Friday, March 28, 2014

Talking Behind My Back?


Malam hari setelah Naya tidur adalah waktu rutin saya membuka laptop dan mengeceki email yang masuk ke inbox satu persatu. Semalam, ada satu email yang membuat saya termenung sesaat. Biasanya email yang masuk berkisar antara dari pembaca blog yang ingin menanyakan sesuatu atau pihak lain yang menawarkan kerjasama pada saya. Selain itu, bisa dipastikan isinya urusan rumah sakit:p

Email yang satu ini agak di luar biasanya. Datang dari seorang mahasiswi yang rupanya pernah rajin mendengarkan siaran saya saat acara curhat-curhatan dimana saya harus memberikan solusi atas masalah-masalah pendengar. Menurut cerita Mawar, sebut saja begitu, ia kebingungan harus bercerita entah ke siapa, dan akhirnya memutuskan mengirim email pada saya. So sweet ya:’)

Mawar bercerita kalau di kampusnya, dia cukup dikenal karena nllai-nilainya yang outstanding. Banyak temannya yang meminta contekan tiap ujian, tapi selalu ditolak Mawar karena menurut hati nuraninya tindakan seperti itu tidak benar. Mawar menulis, kalau saja teman-temannya meminta dia mengajari bahan ujian, dia akan bersenang hati membagi ilmu, asal bukan pada saat ujian berlangsung. Namun karena ini pulalah, banyak teman Mawar yang tidak menyukainya. Ada yang suka sekali ngomongin di belakang –dan yang diomongin banyak engga benarnya-, ada lagi yang suka menyindir, sampai ada juga yang menjauhi Mawar seolah-olah tidak mengenalnya.

Mawar bilang kalau ia sering merenung, bertanya-tanya apa kesalahan yang dia perbuat sampai teman-teman segitunya engga suka pada dia. Mawar sampai bertanya apa ia harus menurunkan nilai-nilainya? Atau mengingkari nurani? Atau bagaimana? Inginnya sih cuek, tapi engga bisa.

Membaca email ini pertama kali membuat saya teringat dengan cerita saya sendiri. Bukan karena nilai saya yang outstanding tentunya:p, tapi entah mengapa saya pun punya teman-teman yang suka membicarakan saya di belakang. (Ps: Saya baru tahu setelah menikah dengan suami. Jadi ceritanya mereka yang hobi ngomongin dan ngejelek-jelekin saya tuh sempat satu ganklah dengan suami. Engga mungkin kan ya suami saya bohong?;p).

Apapun penyebabnya, nilai outstanding, kaya raya, wajah cantik, banyak disukai orang, pintar bernyanyi, hebat dalam mengaji, jagoan menggambar, pakar design, ahli dance atau apalah, saya yakin akan selalu adaaaaaa saja orang yang tidak  menyukai kelebihan kita.Bahkan tanpa kelebihan pun, bisa saja ada orang yang tidak menyukai kita. Namanya juga manusia, urusan suka engga suka mah manusiawi, walaupun sering kali engga bisa dijelaskan. 

Saya engga keberatan juga kok ada orang yang engga menyukai saya. You can not please everyone and you can not make everyone like you, right?:D  Hak semua orang kok untuk menyukai atau tidak menyukai orang lain. Buat saya, engga masalah kok selama fair. Maksud saya, jangan bermuka dua, di depan saya menjadi teman tapi di belakang ngejelek-jelekin habis-habisan.

Sejujurnya, awal-awal saya mengetahui banyak orang yang saya anggap teman ternyata suka ngomongin di belakang, saya down. What have I done to deserve it? Sama seperti Mawar, saya juga suka bertanya-tanya apa salah saya dan harus bagaimana ke depannya.

Bagus juga sih, saya jadi bisa introspeksi. Mungkin saya kurang sensitif dan tak sengaja menyinggung perasaan teman,  mungkin saya jadi sombong, dan sejuta kemungkinan lainnya. Setelah mereview dan yakin seyakin-yakinnya kalau tidak ada satu pun kemungkinan tadi yang pernah saya perbuat, saya bertambah bingung. Jadi kenapa ya mereka kok segitu sebalnya dengan saya?

Saya engga bisa move-on deh. Sibuk mencari-cari alasan pembenaran untuk mereka tidak menyukai saya. Sampai seorang sahabat “menegur” saya dengan cerita perumpamaannya.

“Anggap saja A engga suka dengan B. Apa alasannya ya engga ada yang tahu, wallahualam. Terus B bersedekah jutaan rupiah ke masjid kompleks. Karena engga suka, A ngomongin B, katanya B bersedekah cuma biar dipuji orang banyak. Katanya uang yang B pakai buat sedekah engga halal. Dan sejuta katanya lagi. Sekarang Met, sedekah itu perbuatan baik engga? Tapi di mata orang yang engga suka, bahkan perbuatan baik pun bisa jadi sebaliknya. Terus kamu mau buang-buang waktu cari tahu kenapa A engga suka sama B? Buat apa?”

Saya pikir-pikir, benar juga ya. PR saya ya cuma sebatas introspeksi apa yang salah dengan saya. Kalau ternyata tidak ada, ya sudah. Its their problems, not mine. Ngapain saya yang rempong? Apalagi kalau sampai harus mengingkari hati nurani. Cuek sajalah! Lebih baik tenaga dan energi saya digunakan untuk hal-hal positif. Yang negatif sih engga perlu dipikirin, dilempar ke laut saja biar ketemu cewek matre.

Yaaa tapi kan engga enak Met dijauhin teman, diomongin di belakang.  



Well, a person who talks behind your back not worthy of even being called your friend. Don’t you think? Trust me, just let them go. If you don't get rid of the wrong friends, you'll never make room for the right ones.


A real friend has your back and comes to your defense when the situation calls for it and those who do not, are just not the people you should think of as friends.

Oh ya, apa yang saya lakukan begitu tahu “teman” mana yang pernah ngomongin saya di belakang? Selain cuek, setiap bertemu mereka saya pasang senyum termanis saya, kalau perlu pakai kedip-kedip bulu mata anti badai Katrina

I never worry about those who talk behind my back because I know, they are behind me for a reason;) -probably its because they're too busy talking about me?- I just have to smile to give them my sympathy:p

Thursday, March 27, 2014

The Friendship

Persahabatan antara cewek-cowok itu bullsh*t.

Begitu pernyataan yang saya baca saat sedang blogwalking. Errrr.. benarkah?

Entah mengapa, sejak kecil sahabat saya kebanyakan cowok. Bukan berarti saya engga punya sahabat cewek lho. Ada, tapi engga sebanyak yang cowok.

Menurut blog yang saya baca tersebut, persahabatan cewek-cowok tanpa perasaan terselubung itu impossible, engga mungkin. Eh tapi sejujurnya ya, dari sekian banyak sahabat cowok saya itu, saya engga pernah lho merasa suka sama salah satu atau dua atau lebih diantaranya. Dan setahu saya, kayaknya demikian juga sebaliknya. Hubungan kami memang murni sahabatan saja. Malah terkadang saya atau mereka yang rempong menjadi mak comblang masing-masing:p

Mungkin karena saya orangnya super cuek, sahabatan dengan sesama cewek yang biasanya lebih sensitif membuat saya terkadang engga bisa menjadi diri saya sendiri. Saya harus sangat berhati-hati kalau ngomong atau bercanda. Jangan sampai menyinggung deh. Sementara kalau dengan sahabat cowok, saya bisa bebas merdeka:D Selain itu kegiatan kecewek-cewekan semacam nyalon bareng, make up night, atau window shopping bersama agak kurang menarik buat saya. Kalau sama sahabat cowok, sekedar nongkrong di teras rumah sambil bercandaan saja sudah cukup:)))

Selama kuliah, saya punya sahabat cowok. Ada banyak sih, ada 8 orang. Semua cowok, kecuali saya. Di antara ke-8 orang tadi, ada satu yang paling dekat dengan saya. Saking dekatnya, semua orang mengira kalau kami pacaran. Bahkan beberapa cowok yang pernah mau mendekati saya sampai minta ijin dulu ke dia. Ngalah-ngalahin kakak saya sendiri deh, padahal saya dan kakak kandung juga satu kampus dan satu kelas:p

Saya sih cuek saja dibilang begitu, karena memang engga benar. Suka? Ah boro-boro, dia ini galak banget sama saya. Hobinya ngomel. Mulai karena rok yang saya pakai kependekan, siaran saya terlalu malam, sampai jadwal syuting saya yang terlampau penuh -katanyaaaa, menurut saya sih engga-:p  Sahabat saya ini juga yang jadi komentator di awal-awal saya siaran radio maupun TV. Jangan dikira komentarnya bagus melulu lho, kadang pedas banget:')

Mama saya sangat percaya sama dia. Kalau saya minta ijin untuk pergi ke luar kota misalnya, mama pasti bilang "Kata dia gimana?" . Jadilah sebelum meminta ijin apapun pada mama, saya merayu dia habis-habisan dulu supaya ikut membujuk mama. Kadang saya sampai berpikir kalau dia ini yang anak kandung mama saya, bukannya saya-_____-"

Waktu lulus dokter dan akan daftar spesialisasi, saya sempat galau gegara si sahabat. Ceritanya saya ingin mengambil pediatri, tetapi sahabat saya bilang "Yakin mau ambil anak? Sibuk lho! Kalau kamu jadi ppds anak nanti engga bisa siaran, syuting lagi. Ambil kulit aja deh, enak kan, masih bisa ngapa-ngapain."

Tapi karena memang suka anak-anak, saya tetap mendaftar mengambil pediatri. Setelah diterima dan menjalani masa PPDS, saya masih bisa siaran dan syuting, jadilah tiap siaran atau syuting saya foto lalu saya kirimkan ke dia. Ketika buku saya terbit , saya kirimkan foto covernya lewat email ke dia dengan note singkat, dari PPDS pediatri, BUKAN kulit:p

Sewaktu saya pertama kalinya dekat dengan cowok -yang sekarang jadi suami:p-, sahabat saya inilah orang yang pertama kali saya beritahu. Tumben-tumbenan, kalau biasanya adaaaaaaa saja komentar kurang darinya tentang cowok yang sedang mendekati saya, waktu sama suami saya, si sahabat langsung meng-ACC:D Mungkin itu juga yang membuat mama dan kakak saya langsung meng-ACC pula.

Sampai sekarang, saya sudah bersuami dan punya Naya, kami masih berhubungan baik. Saya masih sering cerita-cerita, masih sering BBM-an dan masih suka cela-celaan. Suami jealous? Engga tuh, karena suami tahu bagaimana hubungan kami jauuuuh sebelum menikah. Ah ya, si sahabat ini juga -akhirnya- akan menikah weekend ini. Saya ikut bahagia deh! Semoga langgeng, bahagia selalu sampai akhir masa ya pret!:D

Jadi benarkah persahabatan cewek-cowok itu impossible? ENGGA! Kami buktinya:D




Wednesday, March 26, 2014

Cover Majalah Dokter Kita

Akhir tahun lalu, sebuah pesan lewat WhatsApp masuk ke handphone saya. Mbak Titis, pengirim pesan memperkenalkan diri dari majalah Dokter Kita dan menawari saya pemotretan untuk dijadikan cover majalah tersebut. Eh? Saya? Engga salah ya? Saya kan bukan artis. Terkenal saja engga. Engga kebayang oplah majalahnya kalau saya yang jadi cover:))))

Anyway, karena kesibukan yang engga memungkinkan, saya hanya bisa mengiyakan tawaran tersebut tanpa dapat menjanjikan waktu. Eh kebetulan saya ingat kalau pada bulan Maret akan mengantarkan mama check-up tahunan di Jakarta. Ya sudahlah, sekalian saja kalau begitu. Janji pun dibuat, walaupun masih jauh-jauh hari sebelumnya.

Saya diminta untuk menyiapkan property pemotretan sendiri -untungnya dibantu mama saya yang super fashionable itu-. Kalau saya yang memilih waaaah bisa kacau balau kayaknya hahaha.

Pada hari-H, saya tiba di studio pemotretan tepat waktu. Untung lokasinya mudah dijangkau, kalau pakai acara nyasar kan agak ribet ya. Di sana, saya segera dimake-up oleh sang make up artist, mbak Riris yang asyik banget. Gosip deh ya kami:))) Saya juga mengobrol dengan mbak Titis dan mbak Ratna sekalian di-interview. Sehabis make up, pemotretan dimulai. Mungkin karena pada dasarnya saya banci kamera:p, pemotretan berlangsung lancar dalam waktu singkat. Total saya berganti baju empat kali, dan menyudahi sesi pemotretan selama kurang lebih setengah jam.

Ini adalah preview cover majalah yang dikirim ke saya. Majalahnya sendiri baru terbit awal bulan depan, edisi bulan April 2014. Beli yaaaaa:D
Kata mama, foto saya di sini kurang "dokter", sepertinya mungkin saya harus pakai jas putih ya biar dokter banget:/

Kata Naya begini "Mama kok cantik sekali di sini, tapi sekalang kok engga cantik lagi?" :))))
NAYOOOOOOOOO!>:/

Terimakasih majalah Dokter Kita!:)

Counting Down to Naya's Birthday Bash

Sejak bulan November 2013, saya sudah mulai merencanakan merayakan ulang tahun Naya yang ke-3. Selain lebay, saya juga merasa lebih aman kalau punya waktu panjang mengurus ini-itu. Maklum, jadwal saya suka engga bisa ketebak sih:(

Seperti tahun-tahun sebelumnya, awalnya pun saya berencana hanya membagikan goodie bag dan bento saja untuk keluarga dan teman-teman sekolah Naya. Tetapi, rupanya anak gadis saya ini ingin sekali ulang tahunnya dirayakan, melihat teman-teman yang lain.

"Ma, kapan kakak Aya ulang tahun? Nanti di KFC ya kayak *****, bial nanti ada chaki sama balonnya."

Begitulah kira-kira bunyi requestnya. Karena saya pikir Naya sudah cukup mengerti, oke deh, bolehlah untuk tahun ini ulang tahunnya dirayakan. Yang pertama saya pikirkan, dimana?

Tempat paling ideal menurut saya sebenarnya adalah di rumah. Tapi, rumah saya kecil mungil, engga mungkin deh mengundang banyak anak kecil untuk merayakan ulang tahun Naya. Yang paling mudah adalah restoran fast food. Banyak paket yang ditawarkan, dan sangat praktis. Tinggal datang, bayar, selesai. Mulai MC, tart, goodie bag semua sudah disediakan. Hanya saja, setelah berdiskusi dengan suami saya, kami memutuskan untuk mencari tempat lain yang makanannya bukan fast food. Kami ingin sekali menunjukkan bahwa merayakan ulang tahun di tempat selain restoran fast food juga bisa fun kok:)

Akhirnya saya si OCD ini survey di macam-macam tempat termasuk playground macam Chipmunk dan FunWorld. Tetapi, pilihan saya jatuh pada Wins Disc, Children Party Palace yang letaknya tidak jauh dari rumah. Selain karena letaknya yang dekat, di Wins Disc ini banyak sekali permainan yang bisa digunakan tamu-tamu undangan. Tempatnya luas, bersih, nyaman, dan memiliki tempat parkir lumayan luas. Setelah tanya-tanya, cocok dengan harganya, saya booking tempat ini untuk ulang tahun Naya.

PR saya selanjutnya adalah menentukan tema. Buat saya sih yang paling gampang adalah menggunakan tema karakter kartun seperti Mickey Mouse, Princess Sofia atau Pooh supaya lebih gampang mencari printilannya yang pasti gampang ditemukan. Saya menawarkan tema Princess Sofia untuk Naya yang segera ditolak mentah-mentah. "Kakak kan engga suka Princess Sofia maaa! Kakak sukanya ballelina!"


Ballerina? Di mana saya bisa menemukan pernak-pernik ballerina? Susah banget:'( Tapi untung waktu yang tersedia masih cukup lama sehingga saya putuskan untuk membuat sendiri. PR banget ya kak Naya!:))))

Saya mendesign undangan bertema ballerina, mencetak stiker label untuk kue dan dessert table sendiri. Untuk goodie bagnya, saya memesan tas tote kecil bergambar ballerina untuk teman cewek, dan anak cowok untuk teman cowok.

Tempat selesai, tema beres, goodie bag kelar, tinggal -yang paling penting!- menentukan jumlah undangan untuk menentukan jumlah paket katering. Ini agak sedikit repot yaaa. Saya inginnya mengundang teman seumuran Naya, teman sekolah, les balet dan keluarga. Tapi saya juga ingin mengundang teman-teman dekat saya dan suami yang punya anak seumuran dengan Naya. Karena itulah jumlah undangan yang tadinya direncanakan hanya 30 anak membengkak menjadi 60 anak. Tanggal yang saya pilih kebetulan adalah long weekend, sehingga saya deg-degan juga apakah yang bisa datang banyak atau engga. Saya segera menambahkan RSVP di undangan Naya supaya yang menerima bisa segera merespon bisa datang atau tidak.

Sayangnyaaaaaaa, hanya sedikit yang memberikan respons terhadap RSVP saya tadi, Sepertinya agak kurang hits yak RSVP di kalangan emak-emak Surabaya:))))

Yah saya dag-dig-dug saja deh semoga jumlah undangannya pas seperti yang diharapkan:D

Saya ikut memesan hidangan yang akan disediakan katering. Ini semua saya kerjakan sedikit-sedikit. Harap maklum, berhubung kerempongan  di rumah sakit, saya memang harus mencicil PR satu-satu. Apalagi beberapa bulan terakhir ini stase saya sedang berat-beratnya. Mau nangis deh rasanya *lebay*
Menggunting label kue Naya misalnya, saya lakukan di malam hari sambil mengerjakan revisi statistika penelitian. Rempong bener deh:)))

Semoga lancar kelak acaranya yaaa! Saya update secepatnya:D

Monday, March 24, 2014

Tiga Tahun Lalu

22 Maret 2011
Saya sedih luar biasa. Mama yang selama ini menemani saya di rumah sepanjang kehamilan bilang harus pulang sebentar. "Nanti mama dateng lagi bulan depan ya waktu kamu mau melahirkan." Begitu hibur mama. Entah karena hormon kehamilan atau memang dasarnya cengeng, saya menangis. Enggan ditinggal mama. Saya sudah beberapa minggu tidak bisa melihat, hanya bayangan yang bisa tertangkap. Muntah-muntah yang kata orang akan membaik di trimester kedua kehamilan justru bertambah parah. Saya juga sulit tidur. Begini salah, begitu salah. Rasanya kepanasan terus, dan bolak/i ke kamar mandi untuk muntah atau pipis. Suami sedang bertugas di stase yang luar biasa sibuk, kami hampir tidak pernah bertemu karena dia pergi subuh datang malam hari. Saya kesepian, bosan dan takut. Takut kalau ada apa-apa dan tidak ada orang di rumah. Lebih tepatnya, tidak ada mama.

Saya ingat beberapa minggu yang lalu kesulitan bernapas karena sesak. Saya ingat juga harus bolak/balik ke rumah sakit karena perdarahan. Berulang kali pula saya pingsan di awal kehamilan. Syukurlah memasuki minggu ke-30, sesak yang saya rasakan membaik. Echocardiography untuk memeriksa fungsi jantung pun sudah dinyatakan bagus. Tapi berdasar hasil USG 4D terakhir, air ketuban saya dikatakan menipis, sehingga kalau tidak bertambah setelah minum banyak, harus dioperasi.

Saya berdoa tak henti-hentinya agar tidak harus melahirkan prematur. Saya sering melihat bayi-bayi prematur di rumah sakit tempat saya bekerja. Begitu rentan, begitu rapuh. Semoga bayi yang kelak saya lahirkan engga prematur. Amin. Begitu doa saya selalu.

Kami baru saja pindah rumah. Barang-barang masih berantakan bertebaran disana-sini. Berpuluh dus bahkan belum dibuka, masih teronggok di sudut-sudut rumah. Satu-satunya orang yang menemani saya adalah mbak Sum, ART 15 tahun yang baru bekerja pertama kalinya. Dan satu-satunya hiburan saya adalah smartphone yang saya pegang dengan jarak kurang dari 10 cm agar terlihat.

Malam itu, saya sibuk BBM-an dengan Wida, teman saya yang sama-sama sedang hamil nun jauh di Australia sana. Kami sama-sama engga bisa tidur. Saya ingat kami BBM-an sampai jam 4 pagi waktu itu. Saya ingin sekali makan sambal bu Rudy, ketularan dia:))) Kemudian suami mengingatkan saya harus kontrol jam 9 pagi sehingga harus segera tidur.

23 Maret 2011
Saya bangun dengan malas. Sejujurnya saya malas sekali datang kontrol ke Sp.OG. Perasaan rikuh, deg-degan, malas semua campur jadi satu. Tapi suami saya mengiming-imingi sambal bu Rudy setelah kontrol. Jadilah semangat juga. #mureeeeh:))))

Pagi itu saya sudah agak khawatir. Bayi di kandungan saya yang biasanya jumpalitan engga karuan tetiba diam saja. Tidak terasa bergerak. Tapi waktu itu saya pikir karena saya kurang tidur, mungkin saja sekarang si bayi lagi tidur tenang.

Sesampai di poli untuk USG 4D, terlihat air ketuban saya habis. Tes NST yang dilakukan menunjukkan gerak bayi mulai menurun hingga saya harus segera dioperasi. Hari itu juga. Saking bingungnya, saya speechless. Engga tau harus ngapain, saya malah ketawa-ketawa dengan suami yang sama paniknya. Kami belum booking kamar di RS, belum ada babysitter, belum siap sama sekali. Saya langsung menelpon mama yang engga kalah paniknya. Beliau baru saja tiba tapi harus segera kembali ke Surabaya.

Setelah opname, saya bersiap-siap untuk operasi. Saya takut. Seumur-umur, saya belum pernah dioperasi atau opname. Lebih takut lagi saat tim dokter anestesi yang pre-op menunda operasi saya keesokan paginya karena harus melakukan pemeriksaan lebih mendalam lagi terhadap jantung saya. Saya super khawatir dengan bayi yang saya kandung. Apakah dia baik-baik saja? Kenapa tidak bergerak?

Saya ingat semalaman penuh menangis. Suami yang -akhirnya ya:p- menemani menenangkan saya tapi saya tahu kalau dia pun sama khawatirnya dengan saya. Pada akhirnya, saya hanya bisa berpasrah pada Yang Di Atas.

24 Maret 2011
Pagi-pagi, setelah solat Subuh, saya dipersiapkan untuk operasi. Memasuki kamar operasi yang sungguh familiar tambah membuat saya panik. Saya intip monitor di sebelah yang menunjukkan tensi saya lebih dari 160mmHg/120mmHg. Saya lihat kesiapan inkubator dan oksigen untuk bayi. Semua sudah oke. Tepat jam 8 pagi, operasi dimulai. Saya deg-degan minta ampun. Terutama ketika suami yang ikut mengoperasi menjelaskan apa-apa yang dia lakukan (saya yang minta). "Buka fascianya dulu ya." "Ini sudah kelihatan bayinya, sungsang." bla bla bla. Sampai ke "Bayinya sudah keluar, terlilit tali pusar 3x. Ketubanmu memang habis.". Jantung saya langsung mencelos. Saya perhatikan jam di dinding, menghitung detik demi detik. Kenapa bayi saya lama sekali engga menangis? Saya lihat bayi saya dibawa ke inkubator, biru. Alhamdulillah, tak seberapa lama setelahnya, terdengar juga tangisannya. Begitu keras, dan merdu di telinga saya:p

Dokter anestesi menawarkan untuk menidurkan saya tapi saya tidak mau karena ingin segera menyusui bayi saya. Sebetulnya, ada beberapa alternatif nama untuk bayi ini. Yang pertama Alaina, Marchie, atau Nayara. Saya masih belum bisa memutuskan memillih yang mana. Saya minta suami untuk segera ke NICU mengadzani bayi kami dan memintanya memotret. Begitu melihat foto perdananya yang usil, saya lagsung memutuskan sepertinya nama Nayara yang paling cocok untuknya:D

Drama ini masih belum usai karena dilanjutkan dengan drama selanjutnya berjudul menyusui serta hiperbilirubin yang sukses membuat saya Baby Blues Syndrome:))) Alhamdulillah semua drama, sinetron, FTV apalah itu usai juga:)))

24 Maret 2014
Selamat ulang tahun ke-3 Arshiya Nayara Avanisha Nugroho, pemicu detak jantung, penebar semangat, pembuat kebahagiaan kami. Semoga selalu sehat, jadi anak solehah, kebanggaan kami, pintar, ceria dan mau main biarpun jarang -eaaaa hidden agenda;p- dan kelak tercapai cita-citanya jadi plopesol sepesialis anak:)))
Anak unyil yang semalem ga mau bobo karena too excited mau happy birthday, bangun tidur langsung loncat pake topi minta tiup lilin, biarpun masih piyamaan, bau iler dan belum mandi:))

We love you!:*


Friday, March 14, 2014

Naya dan Gadget

Kemarin, saya janjian dengan seorang teman lama untuk playdate. Teman saya tersebut ibu dari 3 orang anak, 2 perempuan dan 1 lelaki yang usianya 5 tahun, 3 tahun serta 2 tahun. Selain memang ada kerjaan yang akan dibahas, saya juga punya hidden agenda nih sebenarnya:p

Tahu dong ya kalau anak gadis saya yang super bawel dan super genit itu engga pernah mau berinteraksi dengan sesama anak kecil? Naya juga sudah sejak lama enggan bermain. Kerjanya hanya membaca buku, menulis, menggambar dan menempel-nempel. Walaupun banyak orang yang bilang seharusnya saya bangga -which i am btw!- tapi tetap saja saya si emak parno ini khawatir. Saya khawatir nanti justru pada waktu Naya seharusnya belajar, dia malah sudah bosan. Makanya, saya rajin membawa Naya ke kegiatan yang banyak anak kecilnya, termasuk playdate.

Kami janjian playdate di salah satu foodcourt mall di Surabaya. Di sana kami mengobrol seru sekali. Teman saya tadi curhat mengenai anak tengahnya yang belum bisa berbicara. Dia tidak begitu khawatir karena ternyata anak sulungnya pun sebelumnya pernah didiagnosis speech delay saat 3 tahun.

Jujur, saya agak terkejut saat melihat ketiga anaknya yang juga sibuk sendiri. Anaknya yang pertama si 5 tahun memegang iPad dan memainkannya dengan mahir. Sepanjang pertemuan kami, tidak sekalipun matanya kontak dengan saya. Saat disuruh bersalaman, dia hanya menjulurkan tangan, kedua matanya tetap tertuju pada iPad. Anak yang kedua pun tak kalah sibuknya memainkan game console. Sama seperti kakaknya, tak sedikit pun ada interaksi dengan saya atau sang ibu. Yang membuat saya lebih terkejut lagi, bahkan anak bungsunya -si 2 tahun- mahir sekali memainkan iPhone milik ibunya. Sepanjang ingatan, selama 2 jam penuh, saya tidak mendengar anak-anak ini berkomunikasi dengan sang ibu atau babysitter selain pada saat baterai gadgetnya mau habis. Tangan sibuk memegang gadget, mata fokus tertuju pada layar.

Lalu bagaimana dengan Naya?

Mungkin karena bosan, Naya meminta ijin untuk pergi ke toko buku yang jaraknya dekat dari foodcourt, lalu datang membawa beberapa buku yang dibeli, dan sama sibuknya seperti ketiga anak teman saya tadi. Sibuk membaca, menulis, menggambar. Kemudian setelah bosan, Naya berlari-lari kesana kemari. Beda banget ya? Gagal deh hidden agenda saya:))))

Di jaman sekarang dimana gadget sudah bertebaran dimana-mana, rasanya tidak aneh melihat anak kecil -bahkan bayi- memegang gadget. Entah memang dibelikan khusus untuknya atau meminjam punya orangtua. Saya punya teman yang share di Path sudah mendownload banyak aplikasi untuk bayinya yang masih berusia 3 bulan. Serius lho! Ada permainan mengenalkan angka, huruf sampai warna.

Sebenarnya boleh engga sih memberikan gadget pada anak ini masih kontroversial. Namanya juga anak jaman sekarang. Kalau engga dikasih, nanti ketinggalan dong dengan anak lain? Lagi pula, tujuannya kan baik. Bisa merangsang kreativitas anak kan? Belajar sambil bermain tentu akan lebih menarik dan menyenangkan buat anak. Betul?

Saya pribadi termasuk pada golongan mereka yang memilih tidak memberikan gadget pada anak. Saya percaya, bahwa di tahun-tahun awal kehidupannya, yang lebih Naya butuhkan adalah interaksi positif, bonding, dan stimulasi yang -lagi-lagi- diberikan oleh orangtua serta keluarga dekat. Betul memang, pembelajaran lewat iPad pastinya menyenangkan. Siapa sih yang engga tertarik melihat animasi berwarna-warni memperkenalkan warna? Tapi ini jadi tantangan buat saya, sebagai orangtua yang ingin menstimulasi Naya tanpa gadget. Saya harus membuat sesuatu untuk memperkenalkan warna dengan cara lebih menarik. Saya ingat waktu Naya bayi, saya sering bercerita padanya mengenai warna. Visualisasinya saya pakai kertas warna biasa dan boneka jari. Buktinya, Naya tertarik juga kok:) Saya masih ingat gelak tawanya waktu itu. Bonusnya, bonding antara Naya dengan saya lebih kuat. Menurut saya, menjalin bonding dengan Naya adalah salah satu bentuk investasi. Saya ingin Naya percaya pada saya. Kelak, saya yakin kepercayaan ini akan sangat berguna bagi saya dalam mendidik Naya, terutama kalau sudah remaja. Saya ingin sayalah orang pertama yang dituju Naya saat ada masalah. Saya ingin sayalah yang pertama tahu apapun yang terjadi dalam hidup Naya. Saya ingin Naya datang ke saya untuk meminta saran saat clueless. Semoga Naya engga bakal berpikir untuk berbohong pada saya, karena tahu Naya bisa percaya saya. So much for a bonding ha?:p

Saya pernah punya pasien, anak berusia 7 tahun yang dikonsulkan karena belum bisa menulis. Hasil pemeriksaan IQ menunjukkan anak ini normal, bahkan di atas rerata. Selidik punya selidik, kemampuan motorik halusnya agak terlambat karena dia lebih terbiasa menekan layar tablet dan tombol game console dibanding memegang pensil.

Tidak semua negatif tentu saja. Saya pun sering mendapat laporan bagaimana teknologi yang tersedia dalam gadget justru bisa sangat membantu dalam belajar. Ada yang hapal huruf-huruf karena sering bermain dengan aplikasi huruf di iPad. Ada juga yang merasa terbantu belajar bahasa Inggris karena aplikasi vocabulary, dan lain sebagainya.

Menurut saya pribadi, sama seperti semua hal lainnya, penggunaan gadget untuk anak bisa positif tapi bisa juga sebaliknya. Saya sendiri berencana baru akan mengenalkan gagdet pada Naya di atas 4 tahun, itu pun dengan pembatasan penggunaan. Seminggu 2 kali, masing-masing setengah jam misalnya, dengan aplikasi yang saya pilihkan khusus:D

Saya punya iPad, laptop, iPhone, game console -punya suami sih- dan tidak pernah menggunakan gadget tadi untuk bermain. Pada dasarnya saya memang engga begitu suka main sih ya. Paling tablet saya gunakan untuk membaca e-book atau majalah via Scoop. Akhirnya Naya pun sepertinya engga begitu tertarik untuk memegang gadget saya. Walaupun terkadang dia bilang "Mama, kenapa kakak Aya engga punya iPad kayak si A, si B atau si C?"

"Memang kakak Aya mau ngapain kalau punya iPad?"
"Yaaa, mau baca-baca buku sama majalah."
"Kan sudah mama belikan buku sama majalah beneran."
"Iya. Tapi mama kok punya iPad?"
"Iya di sini ada buku-buku mama yang tebel2 itu lho kak buat di rumah sakit. Kalau ga pake iPad, mama musti bawa banyaaaak banget dong."
"Kok punya si A si B si C itu bisa buat main ma?"
"Iya, nanti ya kalau kakak Aya sudah besar juga bisa."

Sudah. Naya puas mendengar jawaban kayak gitu:D

Saya lebih senang Naya bawel bertanya-tanya tanpa henti pada saya daripada sibuk sendiri dengan gadget walaupun kadang bikin pusing:p Saya lebih senang Naya berlari-larian, berlompatan, gelantungan kian kemari daripada duduk manis anteng di depan gadget. Saya lebih senang tangan Naya sibuk mencoret-coret asal bukan di karya ilmiah saya dan menggambar segala macam daripada sibuk menari di atas gadget. Saya lebih senang memikirkan dan membuat sendiri fasilitas stimulasi Naya kalau perlu yang old-fashioned daripada menyerahkan stimulasi Naya kepada gadget. Saya lebih senang mengajak Naya role-play dokter-dokteran, jual-jualan, masak-masakan biarpun saya capek dan ngantuk setengah mati daripada Naya role-play dengan gadget.

 Engga takut Naya ketinggalan, Met?

Engga sama sekali tuh. Di segala macam tes skrining tumbuh kembang, engga pernah ada milestone "harus bisa memainkan gadget ini" atau "harus mahir memakai gadget itu". Jadi, saya yakin tanpa gadget pun, dengan stimulasi yang tepat, Naya bisa bertumbuh dan berkembang secara optimal. Kelak, dengan tumbuh kembangnya yang baik, jangankan gadget macam iPad atau game console, pesawat terbang saja saya yakin bisa Naya terbangkan! Wekekekekek. #lebay

Monday, March 10, 2014

Semalam di Jakarta

Sudah sejak akhir tahun lalu, mama mengingatkan saya mengurus ijin supaya bisa mengantarkan beliau ke Jakarta untuk check up tahunan. Karena itu, dari jauh hari saya sudah membuat surat permohonan ijin, menghubungi pihak-pihak berwenang, dan meminta tim yang mengatur jadwal jaga agar saya tidak ditugaskan pada tanggal 6-7 Maret 2014. Awalnya, saya ingin membawa Naya. Selepas saya tinggal sebulan lebih, rasanya masih kangen sekali dengan anak gadis ini. Tapi mama saya mengingatkan singkatnya waktu yang sepertinya hanya akan membuat Naya lelah di jalan. Benar juga sih. Saya berangkat hari Kamis pagi lalu Jumat sore sudah tiba di Surabaya lagi. Pastilah Naya capek kalau ikut. Inginnya fun, malah cranky nanti.  Jadi saya tinggal saja Naya di rumah dengan suami (Well, at least that WAS the plan).

Seminggu sebelum keberangkatan, suami tetiba bilang kalau dia ditugaskan mengikuti training di RSCM Jakarta dari tanggal 3-7 Maret 2014. Eaaaaaaa. Terus Naya sama siapa? Secara babysitternya lagi pulang kampung. Untunglah sang nanny bisa dibujuk rayu dengan rayuan maut untuk kembali saat saya berangkat ke Jakarta. Alhamdulillah, satu masalah terselesaikan.

Hari Kamis pagi, errrr dini hari sih tepatnya, saya sudah stay cool and lovely di terminal 2 Juanda. Saya baru 2x menginjakkan kaki ke sini. Pertama, sewaktu saya pulang dari Soe, dan yang kedua adalah kali ini. Terminal 2 alias bandara lama Juanda ini bersih, nyaman dan banyak booth penjual makanan enaknya #superpenting. Sayang sekali, Burger King yang saya incar belum buka waktu itu. Ya eyyalaaaah masih jam 5 pagi. Menurut nganaaaa?

Setengah mengantuk, saya menunggu jadwal keberangkatan di gate yang sangat nyaman. Saya sempat lho mengerjakan pembahasan penelitian akhir saya *pencitraan* :)))) Eh engga, serius, saking nyamannya, menunggu tak terasa begitu membosankan karena bisa disambi mengerjakan penelitian yang sebenarnya lebih membosankan.

Perjalanan udara ditempuh dalam waktu satu jam 20 menit. Alhamdulillah lancar jaya. Tidak ada guncangan berarti yang membuat saya berkeringat dingin seperti waktu berangkat ke Kupang dulu. Ihh saya masih deg-degan tiap ingat penerbangan saya ke Kupang sebelumnya. Sutralah ya, engga usah dibahas lebih lanjut:p

Setibanya di bandara, Soekarno Hatta saya segera mengantri di barisan penunggu bis Damri. Bis ini adalah sarana transportasi umum favorit saya. Bersih, nyaman, murah meriah dan -super penting!- ada Wi-Fi nya! #akuanakmudamasakini :)))) Saya segera mengantarkan mama check up. Mumpung sedang di Jakarta, saya merapel beberapa janji terhadap teman dan media yang sebenarnya sudah lama direncanakan tapi tidak kunjung terealisasikan berhubung kesibukan. #soksibuk :))))

Suami saya yang lebih dulu datang ke Jakarta menginap di hotel Aryaduta yang dekat sekali dengan RSCM. Sebagai istri yang baik, tentulah saya menyusul ke sana:p

Kamis sore, saya janjian bertemu dengan mbak Titis dari redaksi Majalah Dokter Kita untuk kongkow-kongkow. Nanti ya lengkapnya saya ceritakan lain waktu. Setelah itu, saya janjian dengan emak-emak March Mamas dari The Urban Mama. Kami berjumpa di forum The Urban Mama bagian Birth Club March 2011. Karena saya sendiri yang dari Surabaya, dan belum pernah bertemu dengan sebagian besar mama lainnya, saya deg-degan juga nih. Macam mau bertemu calon mertua (tapi banyak). Hahaha. Sebelumnya saat mengikuti pertemuan ilmiah di Bandung, saya pernah kopdar dengan BuLi, BuMer dan BuVin. Sisanya belum pernah.

Kami janjian di Sate Senayan, tidak seberapa jauh dari hotel saya jam 5 sore. Saya tiba di sana jam errrr..... 4 sore:p Bukan kerajinan, tapi karena takut telat gegara macet, saya langsung menuju tempat rendezvous dari tempat pemotretan Majalah Dokter Kita. Lengkap dengan koper dan dandanan ala pemain lenong:))) Jelaslah belum ada orang. Karena sendirian dan rempong menggeret koper kemana-mana, akhirnya saya putuskan kembali dulu ke hotel menaruh koper dan balik lagi ke Sate Senayan. Sayangnya, saya lupa engga membawa make up remover sehingga engga bisa menghapus lenongan dulu. Selain itu suami yang rupanya sudah selesai training di RSCM ingin ikut karena kelaparan:))) Jadi, kami berdua naik bajaj -so sweet engga tuh:p- pergi ke tempat tujuan.

Di Sate Senayan, langsung deh kami ngobrol-ngobrol seru. Ada BuRit, BuRa, BuNga, BuPut yang ternyata sama hebohnya seperti di BBG:))))) Kayak ketemu sama temen lama deh. Sayangnya, saya agak-agak engga konsen gegara ditelponin dan di-BBM sepanjang masa urusan rumah sakit:p Pertemuan ditutup dengan -tentunya yaaaa- foto bersama:D
Saya, BuNga, BuRit, BuPut dan BuRa

Setelah makan malam, saya janjian lagi dengan Dirga, teman lama saya yang beken sebagai vaksinolog di lobby hotel. Sayangnya tunggu punya tunggu, batang hidung manusia ini tak kunjung tampak karena ternyata dia ada tugas dadakan dari seniornya. Okelah, i feel you Dirgaaaa! Ive been there, done that too:p

Besok paginya, saya bangun pagi-pagi karena ada janji pula dengan Tabloid Nakita. Mas Agus dari Nakita datang tepat waktu dan menyelesaikan interview dalam waktu sesingkat-singkatnya:))) Baguslah, karena saya harus ke airport untuk kembali ke Surabaya jam 1 siang. Setelah itu, saya masih ada janji dengan Tabloid Mom and Kiddie yang akhirnya batal karena waktu yang terlalu mepet. Next time ya mbak Deppy!:D

Saya naik Damri ke airport dan siap terbang kembali ke Surabaya. What a lovely -short- escape!:)
Till we meet again, Jakarta:*

@Family Guide March 2014

Aye aye! There's a short review of Dont Worry to be a Mommy! in Family Guide Magazine March 2014 edition.

Friday, March 7, 2014

The Hectic March

Saya memang sudah agak lama engga mengupdate blog semenjak berganti bulan. Maafkan ya, hectic beraaaaat! Pertama, bulan ini sampai 2 bulan ke depan saya ditugaskan di stase PICU (Pediatric Intensive Emergency Unit) dan harus siap sedia selama 24 jam. Pergi ke rumah sakit sebelum matahari nongol dan baru pulang malam-malam sekali.  Selama di rumah sakit pun tugas sepertinya tidak ada hentinya. Lumayanlah, sarana diet gratisan:)) Siapa tahu berat badan saya bisa turun beberapa kilo selepas tugas di sini:p

Saya juga sibuk mempersiapkan printilan ulang tahun Naya yang ketiga akhir Maret nanti. Tadinya begitu tahu kalau tiga bulan ini stase saya berat banget, saya sudah berancang-ancang membatalkan niatan merayakan ulangtahun Naya. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, kok kasihan ya? Selama ini ulangtahun Naya engga pernah dirayakan. Lagipula, Naya sudah sangat excited. Hampir setiap hari bertanya "Hali ini kan kakak Aya ulangtahunnya? Sekalang kan? Kuenya mana?"-_______-

Jadi, kembali ke rencana semula untuk merayakan ulangtahun Naya walaupun penuh perjuangan:D Rasanya badan saya sudah remuk redam deh. Belum selesai pegalnya dari Soe kemarin, eh langsung disambut pekerjaan setumpuk dan babysitter yang pulang kampung. Selama si mbak pulang kampung, Naya menempel terus pada saya. Tidak mau makan kalau bukan saya yang menyuapi, tidak mau mandi kalau bukan saya yang memandikan. Di satu sisi saya senang sih, namanya juga super kangen;)

Saya kaget banget waktu sampai di rumah setelah dari Soe. Rumah saya -terutama kamar- berantakan minta ampun! Sebulan ditinggal saya, rumah langsung berubah:))) Hahahaha, namanya emak-emak, walaupun pegal setengah mati, capek berat, tapi ya tetap saja begadang beberes rumah:p Selain rumah berantakan, suami saya ternyata so sweet berat lho! Dia menyiapkan satu set cupcakes bertema Welcome Home buat saya. Hmmm.. entah juga ya, antara so sweet atau takut diomeli gegara rumah berantakan:))) Whatever, thank you love!<3 data-blogger-escaped-br="">
Anak gadis menyambut dengan cupcakes set

So sweet banget kan?:')

Di bulan Maret ini juga, saya harus menyelesaikan penelitian akhir yang semoga sesegera mungkin berakhir:p yang lumayan memakan waktu. Untungnya waktu kemarin dinas di Soe, saya selalu menyempatkan diri untuk mengerjakan, jadi PR saya sekarang engga terlampau banyak lah;)
 Saya rajin sekali berkutat dengan SPSS, program yang paling tidak saya sukai nomor satu di atas segalanya:))) Tapi namanya juga kepepet, ya sutralah yaaa...

Oh ya, selama 2 hari, saya berencana ke Jakarta bulan ini. Rencana ini sudah dibuat jauuuuuuh sekali sebelumnya;)Tujuannya, seperti biasa, mengantarkan mama saya check up ke rumah sakit. Tapi, untuk memaksimalkan waktu, saya juga membuat janji dengan beberapa teman, termasuk March Mamas, emak-emak kece yang sesama penghuni tetap birth club March 2011 di The Urban Mama. Nanti saya ceritakan ya!

Tuesday, March 4, 2014

Hello March!

Halooo..

Alhamdulillah saya sudah kembali ke Surabaya setelah sekian lama:D
Beberapa hari terakhir di Soe, saya kehilangan sinyal internet dan jadilah vakum ngeblog. Bulan ini ternyata saya ditugaskan di tempat yang lumayan sibuk. Pas pula dengan pulangnya nanny Naya. Jadi, lumayan remponglah yaaa..

Janji, saya bakal segera rajin ngeblog lagi. Tapi nanti:p
Masih menikmati early march madness nih saya:))))

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...