Wednesday, February 28, 2018

Persiapan ke Belanda

Selain mempersiapkan mental akan berjauhan dengan Naya, menjelang keberangkatan ke Belanda, saya pun mempersiapkan banyak hal, termasuk (salah satunya) mengatur apa saja yang akan saya bawa. Berbeda dengan perjalanan-perjalanan sebelumnya, kali ini saya hanya memiliki waktu persiapan yang cukup singkat. Bukan apa-apa, tapi memang dikarenakan kesibukan yang demikian hecticnya. (Bisa dibaca di sini).
Naya kelihatan setengah mati nahan nangis ga sih?

Kalau biasanya saya sudah mulai packing sebulan, bahkan 2 bulan (kalau jangka panjang, ke luar negeri pula) sebelumnya. Nah di perjalanan kali ini, cukup hanya dalam 2 minggu saja. Prestasi luar biasa lho ini buat saya yang super OCD:p

Yang pertama saya cari tahu tentu adalah cuaca selama di sana. Berdasarkan weather.com, saat kedatangan saya di Amsterdam, suhunya berkisar antara -6 derajat Celsius hingga -2 derajat Celsius. Eh gimana? Engga salah? Iyeee, engga salah. Serius, bahkan suhu tertingginya saja -2 derajat! Saya yang paling tak kuat dingin ini langsung migren deh pasti. Di akhir masa tinggal saya di Belanda, suhunya masih berkisar antara 10-16 derajat Celsius. Yaelah, tetap saja saya pasti tak tahan:)))


Karena itulah, segala coat berlapis bulu angsa, long john, legging heat tech milik Uniqlo dan Marks & Spencer saya borong. Untungnya di bulan-bulan ini, SEHARUSNYA sudah memasuki musim semi sehingga SEHARUSNYA pula cuaca menghangat. Banyak fashion chain store (seperti Uniqlo, Zara, atau Marks and Spencer) yang mendiskon baju-baju musim dinginnya. Wah, ada hikmahnya juga nih saya baru bisa mempersiapkan semua 2 minggu sebelum berangkat. Coba kalau jauh hari sebelumnya, pasti yang saya beli masih harga normal. #Emakirit

Total saya membawa 5 pasang long john, 3 coat bulu angsa, 2 coat biasa, serta banyak pakaian hangat. Pengalaman saya sih, yang praktis adalah membawa pakaian untuk dijadikan lapisan alias layer. Di Eropa, terkadang suhunya galau sekali. Bisa sangat dingin di pagi hari, kemudian jadi sangat panas di siang hari. Maksud saya, saat super dingin, tinggal pakai pakaian berlapis-lapis. Kemudian saat panas, tinggal dilepas lapisannya.

Selain pakaian, yang saya persiapkan setelahnya adalah makanan. Sambal (tentunyaaa), karena saya tak bisa makan tanpa sambal. Saya membawa sambal Ronju 3 botol kecil, sambal bu Rudi 3 botol dan Boncabe level 15:D Selain itu, saya juga membawa mie instan sekoper penuh (seriously), bubur instan, rendang sampai biskuit bayi kesukaan saya. Kata teman SMA saya yang berdomisili di Belanda, mie instan merk Indonesia atau sambal botol sih sebetulnya ada dijual di sana, tapi dengan harga yang lumayan mahal. Karena malas ribet mencari-cari segala (dan khawatir tak cukup waktu), sudahlah ya, saya mendingan bawa saja langsung.

Sisanya, yang saya persiapkan adalah perlengkapan sekolah seperti laptop, buku, ipad berisi ebook textbook, presenter laser, stabilo hingga ke pulpen, penggaris dan pensil.  Namanya juga mau sekolah ya hehe. Saya juga mempersiapkan presentasi kasus yang akan saya bawa (dan presentasikan tentunya) di sana. Semoga tak memalukan Indonesia ya:D

Bagaimana dengan persiapan di rumah? Namanya juga ibu-ibu, persiapannya banyaaak dan panjaaang sekali. Dimulai dari mempersiapkan Naya yang akan menjalani PTS (Penilaian Tengah Semester) sesaat setelah saya pergi. Saya mengajarkan Naya beberapa materi ujian, dan membuat soal-soal latihan untuk ia kerjakan nanti. Saya juga mengatur persediaan bahan makanan dan habis pakai mulai gas, air mineral untuk dispenser, kebutuhan rumah lain sampai membayar segala iuran di muka.

Oh ya, tadi Naya ikut mengantarkan saya ke bandara. Sepanjang perjalanan, Naya sudah mewanti-wanti dan mengingatkan saya untuk tidak menangis. Tapi, sesaat sebelum turun dari mobil, ia sibuk mengambil tissue. Saat saya tanya untuk apa, jawabnya "Just in case i cant hold my tears.". :')
My BFF:D

Karena saya sendiri tak yakin dapat menahan diri untuk tidak mewek saat berpamitan dengan Naya, saya sengaja mempercepat proses berpamitan ini. Nyatanya, saya tak sampai hati melihat Naya setengah mati menahan tangis. Saat matanya terlihat jelas berkaca-kaca, ehh mata saya juga:p #TeamMewek

Karena itulah saya segera masuk ke dalam gate untuk check in, walaupun sebetulnya rencana awal adalah ingin menghabiskan waktu dulu bersama Naya di tempat makan bandara. Lihat deh tampang Naya. Naya ini sangat ekspresif dan dikenal sebagai happy baby, happy kid. Selalu saja tersenyum happy setiap saat. Tapi di foto-foto saat saya berpamitan, tampak jelas raut mukanya sedih. Duh, jangan sedih ya kakak.

Saya yakin bahwa niat baik akan selalu dibantu oleh Allah. Semoga dengan melihat papa mamanya yang masih bersemangat untuk mencari ilmu setinggi-tingginya, Naya pun akan terinspirasi untuk melakukan hal yang sama kelak karena selain anak solehah dan sedekah jariyah, ilmu bermanfaat akan menjadi amalan yang tak terputus . Semoga Naya sehat terus, dan selalu dijaga serta dilindungi oleh Allah Swt. Aamiiin aamiin aamiin yra.





1 comment:

Nining said...

sukses selalu dilancarkan semuanya ya bu dokter cantik, Naya hebat

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...