Thursday, May 24, 2018

Den Haag, Piknik dan Aalkmar

Weekend adalah (selalu!) waktu yang paling saya tunggu-tunggu selama di Belanda. Mengapa? Selain karena weekend adalah waktu bebersih apartemen dan makan masakan Indonesia, saat weekend pulalah saya memiliki banyak kesempatan untuk mengeksplorasi Belanda.

Weekend ini, kebetulan saya dan suami diundang oleh sejawat suami untuk makan malam di Den Haag, kota berjarak sekitar 51 km dari Amsterdam. Kok jauh amat? Mignon, nama sejawat suami saya itu, berdomisili di Den Haag. Setiap hari, ia pulang pergi Den Haag-Amsterdam dengan mengendarai mobil. Tak terasa jauh sih karena lalu lintas yang sangat teratur, jarak sedemikian bisa ditempuh dalam waktu kurang dari sejam. Apalagi kalau naik kereta (yang btw, sangat nyaman, selalu tepat waktu, jadwalnya pun ada hampir 40x keberangkatan per harinya).

Menunggu di hall rumah sakit. Saya terlihat ngantuk ya:))
Kami janjian bertemu di hall rumah sakit pukul 6 sore. Nyatanya, karena Mignon harus memperpanjang waktu operasi, jadwalnya molor sampai jam 19.30. Hahaha, saya sudah kelaparan, ngantuk, dan kedinginan:p Kami berangkat dari AMC menuju Den Haag dengan naik mobilnya. Sepanjang perjalanan, saya sudah tak kuasa menahan kantuk. Entah berapa kali deh saya menguap.


Di Den Haag, kami segera diantar ke De Poentjak, nama rumah makan Indonesia yang cukup terkenal di sana dengan menu rijstaffel-nya. Rijstaffel atau "rice table" ini adalah menu yang hampir selalu ada di rumah makan Indonesia di Belanda. Apa isinya? Banyak banget:))

Rijstaffel adalah beberapa jenis makanan Indonesia yang ditaruh di piring kecil, sehingga semua orang dapat mencicipi berbagai jenis makanan dalam porsi kecil. Persis konsep rumah makan Padang begitu deh. Bedanya, kalau di rumah makan Padang kan, kita boleh memilih mana yang kita suka dan hanya membayar yang kita makan. Sementara kalau rijstaffel, semua yang sudah dikeluarkan di atas meja harus dibayar, entah dimakan ataupun tidak. Harganya pun lumayan mahal. Per orangnya, skeitar 25 Euro (kalikan 17.000 rupiah saja ya).

Lihat jendela deh. Foto ini diambil sekitar jam 9 malam, masih terang benderang:))
Menu rijstaffel yang disajikan adalah nasi (of course!), rendang (selalu ada di rumah makan Indonesia), sate ayam, sate domba, serundeng, gado-gado, rujak buah, tumis buncis, nasi goreng, Bali telur, sop ayam, kerupuk, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Benar-benar deh, saya kekenyangan sepulang dari sana, ALhamdulillah. Puas ngobrol dan makan malam, kami pun berpamitan. Mignon dan suami pulang ke rumah, sementara kami berjalan menuju Centraal Station untuk naik kereta kembali ke Amsterdam.

Besoknya, karena masih lelah, saya dan suami memutuskan untuk mengeksplorasi kota Amsterdam saja. Ada yang sedikit "ajaib" hari itu, karena Amsterdam yang biasanya masyaAllah dinginnya, malah panas luar biasa dengan suhu mencapai 29 derajat Celsius! Fenomena ini memang "aneh", suhu begitu di bulan April, sehingga sempat menjadi headline berbagai surat kabar di Belanda.

Tak heran, semua orang sepertinya ingin memanfaatkan cuaca baik dengan keluar rumah. Sepanjang penglihatan saya, taman-taman kota dipenuhi orang setengah telanjang (like, seriously!) untuk berjemur. Ada yang berjemur dengan membaca buku, ada yang bermain dengan teman-temannya (frisbee, bola atau lainnya), ada yang bersepeda, sepatu roda, dancing (benar-benar menari sendirian dengan diiring musik dari radio besar), dan masih banyak lagi yang lainnya.

Jangan ditanya bagaimana perasaan saya ya. SUPER HAPPY! Ya Allah, alhamdulillaaaah. Terima kasih ya Allah, akhirnya bisa merasakan suhu hangat (buat saya, panas banget buat orang Belanda) di sini. Bye-bye coat, jaket, long john, sweater dan teman-temannya:p (Walaupun ternyata saya harus kecewa. Saya pikir suhu segitu akan bertahan lama. Nyatanya, keesokan harinya suhu sudah kembali 6 derajat saja saudara-saudara. Asli deh PHP! Kzl.)

Saya dan suami memilih piknik di Vondelpark, taman terbesar (CMIIW) di Amsterdam. Asli piknik lho, seru juga hahaha. Saya juga langsung membeli es krim. Selama ini sudah ngiler setiap melihat es krim, tapi tak pernah membeli karena.. well suhunya sudah sedingin es krim kok pakai beli es krim lagi?:p

Hari terakhir weekend kami manfaatkan untuk memenuhi undangan makan siang dari mbak Rini, teman dari Surabaya yang sudah lama pindah ke Belanda. Beliau berdomisili di Aalkmar, kota kecil yang terkenal dengan pasar kejunya, skeitar satu jam dari Amsterdam.

Mbak Rini sudah mewanti-wanti kami untuk datang pagi karena ingin mengajak kami ke Rommelmarkt, alias pasar loak. Setiap Minggu pagi, penduduk setempat yang ingin menjual barang-barang miliknya yang tak terpakai namun masih bagus bisa memanfaatkan event ini. Tempatnya setiap minggu berpindah-pindah, bisa dilihat di website. Barang-barang yang dijual di sana masih sangat bagus, dengan harga yang menurut saya tak masuk akal. Sepertinya memang mereka menjual barang bukan untuk mencari profit, tapi supaya tidak memenuhi lemari saja:D Bayangkan deh, tas-tas yang masih bagus dijual seharga 2 Euro saja. Mainan board game yang practically new, dijual seharga 2-3 Euro! Suami saya langsung kalap membeli board game untuk Naya.


Segala macam ada di sana, kecuali makanan. Pemerintah Belanda memang melarang keras penjualan makanan karena tidak dapat mengontrol secara langsung kualitas dan kebersihan makanannya. Mereka khawatir sekali, kalau ada penduduknya yang terkena salmonella gegara makanan yang tak terkontrol pemerintah ini. Hebat yaaa.

Lelah memutari Rommelmarkt, kami berjalan ke rumah mbak Rini, dan mempersiapkan makan siang. Mbak Rini sudah memasakkan mie pangsit goreng, bakso, sate kerang dan pisang rebus untuk kami. Wah puaaaas deh. Benar-benar weekend well-spent!

Apalagi kegiatan saya selama di Belanda? Eitsss, tunggu ceritanya ya:D




No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...