang tahun yang kedua. Apa saja bisa membuatnya marah besar. Tidak diijinkan menonton televisi, Rico akan menangis, berteriak-teriak bahkan meludahi ibunya. Tidak diperbolehkan memakan permen terlalu banyak, Rico bisa sampai menjambak rambut neneknya. Saat di mall dan meminta mainan, Rico akan bergulingan di lantai, menendangi kaki ibunya sampai dibelikan. Begitu seterusnya.

"Lama-lama karena males dan capek, ya sudahlah, gue kabulkan semua permintaannya. Daripada gue emosi, darah tinggi, stroke terus mati muda?" Begitu komentar teman saya yang disambung dengan pertanyaan, "Emang anak gue normal ga sih? Menurut lo musti dibawa ke psikiater anak gitu ga, Met?"

Saya yakin, apa yang dialami oleh teman saya banyak juga dialami oleh orangtua lainnya. Temper Tantrum, istilahnya, adalah perilaku tidak menyenangkan, mengganggu sampai merusak yang merupakan ledakan luapan emosi tidak terkendali. Temper tantrum adalah bagian normal dari proses perkembangan anak, satu periode perkembangan fisik, kognitif dan emosi anak. Namanya juga periode ya, pasti akan ada akhirnya. Biasanya sih, memasuki umur 4 tahun mulai hilang kok.

Tantrum pada umumnya mulai muncul saat anak berusia setahun dan semakin parah di usia 2 tahun. Makanya ada istilah Terrible Two untuk mereka yang berumur 2 tahun:D Kenapa 2 tahun? Karena di umur tersebut, anak baru mulai memiliki "kesadaran diri". Namun karena kemampuan berkomunikasinya masih sangat terbatas, anak jadi tidak bisa menyampaikan maksudnya. Inilah yang membuat emosi anak meledak-ledak.

Ada beberapa penyebab munculnya temper tantrum ini. Penyebab tersering adalah lelah dan lapar yang membuat anak lebih sensitif dan gampang emosi. Yah ini sih orang dewasa kayak kita juga ya! Kalau lelah atau lapar bawaannya pengin makan orang:p Selain itu adalah mencari perhatian atau kalau keinginannya tidak dituruti. Ada penelitian yang mengungkapkan faktor penyebab tantrum dari pihak lingkungan (bukan dari anak sendiri) , yaitu kurangnya perhatian orangtua, sibling rivalry, disiplin atau peraturan yang tidak konsisten, terlalu protektif atau justru terlalu permisif.

Bagaimana dengan Naya?
Alhamdulillah, sampai saat ini (engga tahu lagi kelak ya, tapi engga minta juga:p) Naya engga pernah tantrum yang sampai mengganggu saya. Dulu memang Naya bakal rewel saat mengantuk. Tapi itu pun dia hanya akan merengek dan ngomong "Pokoknya kakak engga mau bobo! Kakak engga mau bobo! Kakak engga mau bobo!" dst dst dst sampai akhirnya dia tertidur dengan sendirinya:)))) Sekarang sih sudah engga lagi:)

Dulu, waktu Naya tantrum, ini yang selalu saya lakukan. Mungkin bisa dijadikan masukan  buat orangtua yang pusing menghadapi anak tantrum nih!

First thing first, jangan ikutan tantrum:))) Ini penting banget. Karena kalau kita jadi ikutan emosi, engga bakal ada berhentinya. Anak malah jadi membenarkan ngamuk-ngamuknya dia karena ada contoh nyata di depan mata. "Mama aja ngamuk-ngamuk kok sama aku. Kenapa aku engga boleh ngamuk juga?"

Kedua, cuek. Sampai dia tenang, saya engga bakalan mendekati atau mengajak bicara. Saya memang membuat "peraturan" dengan Naya. Kalau Naya ingin sesuatu dari saya, harus langsung dibicarakan. Kalau dia malah rewel atau menangis, saya tidak akan mengajak bicara atau menanyakan ada apa sampai ia tenang. Terkadang, saya peluk Naya sampai dia tenang. Tanpa bicara apapun.

Saat anak sudah mulai tenang, barulah cari tahu apa penyebab tantrumnya. Jika karena keinginannya tidak dipenuhi, jelaskan kenapa kita tidak bisa mengabulkan secara sederhana.

Jangan menawarkan "imbalan" untuk menghentikan tantrumnya, karena bisa menjadi kebiasaan untuk anak.

Jangan lupa beri pujian, pelukan atau ciuman kalau anak sudah berhasil mengendalikan tantrum.

Yang terakhir, biasanya saya minta Naya meminta maaf karena sudah merengek-rengek. Ini untuk membuat Naya tahu kalau apa yang dia lakukan itu salah, supaya tidak diulangi lagi.

Sabar ya moms! Tantrum pasti berlalu:)

antrum sebenarnya adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif, dan emosi pada anak. Sebagai periode dari perkembangan, tantrum pasti akan berakhir.

Artikel kesehatan di : http://www.tanyadok.com/anak/mengenal-temper-tantrum-pada-si-kecil
antrum sebenarnya adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif, dan emosi pada anak. Sebagai periode dari perkembangan, tantrum pasti akan berakhir.

Artikel kesehatan di : http://www.tanyadok.com/anak/mengenal-temper-tantrum-pada-si-kecil

Tuesday, August 5, 2014

My Lil Drama Queen

Sudah pada tahu dong ya kalau anak gadis saya satu-satunya ini super sensitip *iya pake P*?
Saking sensitifnya, terkadang respon Naya terhadap suatu hal menurut saya bisa lebay banget. Penuh drama deh:)))

Untunglah saya engga mengijinkan tv lokal menyala di rumah. Kebayang engga kalau dia menonton drama ala-ala telenovela? Hadeuh, alamat beneran jadi drama queen nanti.

Beberapa contoh betapa "drama" nya Naya.

Suatu hari, sepulang mudik, saya dan Naya pergi naik mobil berdua saja ke rumah. Di jalan, kami ngobrol-ngobrol.
M: "Kak, mama sedih deh. Liburnya selesai, jauh lagi dari uti nih. Kapan ya uti ke Surabaya?"
N: "Mama kok gitu sih?" *pasang tampang manyun*
M: "Ha? Gitu gimana kak?"
N: "Ya gitu, kok maunya deket-deket uti telus?"
M: "Lho, kan uti mamanya mama. Ya engga apa-apa dong?"
N: "Kalau mama mau deket-deket uti telus, nanti mama kakak tinggal lho ya! Mama tu halus pilih. Uti atau kakak!" *ngambek*

Lain kesempatan, saya dinas jaga malam di rumah sakit. Memang biasanya, saya biasakan menyempatkan diri menelepon Naya menanyakan kabarnya. Nah hari itu, saking hecticnya pasien yang ada, saya engga sempat menelepon Naya. Sampai akhirnya, Naya yang menelepon saya.
N: "Halo mama? Mama kok engga nelpon kakak Aya? Mama sudah lupa ya sama kakak? Lupa punya anak namanya kakak Aya?" *ngambek*
M: *nahanngakak*

Suatu sore, saya habis pulang jaga dan berpenampakan mirip zombie karena tidak tidur 2 hari. Sampai rumah disambut Naya yang ngoceh bertanya tak henti-henti. Jujur, kepala saya pusing nyut-nyutan mendengarnya.
M: "Kak, bisa diem sebentar engga? Mama ngantuk banget, mau bobo dulu. Nanti lagi ya."
N: "Aaaah mama, kakak itu maunya sekalang! Mama jaga telus, ke lumah sakit telus, bobo telus, waktu sama kakaknya kapan?"
M: *langsungmelek* "Iya maaf yaaaa. Engga apa-apa deh kakak mau nanya terus."
N: "Mama pusing ya kalau kakak ngomong telus? Kakak Aya itu emang gitu anaknya ma. Sukanya nanya-nanya telus. Kalau mama engga suka, ganti anak aja. Mama ganti anak bayi yang engga bisa ngomong aja." *ngambek*

Yasaalaaaammmm... Saya yang super engga sensitif ini sering kesulitan berhadapan dengan anak gadis yang super sensitif.

Yang terbaru, kemarin saya pulang agak sore karena harus kuliah S2 terlebih dahulu. Saya meminta Naya memeluk saya. Lihatlah bagaimana jawabannya:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...