Tuesday, January 31, 2012
Sunday, January 29, 2012
:))
Ini adalah salah satu halaman dari buku agenda sekolah Naya. Setiap kali, selalu ada report dari gurunya tentang gimana Naya di sekolah. Mostly, setelah Meta baca-baca, emang gurunya nulis semacam ini. Pernah ditulis: Naya makan puding nambah 4x, terus Naya makan pisang nambah 4x, dst dst.
Apakah ini penagihan terselubung?:p
:))))
Brain Foods for Kids
Yayy! Another book-review published on The Urban Mama. You can see the complete version here.
Brain Foods for Kids
Penulis: Nicola Graimes
Penerbit: Erlangga
ISBN: 9797811689
Harga: Rp. 75.000 (saya beli saat diskon 50% jadi Rp. 37500)
Saya sangat percaya bahwa memperhatikan apa yang kita makan sangat penting untuk kesehatan. Untuk bayi atau anak-anak, bahkan lebih penting lagi karena pertumbuhan organ tubuhnya sangat dipengaruhi asupan makanan, termasuk otak. Pola makan yang sehat, bergizi dan mengandung bahan makanan tertentu akan dapat membantu anak untuk mengembangkan daya ingat, daya konsentrasi, bahkan kemampuan belajar.
Tentu saja asupan makanan bergizi dan sehat setiap hari lebih baik dari sekedar vitamin atau suplemen yang konon dapat ‘membantu mencerdaskan anak’ yang dijual di pasaran. Masalahnya, untuk saya yang tidak bisa memasak, susah sekali memikirkan bagamana memasak makanan yang bergizi, dan dapat membantu pertumbuhan otak Nayara. Untungnya, saya menemukan buku Brain Foods for Kids ini.
Buku ini berisi 127 halaman mengenai makanan yang berguna untuk pertumbuhan otak anak agar kelak. Bukan hanya resep membuatnya, tapi juga info mengenai kandungan apa saja yang terdapat dalam bahan makanan tertentu, fungsinya untuk nutrisi otak anak, sampai bagaimana seharusnya cara kita menyiapkan makanan agar tidak merusak kandungannya.
Contohnya, seperti yang saya kutip dari buku ini, mengukus atau menumis lebih dianjurkan daripada merebus karena merebus dapat merusak vitamin larut air seperti vitamin B kompleks dan C. Selain itu, sebaiknya memasak sayuran dilakukan secara utuh atau dalam potongan besar untuk membantu mempertahankan nutrisinya. Jujur, saya baru tahu lho!
Buku ini juga membahas makanan yang dapat melemahkan fungsi otak. Dikatakan, salah satu penyebab turunnya kemampuan otak ialah gula olahan yang terdapat pada makanan yang dproses seperti permen, kue, biskuit, dan sereal yang manis. Wah, setelah membaca buku ini, saya jadi lebih waspada lagi dalam memilihkan makanan untuk Nayara.
Saya kutipkan satu resep dari buku ini buat para urban Mama yang ingin tahu nih, siapa tahu ada yang ingin mencoba membuatnya.
Pizza Pemberi Tenaga
Semua anak menyukai pizza. Pizza buatan sendiri menawarkan serangkaian nutrisi yang cukup lengkap. Jenis yang mudah dibuat ini sangat tepat untuk perut kosong si mungil yang harus diisi dalam sekejap.
Untuk 2 porsi
2 muffin wholemeal, belah 2.
4 sdt pesto merah.
1 buah tomat, buang bijinya dan cincang.
2 sdm keju mozarella serut.
Panaskan wajan dengan suhu sedang. Lapisi dengan kertas aluminium. Panggang muffin pada sisi yang tidak terpotong.
Campurkan pesto dan tomat, oleskan ke muffin yang sisinya belum dipanggang. Lapisi dengan keju mozarella dan taruh kembali di panggangan selama 3-5 menit sampai meleleh, Biarkan sebentar agar dingin sebelum disajikan.
Kelihatannya mudah ya? Saya sendiri belum mencobanya karena Nayara masih memakan bubur halus. Tapi pasti saat Nayara sudah toddler, saya akan mencoba ini. Sehat dan bernutrisi!
Masih banyak lagi resep makanan yang bisa dicoba mamas di buku ini. Kata siapa makanan sehat dan bernutrisi harus ribet membuatnya? Untung ada buku Brain Foods for Kids!
Friday, January 27, 2012
NayaMorphosis-9Months
My 9 mo baby!
Sudah bisa berdiri sendiri, jalan 2 langkah biarpun jatuh lagi:p
Sukanya handphone emaknya, dan masih suka narik-narik rambut sang emak. Sampe rontok semua engga karuan *curcol* :p
Sudah bisa naik dan turun tempat tidur sendiri, sudah bisa duduk sendiri dari posisi tidur, bisa nyedot teh kotak emaknya (ampuuuun hahaha, Meta iseng lagi minum teh kotak, Naya ngunyem pengen minta, karena Meta pikir Naya engga bakal bisa ikut nyedot, Meta kasihin daaaaan ternyata bayi ini bisa sodara-sodara! Jangan ketagihan ya nak. No tea for you:p), sudah bisa nyanyi (tanpa irama yang tepat tentunya) lagu Becak, dan sudah bisa manggil burung. Beneran lho, jempol sama jari tengahnya dibunyiin niru nannynya kalo manggil burung:D
Sudah dapat imunisasi campak, dan engga nangis sama sekali waktu disuntik. Mengherankan dan membuat emaknya yang parno ini wondering, itu tadi bener engga sih nyuntiknya:p
Ahhhh, i love you much Naya:*
Naya's 1st Trophy
Friday, January 20, 2012
In Memory
Hampir sebulan Meta ada di stase Pediatric Hematology. Entah kenapa, setiap inget hemato, Meta selalu inget satu pasien Meta waktu masih junior dulu. Sebut aja namanya X yaa. Usianya 16 tahun, relatif paling besar kalo dibanding pasien lain yang ada di ruangan lantai 1.
X ini paling kalem (ya iyalah ya, paling besar sih), paling ngemong ke pasien-pasien lain yang dianggep adiknya. Setiap giliran mau disuntik, justru dia yang ngingetin Meta. 'Dok, saya hari ini suntik leonase lagi lho'.
Meta inget banget, setelah hampir 3 bulan opname, X sangat semangat karena protokol kemoterapinya udah ampir abis, dan memungkinkan dia untuk pulang walau cuma seminggu sebelum opname lagi. Inget betapa sumringahnya dia, bisa pulang ke rumah buat ketemu adiknya yang masih 3 tahun, ketemu kakek neneknya, dan ketemu ayahnya. Fyi, di RS dia cuma ditemeni sang ibu karena ayahnya harus tetap bekerja demi menghidupi keluarga.
'Dok, saya sebentar lagi boleh pulang ya dok, kangen rumah, kangen adik, kangen semuanya.'
Waktu itu Meta mengiyakan dengan catatan hasil laboratorium darahnya baik. Tapi apa boleh buat, ternyata hasil pemeriksaan mengharuskan X untuk transfusi. Kecewa, jelas. Tapi X tetap tersenyum sambil menghibur diri, 'Ga apa-apa dok, abis transfusi kan boleh langsung pulang. Lumayan biarpun cuma 3 hari'
Sayangnya, setelah transfusi dan dicek ulang, X harus kembali ditransfusi selama 3 hari. Padahal, jadwal kemoterapinya sudah di depan mata. Jadilah X tidak bisa pulang karena harus meneruskan jadwal kemoterapi.
Begitu pun, dia tetap tersenyum (walaupun mengeluarkan airmata, yang pada akhirnya bikin Meta jadi ikut terharu). 'Mungkin emang aku engga boleh pulang dulu ya dok. Engga apa-apa deh, nanti aja setelah kemonya selesai semua, baru pulang, biar bisa lebih lama di rumah.'
Waktu berlalu, dan X masih sama seperti biasa. Mudah tersenyum, selalu ikut menenangkan kalau ada pasien lain yang takut mau disuntik, ikut membujuk kalau ada yang engga mau disuntik, she had been very helpful.
Sampai suatu hari, beberapa hari menjelang lebaran, X yang lemah, terbaring engga berdaya di tempat tidurnya, bilang gini ke Meta ' Dok, saya boleh pulang ya dok. Kan sebentar lagi lebaran. Saya pengen lebaran di rumah dok. Kangen takbiran bareng-bareng. Kangen sama keluarga, kangen sama rumah.'
Karena hasil darahnya dan keadaan umumnya yang sangat lemah (lebih lemah dibanding biasanya), jelas belum boleh pulang. Akhirnya Meta jelasin panjang lebar, takut ada apa-apa kalau pulang sekarang, toh nanti kalau lumayan membaik bisa pulang agak lama. Walaupun dengan berlinang airmata, X mau juga nurut untuk engga pulang paksa. Sang ibu pun setuju untuk tetap di RS.
Tapi Allah berkehendak lain. tepat di hari raya, X berpulang ke hadiratNya. Sayangnya, Meta yang waktu itu lagi hamil muda dan hiperemesis gravidarum masih harus full bedrest di rumah dan engga bisa nemuin keluarganya langsung.
Begitu Meta tau kalo X udah engga ada, entah karena hormon kehamilan atau gimana ya, rasanya sediiiiih banget. Setengah menyesal juga, apa mustinya Meta ngebolehin X pulang (walaupun statusnya pulang paksa) ya? At least, takbiran itu bisa jadi takbiran terakhirnya barengan keluarga. Mungkin kalo waktu itu X pulang, pada saat dia dipanggil ke rahmatullah, dia sedang berada di antara keluarga terdekatnya, lengkap. Mungkin keinginannya ketemu sama adiknya, sama kucingnya, sama ayahnya, bisa terlaksana sebelum pada akhirnya engga mungkin lagi tercapai.
Mungkin ini udah jadi jalanNya, dan pasti yang terbaik untuk X. Semoga.
X ini paling kalem (ya iyalah ya, paling besar sih), paling ngemong ke pasien-pasien lain yang dianggep adiknya. Setiap giliran mau disuntik, justru dia yang ngingetin Meta. 'Dok, saya hari ini suntik leonase lagi lho'.
Meta inget banget, setelah hampir 3 bulan opname, X sangat semangat karena protokol kemoterapinya udah ampir abis, dan memungkinkan dia untuk pulang walau cuma seminggu sebelum opname lagi. Inget betapa sumringahnya dia, bisa pulang ke rumah buat ketemu adiknya yang masih 3 tahun, ketemu kakek neneknya, dan ketemu ayahnya. Fyi, di RS dia cuma ditemeni sang ibu karena ayahnya harus tetap bekerja demi menghidupi keluarga.
'Dok, saya sebentar lagi boleh pulang ya dok, kangen rumah, kangen adik, kangen semuanya.'
Waktu itu Meta mengiyakan dengan catatan hasil laboratorium darahnya baik. Tapi apa boleh buat, ternyata hasil pemeriksaan mengharuskan X untuk transfusi. Kecewa, jelas. Tapi X tetap tersenyum sambil menghibur diri, 'Ga apa-apa dok, abis transfusi kan boleh langsung pulang. Lumayan biarpun cuma 3 hari'
Sayangnya, setelah transfusi dan dicek ulang, X harus kembali ditransfusi selama 3 hari. Padahal, jadwal kemoterapinya sudah di depan mata. Jadilah X tidak bisa pulang karena harus meneruskan jadwal kemoterapi.
Begitu pun, dia tetap tersenyum (walaupun mengeluarkan airmata, yang pada akhirnya bikin Meta jadi ikut terharu). 'Mungkin emang aku engga boleh pulang dulu ya dok. Engga apa-apa deh, nanti aja setelah kemonya selesai semua, baru pulang, biar bisa lebih lama di rumah.'
Waktu berlalu, dan X masih sama seperti biasa. Mudah tersenyum, selalu ikut menenangkan kalau ada pasien lain yang takut mau disuntik, ikut membujuk kalau ada yang engga mau disuntik, she had been very helpful.
Sampai suatu hari, beberapa hari menjelang lebaran, X yang lemah, terbaring engga berdaya di tempat tidurnya, bilang gini ke Meta ' Dok, saya boleh pulang ya dok. Kan sebentar lagi lebaran. Saya pengen lebaran di rumah dok. Kangen takbiran bareng-bareng. Kangen sama keluarga, kangen sama rumah.'
Karena hasil darahnya dan keadaan umumnya yang sangat lemah (lebih lemah dibanding biasanya), jelas belum boleh pulang. Akhirnya Meta jelasin panjang lebar, takut ada apa-apa kalau pulang sekarang, toh nanti kalau lumayan membaik bisa pulang agak lama. Walaupun dengan berlinang airmata, X mau juga nurut untuk engga pulang paksa. Sang ibu pun setuju untuk tetap di RS.
Tapi Allah berkehendak lain. tepat di hari raya, X berpulang ke hadiratNya. Sayangnya, Meta yang waktu itu lagi hamil muda dan hiperemesis gravidarum masih harus full bedrest di rumah dan engga bisa nemuin keluarganya langsung.
Begitu Meta tau kalo X udah engga ada, entah karena hormon kehamilan atau gimana ya, rasanya sediiiiih banget. Setengah menyesal juga, apa mustinya Meta ngebolehin X pulang (walaupun statusnya pulang paksa) ya? At least, takbiran itu bisa jadi takbiran terakhirnya barengan keluarga. Mungkin kalo waktu itu X pulang, pada saat dia dipanggil ke rahmatullah, dia sedang berada di antara keluarga terdekatnya, lengkap. Mungkin keinginannya ketemu sama adiknya, sama kucingnya, sama ayahnya, bisa terlaksana sebelum pada akhirnya engga mungkin lagi tercapai.
Mungkin ini udah jadi jalanNya, dan pasti yang terbaik untuk X. Semoga.
Thursday, January 19, 2012
TV
Kemarin, salah seorang teman yang lagi hamil gede dan mau melahirkan bbm-an sama Meta.
X : "Met, elo langganan cable-tv engga?"
Meta :"iya, langganan. Emang kenapa?"
X :"Bingung aja nih, pasang engga yaaa. Soalnya kasian juga ntar kalo baby udah
lahir. Engga bisa nonton acara mendidik di tv kalo engga langganan. "
Meta : *bingung* *bengong*
Entah apa yang bikin salah kaprah, engga cuma buat teman yang ini lhoo, rasanya banyak orang lain, yang menganggap acara tv yang mendidik penting untuk bayi. Meta kenal teman yang bangga banget cerita kalo bayinya bisa anteng banget tiap nonton Dora the explorer. Ada lagi yang engga kalah bangga nge-twit kalo bayinya ketawa2 tiap nonton Barney.
Engga salah juga sih, lagi-lagi semua tergantung pada keyakinan masing-masing. Tapi buat Meta, haram hukumnya nyalain tv buat Naya. Apapun judulnya, seedukatif apapun merknya, Dora kek, Barney kek, Sesame Street kek, sorry, definetely not for my baby. At least not when she is still baby. Maybe its owkay when she is already a toddler.
Kenapa emang sih?
Well, Meta percaya, kalo di usia dini (baca:bayi), Naya engga ngerti apa-apa unless diajarin sama emaknya (atau orang lain). Jadi kalo misalnya banyak yang percaya nnonton tv bisa memperkaya kosakata bayi, i dont believe it.
Emang, Dora dan Barney banyak ngenalin kosakata baru. Tapi perlu diingat, kalo bayi sama sekali engga ngerti apa yang mereka omongin di TV. Engga ada kontak langsung, engga secara 2 arah, kok rasanya percuma yaa, secara hal terpenting dalam komunikasi adalah secara 2 arah dan ada mimik alias ekspresinya.
Gimana bisa ngarep bayi belajar kosakata untuk bekal berkomunikasi kalau prinsip dasar komunikasi aja engga ada dalam nonton tv?
Selain itu, Meta percaya kalo nonton tv di usia dini ngajarin bayi untuk engga fokus. Acara tv yang secara visual cepat sekali berganti bakal 'melatih' bayi terbiasa untuk melihat sesuatu atau melakukan sesuatu secara engga fokus. Jangan nyalahin anak sendiri kalo nantinya susah konsentrasi. Kan dilatih sejak bayi:D Masuk akal kan ya?
Yang ketiga, menurut Meta, TV menghambat kemampuan eksplorasi bayi. Di umur segitu, seharusnya bayi lagi senang2nya eksplor segala macem. Dengan tv, perhatiannya terpaku ke depan tv dan (bisa dipastikan) engga bakalan bisa eksplor apapun. Padahal kemampuan eksplorasi itu penting lho untuk tumbuh kembang bayi.
Kalo cuma liat TV, kemampuan yang bisa dilatih cuma kemampuan visual sama audio aja. Yang lain kaya kemampuan merasa, kinestetik dllnya terus mau dikemanain?:D
Alhamdulillah, mungkin karena engga dibiasain sejak lahir, sekarang Naya engga tertarik sama sekali buat nonton TV. Pernah ya, di sekolahnya ada acara nonton dvd Barney bersama. Teman Naya yang lain anteng liat Barney. Naya? sibuk loncat-loncat sendiri sambil narik-narik rambut emaknya:p
Meta emang langganan cable tv, tapi bukan buat Naya. Cuma biar bisa nonton How I Met Your Mother sama Switched At Birth aja kok:p
Pernah, sekali waktu Meta iseng nunjukkin kartun Garfield di TV ke Naya. Tapi lagi-lagi Naya lebih tertarik sama kucing asli yang dikejar-kejar sambil treak-treak 'huuus huuus' (baca:pus). And im so proud of it.
Bukannya anti tv, tapi kalo untuk Naya, engga sekarang-sekarang deh. Nanti, kalo menurut Meta Naya udah siap:D
X : "Met, elo langganan cable-tv engga?"
Meta :"iya, langganan. Emang kenapa?"
X :"Bingung aja nih, pasang engga yaaa. Soalnya kasian juga ntar kalo baby udah
lahir. Engga bisa nonton acara mendidik di tv kalo engga langganan. "
Meta : *bingung* *bengong*
Entah apa yang bikin salah kaprah, engga cuma buat teman yang ini lhoo, rasanya banyak orang lain, yang menganggap acara tv yang mendidik penting untuk bayi. Meta kenal teman yang bangga banget cerita kalo bayinya bisa anteng banget tiap nonton Dora the explorer. Ada lagi yang engga kalah bangga nge-twit kalo bayinya ketawa2 tiap nonton Barney.
Engga salah juga sih, lagi-lagi semua tergantung pada keyakinan masing-masing. Tapi buat Meta, haram hukumnya nyalain tv buat Naya. Apapun judulnya, seedukatif apapun merknya, Dora kek, Barney kek, Sesame Street kek, sorry, definetely not for my baby. At least not when she is still baby. Maybe its owkay when she is already a toddler.
Kenapa emang sih?
Well, Meta percaya, kalo di usia dini (baca:bayi), Naya engga ngerti apa-apa unless diajarin sama emaknya (atau orang lain). Jadi kalo misalnya banyak yang percaya nnonton tv bisa memperkaya kosakata bayi, i dont believe it.
Emang, Dora dan Barney banyak ngenalin kosakata baru. Tapi perlu diingat, kalo bayi sama sekali engga ngerti apa yang mereka omongin di TV. Engga ada kontak langsung, engga secara 2 arah, kok rasanya percuma yaa, secara hal terpenting dalam komunikasi adalah secara 2 arah dan ada mimik alias ekspresinya.
Gimana bisa ngarep bayi belajar kosakata untuk bekal berkomunikasi kalau prinsip dasar komunikasi aja engga ada dalam nonton tv?
Selain itu, Meta percaya kalo nonton tv di usia dini ngajarin bayi untuk engga fokus. Acara tv yang secara visual cepat sekali berganti bakal 'melatih' bayi terbiasa untuk melihat sesuatu atau melakukan sesuatu secara engga fokus. Jangan nyalahin anak sendiri kalo nantinya susah konsentrasi. Kan dilatih sejak bayi:D Masuk akal kan ya?
Yang ketiga, menurut Meta, TV menghambat kemampuan eksplorasi bayi. Di umur segitu, seharusnya bayi lagi senang2nya eksplor segala macem. Dengan tv, perhatiannya terpaku ke depan tv dan (bisa dipastikan) engga bakalan bisa eksplor apapun. Padahal kemampuan eksplorasi itu penting lho untuk tumbuh kembang bayi.
Kalo cuma liat TV, kemampuan yang bisa dilatih cuma kemampuan visual sama audio aja. Yang lain kaya kemampuan merasa, kinestetik dllnya terus mau dikemanain?:D
Alhamdulillah, mungkin karena engga dibiasain sejak lahir, sekarang Naya engga tertarik sama sekali buat nonton TV. Pernah ya, di sekolahnya ada acara nonton dvd Barney bersama. Teman Naya yang lain anteng liat Barney. Naya? sibuk loncat-loncat sendiri sambil narik-narik rambut emaknya:p
Meta emang langganan cable tv, tapi bukan buat Naya. Cuma biar bisa nonton How I Met Your Mother sama Switched At Birth aja kok:p
Pernah, sekali waktu Meta iseng nunjukkin kartun Garfield di TV ke Naya. Tapi lagi-lagi Naya lebih tertarik sama kucing asli yang dikejar-kejar sambil treak-treak 'huuus huuus' (baca:pus). And im so proud of it.
Bukannya anti tv, tapi kalo untuk Naya, engga sekarang-sekarang deh. Nanti, kalo menurut Meta Naya udah siap:D
Wednesday, January 18, 2012
Power Pumping
Kesibukan membuat saya tidak bisa pumping secara rutin setiap harinya. Kalau sewaktu masa ASIX saya bisa pumping setiap 2-3 jam, sekarang bahkan sehari sekali pun susah. Dari pagi sampai sore, pekerjaan sama sekali tidak bisa ditinggal. Waktu ishoma yang singkat (saking singkatnya, saya sampai sering skip waktu makan), tidak bisa digunakan untuk pumping. Praktis, selama di tempat kerja, dari pagi sampai sore (atau malah malam), saya tidak pernah pumping.
Inilah yang akhirnya membuat produksi ASI saya sangat drop. Di rumah, saya berusaha pumping untuk stok Nayara selama ditinggal kerja, tapi dalam 30 menit, hasilnya benar-benar menyedihkan. 5cc pun tidak. Ingin menangis rasanya.
Dalam kepanikan dan kesedihan, akhirnya saya 'menyerah' juga. Melihat stok ASIP di kulkas benar-benar kosong, dan harus dinas jaga malam yang artinya meninggalkan rumah lebih dari 24 jam, saya tidak mau membuat Nayara kelaparan.
Saya mengikhlaskan diri untuk memberi Nayara sufor. Sedih, tentunya, karena niat ingin memberi ASI sampai 2 tahun tidak bisa tercapai. Dengan dukungan dari suami yang selalu bilang 'Udah, gak apa-apa, kan yang 6 bulan udah lewat', saya berikan Nayara sufor.
Eh, tapi ternyata tidak semudah itu, karena Nayara tidak mau. Disembur, dijilat-jilat sambil mengernyit, atau bahkan tidak mau menoleh sama sekali. Saya sudah mencoba berbagai sufor, dan reaksi Nayara tetap sama. Stress, jelas. Merasa bersalah, jelas. Saya jadi menyalahkan diri sendiri dan menyesal kenapa tidak bisa konsisten pumping.
Saya mencari ASI donor (akhirnya dapat kontak dari sepupu) untuk 1 hari, setidaknya untuk Nayara saat saya tinggal dinas jaga malam. Itu pun sambil berharap-harap cemas. Alhamdulillah, Nayara mau minum ASI donor.
Tapi, saya berpikir bagaimana dengan besok dan besoknya dan besoknya lagi? Tidak mungkin tergantung pada ASI donor. Sementara hasil pumping tetap tidak bergeser dari kisaran 5cc saja.
Di tengah kegalauan, saya teringat pernah membaca tentang power pumping, tekhnik yang bisa dipakai untuk meningkatkan produksi ASI. Idenya simple, mengirim sinyal ke tubuh untuk memproduksi ASI sesering mungkin dengan memompa sesering mungkin. Karena 'kepepet', saya mencoba power pumping ini pada saat weekend dan bebas dinas jaga malam.
Setiap jam, saya pumping selama setidaknya 20-30 menit. Berhenti,sejam kemudian pumping lagi selama 20-30 menit. Begitu seterusnya selama 2x24 jam. Bosan? Oh jelas, apalagi karena hasil pumping yang keluar tidak signifikan. Melihat breastpump saja lama-lama mual rasanya. Tapi, lagi-lagi karena 'kepepet', saya tetap melakukan power pumping ini.
Oh ya, karena saya pegal (dan malas) kalau harus memegangi breastpump seharian selama 2 hari, saya membuat handsfree breastpump sendiri. Inginnya sih beli Medela handsfree, tapi apa daya kantong tak sampai hehe. Saya pernah baca juga cara bikinnya, cuma pakai karet rambut yang murmer. Seperti ini kira-kira gambarnya:
(diambil dari asibayi.com)
Lumayan, tangan saya tidak pegal, dan saya masih bisa melakukan pekerjaan lain.
Kembali ke power pumping. Berhasilkah saya?
Jujur, saat weekend berakhir, hasil pumping saya selama 2x 24 jam hanya terkumpul 1 botol berisi 75 cc ASIP untuk Nayara. Saya sempat kecewa, tapi tetap bersyukur. Setidaknya ada stok satu botol untuk Nayara.
Keesokan harinya, saat saya pumping di tempat kerja sebelum pulang ke rumah, saya terkejut. Hasil pumping saya ternyata mencapai 50 cc. Wowww, sepertinya efek dari power pumping kemarin baru terasa. Dan believe it or not, Alhamdulillah, sampai sekarang saya masih bisa memberikan ASI full untuk Nayara. Masih kejar tayang sih, tapi saya sudah sangat bersyukur. Semoga cita-cita memberikan ASI sampai 2 tahun bisa tercapai.
Tips saya buat mamas yang ingin mencoba power pumping:
1. Niat. Jangan patah semangat dulu. Selama melakukan power pumping ini, jangan berharap ada perubahan dari hasil pumping secara signifikan. Berapa pun hasilnya, keep pumping!
2. Bisa dibarengi dengan konsumsi galactogogue, makanan/minuman yang bisa meningkatkan produksi ASI seperti sayuran misalnya.
3. Lakukan kegiatan yang menyenangkan selama power pumping. Misalnya sambil main dengan bayi kita, browsing, atau online shopping:D
4. Syukuri berapapun hasil pumping kita. InsyaAllah cukup kok untuk bayi kita, ma.
Buat yang mau mencoba, Good luck, mamas!
Inilah yang akhirnya membuat produksi ASI saya sangat drop. Di rumah, saya berusaha pumping untuk stok Nayara selama ditinggal kerja, tapi dalam 30 menit, hasilnya benar-benar menyedihkan. 5cc pun tidak. Ingin menangis rasanya.
Dalam kepanikan dan kesedihan, akhirnya saya 'menyerah' juga. Melihat stok ASIP di kulkas benar-benar kosong, dan harus dinas jaga malam yang artinya meninggalkan rumah lebih dari 24 jam, saya tidak mau membuat Nayara kelaparan.
Saya mengikhlaskan diri untuk memberi Nayara sufor. Sedih, tentunya, karena niat ingin memberi ASI sampai 2 tahun tidak bisa tercapai. Dengan dukungan dari suami yang selalu bilang 'Udah, gak apa-apa, kan yang 6 bulan udah lewat', saya berikan Nayara sufor.
Eh, tapi ternyata tidak semudah itu, karena Nayara tidak mau. Disembur, dijilat-jilat sambil mengernyit, atau bahkan tidak mau menoleh sama sekali. Saya sudah mencoba berbagai sufor, dan reaksi Nayara tetap sama. Stress, jelas. Merasa bersalah, jelas. Saya jadi menyalahkan diri sendiri dan menyesal kenapa tidak bisa konsisten pumping.
Saya mencari ASI donor (akhirnya dapat kontak dari sepupu) untuk 1 hari, setidaknya untuk Nayara saat saya tinggal dinas jaga malam. Itu pun sambil berharap-harap cemas. Alhamdulillah, Nayara mau minum ASI donor.
Tapi, saya berpikir bagaimana dengan besok dan besoknya dan besoknya lagi? Tidak mungkin tergantung pada ASI donor. Sementara hasil pumping tetap tidak bergeser dari kisaran 5cc saja.
Di tengah kegalauan, saya teringat pernah membaca tentang power pumping, tekhnik yang bisa dipakai untuk meningkatkan produksi ASI. Idenya simple, mengirim sinyal ke tubuh untuk memproduksi ASI sesering mungkin dengan memompa sesering mungkin. Karena 'kepepet', saya mencoba power pumping ini pada saat weekend dan bebas dinas jaga malam.
Setiap jam, saya pumping selama setidaknya 20-30 menit. Berhenti,sejam kemudian pumping lagi selama 20-30 menit. Begitu seterusnya selama 2x24 jam. Bosan? Oh jelas, apalagi karena hasil pumping yang keluar tidak signifikan. Melihat breastpump saja lama-lama mual rasanya. Tapi, lagi-lagi karena 'kepepet', saya tetap melakukan power pumping ini.
Oh ya, karena saya pegal (dan malas) kalau harus memegangi breastpump seharian selama 2 hari, saya membuat handsfree breastpump sendiri. Inginnya sih beli Medela handsfree, tapi apa daya kantong tak sampai hehe. Saya pernah baca juga cara bikinnya, cuma pakai karet rambut yang murmer. Seperti ini kira-kira gambarnya:
(diambil dari asibayi.com)
Lumayan, tangan saya tidak pegal, dan saya masih bisa melakukan pekerjaan lain.
Kembali ke power pumping. Berhasilkah saya?
Jujur, saat weekend berakhir, hasil pumping saya selama 2x 24 jam hanya terkumpul 1 botol berisi 75 cc ASIP untuk Nayara. Saya sempat kecewa, tapi tetap bersyukur. Setidaknya ada stok satu botol untuk Nayara.
Keesokan harinya, saat saya pumping di tempat kerja sebelum pulang ke rumah, saya terkejut. Hasil pumping saya ternyata mencapai 50 cc. Wowww, sepertinya efek dari power pumping kemarin baru terasa. Dan believe it or not, Alhamdulillah, sampai sekarang saya masih bisa memberikan ASI full untuk Nayara. Masih kejar tayang sih, tapi saya sudah sangat bersyukur. Semoga cita-cita memberikan ASI sampai 2 tahun bisa tercapai.
Tips saya buat mamas yang ingin mencoba power pumping:
1. Niat. Jangan patah semangat dulu. Selama melakukan power pumping ini, jangan berharap ada perubahan dari hasil pumping secara signifikan. Berapa pun hasilnya, keep pumping!
2. Bisa dibarengi dengan konsumsi galactogogue, makanan/minuman yang bisa meningkatkan produksi ASI seperti sayuran misalnya.
3. Lakukan kegiatan yang menyenangkan selama power pumping. Misalnya sambil main dengan bayi kita, browsing, atau online shopping:D
4. Syukuri berapapun hasil pumping kita. InsyaAllah cukup kok untuk bayi kita, ma.
Buat yang mau mencoba, Good luck, mamas!
Friday, January 13, 2012
Lessons Learnt
Ive been in the pediatric hematology division for 12 days now. Its only 12 days, but i think ive already gotten a loooooot of lessons learnt. Not only the lesson or theory of hematology itself, of course, but i get much more.
My hematology patients usually are those who diagnosed with cancer or any other malignancy condition. Their prognosis are bad, you can browse or google it if you want to know:D Maybe only a little percentage that will survive in the next 5 years.
They have to come every 2 weeks or less to get blood transfussion, or to have chemotherapy. When they have the chemotherapy, there are some side effects that might be happened. Nausea, vomiting, headache, fever, and any other uncomfortable situation. This chemotherapy is usually take a long range of time. Months or even years. You can imagine how are them. Bald (fallin-hair is one of the side effects), spending their life mostly at the hospital, doing nothing , can not go to school like any other kids and see all of their friends with the same diseases are gone one by one, just in the front of their eyes, counting down the time, when will be their turn.
Their family, especially their parents, take care of them. Some of the parents even resigned from their job so they can always be beside their kids.
I learned that i have to thank Allah for my life. Being alive and with reasonable good health. This is so obvious that sometimes we forget to thank Allah for this. There are so many people out there that would kill for having half our current health.Just like those kids:)
I learned that i should be ashamed of myself. When there are many people who only wish to be healthy and still not complain to Allah about their diseases, in the same time, i complained about weather, traffic, TV shows, so tired after night-shift, can not see the newest movie in the theatre, or can not go to mall this weekend, and so many things that if you compared to those kids, are garbage.
I learned that i should understand when their parents refused any other chemotherapy or rescucitation. Its not they dont understand about their kids' diseases. They know how the prognosis is. They know they must be loosin their kids. Sooner or later. But maybe, for the parents, survival is not the most important thing anymore. Their quality of life is. Who have the heart to see their kids suffered? Owkay, spirit of fighting is important. But after a looooong way, i think the parents have the right to decide what to do with their kids.
I learned that being sick is very expensive. You have to expense a looot of money. So, please before its too late, take care of your own health.
I salute all the hematology patients and their families for their patience, for their spirit. All of my prayers are for them. May Allah bless you all:') Amin.
My hematology patients usually are those who diagnosed with cancer or any other malignancy condition. Their prognosis are bad, you can browse or google it if you want to know:D Maybe only a little percentage that will survive in the next 5 years.
They have to come every 2 weeks or less to get blood transfussion, or to have chemotherapy. When they have the chemotherapy, there are some side effects that might be happened. Nausea, vomiting, headache, fever, and any other uncomfortable situation. This chemotherapy is usually take a long range of time. Months or even years. You can imagine how are them. Bald (fallin-hair is one of the side effects), spending their life mostly at the hospital, doing nothing , can not go to school like any other kids and see all of their friends with the same diseases are gone one by one, just in the front of their eyes, counting down the time, when will be their turn.
Their family, especially their parents, take care of them. Some of the parents even resigned from their job so they can always be beside their kids.
I learned that i have to thank Allah for my life. Being alive and with reasonable good health. This is so obvious that sometimes we forget to thank Allah for this. There are so many people out there that would kill for having half our current health.Just like those kids:)
I learned that i should be ashamed of myself. When there are many people who only wish to be healthy and still not complain to Allah about their diseases, in the same time, i complained about weather, traffic, TV shows, so tired after night-shift, can not see the newest movie in the theatre, or can not go to mall this weekend, and so many things that if you compared to those kids, are garbage.
I learned that i should understand when their parents refused any other chemotherapy or rescucitation. Its not they dont understand about their kids' diseases. They know how the prognosis is. They know they must be loosin their kids. Sooner or later. But maybe, for the parents, survival is not the most important thing anymore. Their quality of life is. Who have the heart to see their kids suffered? Owkay, spirit of fighting is important. But after a looooong way, i think the parents have the right to decide what to do with their kids.
I learned that being sick is very expensive. You have to expense a looot of money. So, please before its too late, take care of your own health.
I salute all the hematology patients and their families for their patience, for their spirit. All of my prayers are for them. May Allah bless you all:') Amin.
Wednesday, January 11, 2012
Babywalker, Yes or No?
Sejak Naya bisa berdiri dan mulai minta dititah jalan, punggung dan kaki Meta rasanya pegeeeel banget. Kemana-mana nitah bayi yang tingginya sepinggang kita aja engga bikin Meta harus membungkuk terus buat nitah Naya.
Kenapa engga pake babywalker aja sih, Met?
Alhamdulillah, waktu Naya lahir, ada seorang kerabat yang berbaik hati ngasih babywalker. Langsung deh Meta simpen di gudang:D
Sebenernya ada beberapa alesan Meta untuk engga make babywalker buat Naya.
1. Banyak kejadian kecelakaan pada bayi pengguna babywalker. Meta sih selama praktek engga pernah nemuin kejadian kaya gini. Tapi hasil browsing, kecelakaan dari babywalker tuh ada di top 10 bayi-bayi yang dateng ke UGD di Amrik sono. Makanya, di sana, babywalker udah dilarang penggunaannya. Bisa jadi, sebenernya di Indonesia pun banyak, tapi engga terekspos karena dianggap biasa aja. Anak jatoh biasa bukan?:p
Pastinya banyak yang ngelawan alesan ini. Meta sendiri waktu kecil dulu pake babywalker lho, dan engga pernah kejadian tuh jatoh atau terjungkal dari babywalker.
Cumaaaaa, karena (lagi-lagi) Meta engga mau ngambil resiko sekecil apapun buat Naya, so byeeee babywalker!
2. Coba perhatiin deh, babywalker engga melatih bayi buat jalan sama sekali. Otot-otot kaki dan paha engga bekerja di babywalker. Keliatannya sih jalan, padahal bayi di dalem babywalker cuma nyeret babywalker beroda biar 'keliatannya' jalan.
Otot kaki dan pahanya ya diem aja. Tinggal duduk atau berdiri dengan manis di dalem babywalker, terus mencondongkan tubuh ke satu arah, jalan deh tuh babywalker. Please, do pay attention with my choice of words. The babywalker that does the walk, not the baby.
3. Babywalker cenderung dijadiin sebagai alat 'nitip bayi sebentar' saat ibu atau babysitter atau keluarga yang lain mau ninggalin bayi buat ngapa-ngapain. Nonton tv misalnya, atau ke kamar mandi sebentar. Karena Naya sangat sangat hiperaktif *entah nurun siapa:p*, Meta takut, pengasuhnya jadi lengah gegara si babywalker.
Itu beberapa alesan kenamapa Meta engga make babywalker buat Naya. Cuma, karena sayang, akhirnya sang babywalker dipake juga buat meja mainan Naya. Lumayan, banyak mainan digantung dan ditempel di mejanya. Biar engga difungsiin jadi babywalker, semua rodanya Meta ambil:D Emak irit (atau pelit?:p)
Terus ngelatih jalan Naya gimana, Met?
Yaaaak, kembali lagi, menitah sampe encok pegel linu!:p
Gpp, semua worth kok:D
Kenapa engga pake babywalker aja sih, Met?
Alhamdulillah, waktu Naya lahir, ada seorang kerabat yang berbaik hati ngasih babywalker. Langsung deh Meta simpen di gudang:D
Sebenernya ada beberapa alesan Meta untuk engga make babywalker buat Naya.
1. Banyak kejadian kecelakaan pada bayi pengguna babywalker. Meta sih selama praktek engga pernah nemuin kejadian kaya gini. Tapi hasil browsing, kecelakaan dari babywalker tuh ada di top 10 bayi-bayi yang dateng ke UGD di Amrik sono. Makanya, di sana, babywalker udah dilarang penggunaannya. Bisa jadi, sebenernya di Indonesia pun banyak, tapi engga terekspos karena dianggap biasa aja. Anak jatoh biasa bukan?:p
Pastinya banyak yang ngelawan alesan ini. Meta sendiri waktu kecil dulu pake babywalker lho, dan engga pernah kejadian tuh jatoh atau terjungkal dari babywalker.
Cumaaaaa, karena (lagi-lagi) Meta engga mau ngambil resiko sekecil apapun buat Naya, so byeeee babywalker!
2. Coba perhatiin deh, babywalker engga melatih bayi buat jalan sama sekali. Otot-otot kaki dan paha engga bekerja di babywalker. Keliatannya sih jalan, padahal bayi di dalem babywalker cuma nyeret babywalker beroda biar 'keliatannya' jalan.
Otot kaki dan pahanya ya diem aja. Tinggal duduk atau berdiri dengan manis di dalem babywalker, terus mencondongkan tubuh ke satu arah, jalan deh tuh babywalker. Please, do pay attention with my choice of words. The babywalker that does the walk, not the baby.
3. Babywalker cenderung dijadiin sebagai alat 'nitip bayi sebentar' saat ibu atau babysitter atau keluarga yang lain mau ninggalin bayi buat ngapa-ngapain. Nonton tv misalnya, atau ke kamar mandi sebentar. Karena Naya sangat sangat hiperaktif *entah nurun siapa:p*, Meta takut, pengasuhnya jadi lengah gegara si babywalker.
Itu beberapa alesan kenamapa Meta engga make babywalker buat Naya. Cuma, karena sayang, akhirnya sang babywalker dipake juga buat meja mainan Naya. Lumayan, banyak mainan digantung dan ditempel di mejanya. Biar engga difungsiin jadi babywalker, semua rodanya Meta ambil:D Emak irit (atau pelit?:p)
Terus ngelatih jalan Naya gimana, Met?
Yaaaak, kembali lagi, menitah sampe encok pegel linu!:p
Gpp, semua worth kok:D
Saturday, January 7, 2012
Naya's 1st School Report
Hari Sabtu ini, Meta visite pasien seperti biasa. Karena sekarang lagi di stase hemato dan harus merawat pasien-pasien cilik yang sedang dikemoterapi, jelas engga bisa cepet kaya Sabtu biasanya. Paling engga, sampe jam 12an Meta harus stand by di RS.
Mengantar Naya sekolah jadi tugas babenya. Sementara, rencana awal, pas Naya pulang sekolah, Meta bakal melipir sebentar dari RS buat jemput karena sang papa ada operasi yang engga bisa ditinggal sampe sore.
Sekitar jam 9 kurang, tiba-tiba hp Meta bunyi, pas liat layar, nomernya engga Meta kenal.
" Halo, ibu Meta? Saya kepala sekolahnya adik Naya. Maaf bu, mengingatkan kalau adik Naya hari ini libur karena pembagian raport."
Jengjengjeeeeng..
Naya udah disana sama babysitternya dong hahaha. Maafkan ibumu yang pelupa ini ya naaak.
Karena Meta engga mungkin ninggalin RS saat itu juga, jadilah Meta bilang ke sang kepsek kalo nanti Naya bakal Meta jemput. Masih nanti.
Akhirnyaaa, setelah selesai visite, Meta ke sekolah Naya dan menemukan bayi buntek ini main ayunan hanya dengan babysitternya tanpa ada orang lain lagi. Hiks, kasiann... Maaf ya naaak.
ANyway, ini nih raport Naya:D
Friday, January 6, 2012
On Parents Magazine
Yaaayy! Beberapa hari yang lalu, mbak Inga, salah satu member March Mamas TUM, ngetweetpic + mention nama Meta. Ternyata ngasih tau kalo Meta + Naya ada di majalah Parents Indonesia edisi Januari 2012. Wooohooooo..
Karena belum sempet beli (ya maap, jaga engga karuan jadwalnya, harian pulang malem terus:@), spoiler dulu yak:D
Sunday, January 1, 2012
2012
Happy new year everyone!
Buat Meta, tahun baru itu engga perlu dirayain khusus. Biasa aja. Sama aja kaya hari-hari yang lain. Tapi khusus tahun baru sekarang, im so happy!
Engga ada hubungannya sama moment tahun baru itu sendiri sih actually. Kebetulan emang paaaas terjadi pas tahun baru.
Jadi ceritanya begini, Meta ngerasa pegek-pegel sejak baheula tapi belum menemukan waktu yang pas untuk pijet. Sekalinya ditawarin pijet di luar alias refleksi sama sang suami, ehh ASIP di kulkas buat Naya abis. Akhirnya, pas liburan tahun baru inilah kesampean juga Meta manggil tukang pijet buat dateng ke rumah.
Pagi-pagi, sang tukang pijet udah siap sedia mijet Meta di kamar Naya. Entah bener apa engga, bu Narti, nama tukang pijet itu, bilang kalo urat di badan Meta semuanya 'engga pada tempatnya' whatever it means. Yang jelas, sakiiiit banget dipijet beliau. Meta sampe treak-treak:@
Naya yang lagi ada di kamar, bingung liat Meta treak-treak. Mukanya bengong ngeliatin Meta:p Nah, datanglah niat usil sang emak. Meta treak-treak minta tolong ke Naya hehe. Engga ngarepin apa-apa juga sih, cuma gegara gemes aja ngeliat tampang bingungnya:p
And you know what happened, Naya berdiri, jalan 2-3 langkah (walaupun jatuh lagi) ngedeketin bu Narti buat neriakin beliau. Mungkin marah ya, mamanya diapa-apain. Hahahaha:') im so damn amazed! My daughter is walking!
Dengan semangat 45 Meta ulang lagi, biar bisa motret Naya jalan. Terus, masih dengan smangat membara, Meta tunjukin ke papanya yang dengan santainya bilang "aku udah tau dari tadi kok. Naya kan jalan pertamanya tadi disini sama aku"
Grrr.. baiklah, foto ini mungkin bukan the real Naya's 1st steps, but at least this is the first Naya's 1st steps captured:p
Im a proud mommy:')
ps: Maafkan kalo fotonya kurang jelas yaa.. Diambil pake kamera bb dalam keadaan melantai dipijet:p
Subscribe to:
Posts (Atom)