Monday, March 26, 2018

Stunted, Meet Up dan Ulekan

Memasuki minggu ke-4 alias bulan pertama di Amsterdam, saya merasa hari semakin cepat berlalu. Mungkin karena sudah sangat beradaptasi dengan cuaca di sini, mungkin juga karena kesibukan yang sangat padat. Saking padatnya, saya seringkali harus berlari-lari dari satu gedung ke gedung yang lain. Wah benar-benar tak terasa sudah sebulan berada di sini. Belum lagi karena banyak tugas yang harus saya kerjakan.
Team Pediatric Metabolic
Lihat deh, di antara kami semua (dokter anak, perawat, mahasiswa, dan saya), saya yang paling pendek alias paling stunted. Jadi bisa dibayangkan yaa kalau sedang visite atau berjalan, satu langkah mereka sama dengan 5-6 langkah saya. Buat mereka sih sepertinya berjalan cepat, tapi buat saya rasanya berlari-lari terus! Biar deh, semoga setelah ini saya jadi semakin langsing ya hahaha. #ngarep Makanya, pantas saja kalau waktu jadi terasa cepat kala di rumah sakit. Wong lari-larian terus.

Sunday, March 18, 2018

Last Day in Rotterdam

Walaupun saya mengira akan terlambat bangun pagi ini karena tidur sangat larut malam sebelumnya, namun pagi hari benar, mata saya sudah terbuka lebar. Menunggu waktu subuh dengan menulis blog, membalas email, dan beberes, saya sudah siap untuk menjalani hari Masterclass terakhir ini. Rencananya sih, acara akan selesai pukul13.00.

See you, Rotterdam! Source: Google
Materi yang diberikan sebagai pemungkas dan penutup acara sebetulnya kurang terlalu berhubungan dengan praktik saya sehari-hari, walaupun begitu menyenangkan sekali mengikuti diskusi orang-orang pintar dari banyak negara ini:D Rotterdam saat itu sangat berawan, dan menurut ramalan cuaca akan hujan seharian. Waktu coffee break, saya sempatkan untuk kembali ke kamar, packing dan check-out. Rencananya, begitu acara selesai, saya akan mengejar kereta ke stasiun pusat Rotterdam untuk naik kereta kembali ke Amsterdam.

Acara tepat selesai pukul 13.00 (benar lho, tak kurang dan tak lebih semenit pun!). Begitu selesai, mengambil sertifikat, saya langsung lari menuju stasiun metro karena menurut aplikasi 9292 yang saya download, kereta menuju stasiun pusat Rotterdam akan berangkat tepat pukul 13.07 (dan memang benar, sangat tepat waktu hingga ke menitnya).

Saturday, March 17, 2018

Rotterdam Day-2

Hari ke-2 di Rotterdam sebetulnya diawali dengan Running Clinic oleh salah satu atlet olimpiade Belanda. Jadi pagi sekali, kami semua diajak berkeliling kota Rotterdam dengan berlari, sekaligus diajari beberapa teknik basic lari. Sayangnya, saya tidak ikut karena beberapa hari lalu terkilir. (Ternyata salju itu super licin, Jenderal!:))).

Jadilah saya mengawali pagi dengan sarapan, kemudian megikuti workshop sejak awal. Materi hari ini relatif lebih berat namun sangat berhubungan dengan apa yang saya kerjakan sehari-hari. Satu hal yang sempat membuat saya terkaget-kaget adalah saat seorang pembicara presentasi, banyak sekali interupsinya. Ada yang memberikan pendapat, ada yang bertanya, dan semua orang dalam ruangan tampak biasa saja. Coba kalau di Indonesia, pasti sudah dicap tak sopan kan ya? Well, mungkin memang beda budaya.
Saya kayak anak SMP nyasar ya:))

Saat coffee break, saya sempat mendatangi salah satu pembicara, seorang profesor dari Paris yang terkenal karena ilmunya tentang lemak. Kebetulan saat ini saya sedang mengerjakan penelitian mengenai lemak, sehingga ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan. Modal nekad saja, karena apalah saya yang hanya remahan Oreo ini dibanding beliau:p

Friday, March 16, 2018

Rotterdam Day-1

Beberapa bulan saat senior saya memberitahu bahwa akan ada acara Masterclass mengenai nutrisi parenteral yang diadakan oleh ESPGHAN (European Society of Pediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition) di Rotterdam, saya sudah sangat tertarik. Topik yang dibahas semua berhubungan dengan pekerjaan saya sehari-hari, dan pas banget dengan penelitian yang sedang saya kerjakan. Waaah, mupeng!

Tambah mupeng lagi ketika saya melihat bahwa untuk mengikuti acara ini, hanya diperlukan biaya registrasi sebesar 50 Euro, dan itu sudah termasuk menginap 2 malam di hotel berbintang 4, makan siang selama acara, makan malam selama acara, materi course dan coffee break. Iseng saya intip di booking.com, biaya hotelnya saja semalam sekitar 125-150 Euro/malam. Glek. Bangkrut deh saya kalau harus bayar sendiri:)))

Tentu karena itu pula, tak semua yang mendaftar bisa diterima. Kami diharuskan mengirimkan abstrak case report, kemudian nantinya top 40 dari semua kiriman tersebut yang diperbolehkan mengikuti acara. Berhubung saya sedang berada di Amsterdam (dan biaya transportasi Amsterdam-Rotterdam jauh lebih murah dibanding Indonesia - Rotterdam:p-, saya putuskan untuk mendaftar walaupun tak yakin akan terpilih. Ya sudahlah, terpilih Alhamdulillah, tidak pun tak rugi apa-apa:D

Alhamdulillah, beberapa hari sebelum berangkat ke Belanda, saya mendapat email notifikasi bahwa saya diperbolehkan mengikuti acara ini yaaay!

Wednesday, March 14, 2018

Online Shopping, MyPUP dan VUmc

Who doesn't like online shopping?
Di Indonesia, sepanjang tahun 2016 saja ada 24,73 juta orang yang melaksanakan belanja secara online. Saya? Jangan ditanya. Sejak mengenal belanja online, hampir tidak pernah lagi berbelanja secara offline. Lebih praktis, hemat, dan mudah sih! Saya yakin banyak juga orang selain saya yang lebih menggemari belanja online.
Sumber: MyPUP

Di Belanda pun ternyata demikian. Para penduduk Belanda yang jam kerjanya lumayan panjang (dari jam 8-17) mengaku lebih suka berbelanja online. Saat weekend, mereka biasanya malas kalau harus berbelanja ke pusat kota karena ramai turis yang berkunjung. Apalagi kalau cuaca sedang tidak mendukung. Jadi, belanja online sajalah. Masalahnya, tidak seperti di Indonesia, apartemen atau hunian lain di Belanda kebanyakan pasti kosong saat jam kerja, jam-jam dimana paket diantar. Kalau di Indonesia, ada ART, bisa dititipkan ke tetangga dsb. Nah, di Belanda, semua orang bekerja atau sekolah saat jam kerja. Tetangga? Boro-boro kenal haha. Lalu bagaimana?

Tuesday, March 13, 2018

Den Haag Experience

Minggu kemarin, saya mengantarkan suami yang luar biasa kurang kerjaan sekali mengikuti acara marathon di tengah dinginnya udara ini dimana tentu lebih menyenangkan tidur siang, di kota The Hague alias Den Haag. Saya, tentunya, tidak berminat untuk mengikuti acara ini. Tapi, penasaran juga ingin mengetahui seperti apa sih situasi di ibu kota pemerintahan negara Belanda? Jadilah saya putuskan untuk ikut. Sekalian memberi support ceritanya:p

Jarak Den Haag dengan Amsterdam tidaklah begitu jauh, sekitar 53 kilometer tepatnya, dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit dengan kereta api. Cuaca Amsterdam weekend kemarin sungguh menyenangkan dan menghibur hati. Walaupun sejak pagi hujan turun tak henti, tapi suhunya mencapai 15 derajat di siang hari. Semoga terus naik sampai mencapai 20 derajat ya, supaya saya tak perlu memakai baju dan celana berlapis-lapis setiap harinya. Bukannya apa, susah euy kalau mau ke kamar mandi:p

Perjalanan ditempuh dengan sangat nyaman. Kereta cepat, bersih, hangat (penting buat saya) dan tidak berisik sama sekali. Enak deh, hampir saja saya tertidur dibuatnya. Seisi kereta dipenuhi oleh banyak orang yang mengenakan baju serta sepatu lari. Pasti deh ini peserta event lari yang diikuti suami saya juga.

Sementara suami sudah mulai gaduh gelisah entah kenapa (sepertinya takut tidak bisa finish:p), saya pun ikut gaduh gelisah memikirkan akan pergi ke mana saja. Kata mama saya yang sudah pernah ke Den Haag, karena di sana ada kantor KBRI Indonesia, sangat mudah menemukan makanan Indonesia. Makanya, saya malah sibuk googling rumah makan Indonesia haha. Maaf, sudah super kangen dengan tempe!

Sunday, March 11, 2018

Presentasi, Perbedaan dan Indonesia

Tugas presentasi pertama saya selama di Belanda dijadwalkan di minggu kedua alias minggu ini:D Kenapa saya bilang pertama? Karena ternyata banyak juga tugasnya haha. No problemo, saya akan berjuaaaang! Wish me luck! Anyway, tugas perdana saya adalah memperkenalkan sistem kesehatan Indonesia, termasuk bagaimana pemerintah menjamin kesehatan pasien-pasien dengan penyakit metabolik dan lain sebagainya.
Gedung di belakang itu AMC, Academisch Medisch Centrum, RS selama saya di Amsterdam

Tidak terlalu sulit sih, karena terus terang saya banyak terbantu data dari Biro Statistik dan Riskesdas yang bisa didownload gratis. Saya membutuhkan waktu sekitar 2 hari untuk menyiapkan presentasi yang mostly berisi data statistik Indonesia dan juga foto-foto dari rumah sakit tempat saya bekerja di Surabaya.

Perbedaan antara negara maju seperti Belanda dan negara berkembang seperti Indonesia tentu sangat jauh. Selama presentasi, para kolega saya yang kesemuanya kebetulan belum pernah mengunjungi Indonesia sampai terdiam alias speechless.


Tuesday, March 6, 2018

Hangat, Sepeda dan Sambal

Memasuki minggu kedua di Amsterdam, saya sedikit senang karena suhunya sedikit (iyaa sedikiiiit saja) lebih hangat dibanding sebelumnya. Kalau minggu lalu jam 12 siang masih minus 3 derajat, maka minggu ini bisa mencapai hingga 8-10 derajat. Masih dingin sih, tapi yaa lumayan banget kan tuh:D

Semakin jarang terlihat salju di mana-mana. Yaaay! Sejujurnya, saya senang melihat pemandangan yang tertutupi salju. Indah sekali. Tapi, karena salju itulah saya jadi sering terpeleset. Rupanya licin sekali, saudara-saudara. Harap maklum ya, tak terbiasa dengan adanya salju:D

Saya berangkat ke rumah sakit menaiki kereta. Tak terlalu jauh sih, hanya 3 stopan dari apartemen, jalan sekitar 5 menit, sampai deh. Tapi, karena cuacanya sangat dingin menurut saya, jadi rasanya jaaauuuh banget:p

Begitu sampai rumah sakit, saya langsung mengambil white coat. Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, tinggal scan name badge, keluar deh di ruangan. WHite coat yang kotor saya masukkan di tempat khusus. Seorang dokter hanya mendapat jatah 2 white coat saja, Jadi kalau baru dikembalikan 1, hanya bisa mengambil 1. Kalau 2-2nya belum dikembalikan, bisa dipastikan, tidak akan mendapat whitecoat lagi. Biarpun tampaknya seperti jas biasa, rupanya ada microchip yang tertanam dalam white coat ini. Kece yaaa.
"Mesin" White Coat


Sunday, March 4, 2018

Young Investigator Awards, Naya dan Primark

Sesuai yang kami rencanakan sebelumnya, weekend perdana buat saya di Amsterdam ini terlewati benar-benar dengan slow and easy. Super santai, apalagi karena cuaca masih juga belum bersahabat. Malas deh berlama-lama berada di luar ruangan. Kalau tak penting-penting amat, mendingan berhibernasi di kamar yang hangat.

Saya terbangun sejak jam 2 pagi karena -seperti biasa- kambuh alerginya, yaa kali siapa yang tak kambuh di suhu minus. Di Surabaya saja setiap subuh kambuh:p  Bersin berulang kali, tenggorokan gatal tak karuan, dan -the worst- sulit bernapas karena hidung buntu. Awalnya tentu mata masih sulit membuka, wong aslinya memang masih mengantuk. Tapi mata langsung terbuka lebar saat saya membuka email, dan menemukan email ini:

Alhamdulillaaah, super happy! Saya tak menyangka jika penelitian yang saya buat dan iseng-iseng kirim ke ESPGHAN (European Society of Pediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition) memenangkan Young Investigator Awards. Konsekuensinya, saya harus presentasi penelitian tsb di Geneva, bulan Mei nanti. Stressss deh langsung, ah tapi dipikir belakangan saja:))) Doakan ya, semoga saya tak jatuh pingsan saat presentasi di depan para profesor dan dokter anak sedunia nanti. Membayangkannya saja saya sudah migren:@ Ini adalah award internasional pertama yang pernah saya menangkan (jadi harap maklum kalau masih ndeso ya:p), dan semoga bukan yang terakhir. Aaamiiiin.

Saturday, March 3, 2018

Name Badge, Pager dan White Coat

Hari ke-2 sebagai fellow di AMC, saya diminta untuk mengurus name badge serta jas putih. Sekretaris bagian sudah mendaftarkan saya untuk mengatur segala urusan administrasi dengan bagian Human Resources pukul 9 pagi. Karena itulah, awalnya saya berencana untuk bermalas-malasan dulu, dan baru berangkat sekitar setengah jam sebelumnya dari apartemen.
Udah keliatan kurusan belum?:p

Rupanyaaa, semua itu tinggal rencana. Jetlag masih muncul, sehingga saya bangun tidur pukul 2 pagi dan tidak bisa tertidur lagi walaupun sudah mati-matian mencoba. Jam 7 pagi, saya sudah selesai sarapan dan mandi, siap untuk berangkat:))

Sampai di rumah sakit, saya langsung menuju kantor. Karena masih harus menunggu cukup lama, akhirnya saya memutuskan untuk mengerjakan revisi proposal karya akhir. Lumayan juga lho hasilnya.

Friday, March 2, 2018

Welkom in Amsterdam

Perjalanan menuju Amsterdam dari Surabaya total saya tempuh dalam waktu 18 jam 20 menit. 1 jam 20 menit dari Surabaya ke Jakarta, 3 jam transit di Jakarta, dan 14 jam penuh dari Jakarta ke Amsterdam. Karena tahu perjalanan akan sangat panjang, saya sudah menyiapkan obat tidur andalan supaya bisa tidur nyenyak selama di pesawat.

Alhamdulillah, rejeki anak solehah, pesawat yang saya tumpangi tak terlalu penuh. 2 seat di sebelah saya tak berpenumpang sehingga selama perjalanan, saya bisa tidur selonjoran dengan enaknya. Saya lihat, banyak juga penumpang lain yang memanfaatkan tempat kosong di sebelahnya seperti saya. Jadilah begitu naik pesawat, saya memasang penutup mata, mengambil posisi tidur dan minum obat tidur. Harapannya sih tak terbangun hingga tiba di Amsterdam. Kenyataannya? Yasalaaam, karena pesawatnya ajrut-ajrutan (dan saya ketakutan setengah mati), saya berulang kali terbangun dan memilih untuk berdoa semalaman. Berulang kali pula pak pilot menginformasikan bahwa cuaca yang harus kami lalui sangat buruk sehingga banyak goncangan yang harus dihadapi.

Untunglah, selama 14 jam itu, karena bisa tidur selonjoran, saya merasa pesawat yang saya tumpangi sangat nyaman.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...