Sebetulnya, bukan hanya di Indonesia, bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat saja, difteri pernah menjadi momok yang menakutkan. Bayangkan deh, negara sekaliber Amerika nih, pernah mencatat 206.000 kasus difteri, dengan 15.520 kematian hanya dalam waktu satu tahun! Tapiiiiiii, itu terjadi di tahun 1921. Sudah seabad yang lalu hehe. Sejak penggunaan vaksin, angka difteri di sana merosot drastis. Antara tahun 2004-2015, "hanya" ada 2 kasus difteri di Amerika Serikat.
Coba bandingkan dengan di Indonesia. menurut pencatatan WHO di tahun 2003-2014 (sama ya rentang waktunya) ada 5756 kasus difteri. Baru yang tercatat lho ini, belum yang tidak tercatat. Jauh banget? Sedih ya:'(
Apa sih difteri ini?
Difteri adalah infeksi yang sangat menular dan berbahaya, disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Kata "Diphtheria: berasal dari bahasa Yunani yang berarti leather atau kulit, merujuk pada membran/lapisan di faring (tenggorokan) yang menjadi tanda klinis infeksi ini. Tak hanya di faring, difteri juga dapat menyerang mukosa hidung, tonsil, laring (saluran napas) hingga kulit.
Apa gejalanya?
Gejala awal difteri bisa sangat tak spesifik, misalnya saja:
- Demam (tidak tinggi alias sumer)
- Nafsu makan menurun
- Nyeri menelan/ nyeri tenggorok
- Lemah
- Ingus kuning kehijauan, bisa disertai darah
Lalu bagaimana membedakan difteri dengan infeksi virus atau bakteri lainnya?
Difteri memiliki tanda khas berupa selaput putih keabu-abuan di tenggorok atau hidung, yang dilanjutkan dengan pembengkakan leher atau bull neck.
Bull Neck. Sumber: Google |