Monday, April 29, 2013

Di Muka

Huru-hara di pagi hari. Naya tiba-tiba datang menghampiri saya dan mencoba untuk duduk....di muka saya!

Meta: "Kak, apa sih? Engga boleh duduk di muka mama atau papa atau siapa pun. Engga sopan!"
Naya: "Tapi kakak Aya mau duduk di muka mama!"
Meta: "Duduk di kursi aja, atau sini mama pangku yaa?"
Naya: "Engga maaaauuuuuu" *mulai merengek plus nangis*
Meta: "Kenapa mau duduk di muka mama?"
Naya: " Kan istimewa ma, kaya pak kusing (kusir, Red) yang sedang bekerja. -Naya memang lagi tergila-gila sama lagu naik delman akhir-akhir ini-
Meta: *ngakak* "Kak, muka itu maksudnya depan. Jadi di muka itu sama dengan di depan."
Naya: "Bukaaaaan maaaa, muka itu iniiii *nunjuk mukanya* bukan depannnn! *nangis tambah keras*
Meta: *bingung setengah mati*
:)))))

Kesempatan lain,
Naya : "Ma, mbak Siti (ART saya,Red) namanya siapa ma?"
Meta: "Lho, ya Siti kak. Siti itu kan namanya."
Naya: "Bukan ma. Nama panjangnya."
Meta: "Oooh. Mama engga tau, nanti kita tanyain yaa! Kenapa emangnya kak? *bingung, menebak-nebak arah pertanyaan bayi*
Naya: "Kakak Aya tau!"
Meta: "Oh yaa? Siapa?"
Naya: "Siti....mewa kududuk di muka di samping pak kusir yang sedang bekerja."
Meta: *ngakaaaaaaak*
 Asli deh itu engga kebayang Naya bakal ngusilin emaknya semacam itu. Serasa punya anak ABG, bukan bayi:')

Sunday, April 28, 2013

Selingkuh

Ini apa deh ujug-ujug ngomongin selingkuh? Jadi gini, salah satu sahabat dekat saya waktu sekolah dulu mem-bbm saya beberapa waktu lalu. Walaupun jarang sekali bertemu muka, kami memang masih sering bersilahturahmi lewat BBM atau LINE.

Ceritanya, teman saya -sebut namanya Mawar aja ya!- ini pernah punya gebetan waktu sekolah. Gebetannya memang idola sejuta umat saat itu. Rasanya semua cewek pasti ngecengin dia deh. Eh kecuali saya sih:p Saya inget banget betapa Mawar sering mencoret-coret bukunya dengan nama gebetannya. Betapa curhatnya selalu menyelipkan nama gebetan. Engga ketinggalan, menitipkan 1000 salam pada teman gebetan. Errrr, jadul juga yak:p

Singkat cerita, Mawar engga pernah jadian sama gebetannya ini, dan setelah lulus saya sudah engga pernah mendengar Mawar menyebut-nyebut namanya lagi.

Makanya saya kaget banget waktu akhir-akhir ini Mawar mulai mengungkit soal gebetan masa lalunya. Si gebetan, sebut aja namanya Ariel deh ya, sekarang sudah berkeluarga dengan 2 orang anak. Kalau saya lihat dari foto profile Facebooknya sih, sepertinya keluarga mereka sangat bahagia. Sementara itu, Mawar belum berkeluarga. Prioritasnya dari dulu memang karier. Engga heran, kariernya sekarang memang gemilang.

Ternyata, tanpa sengaja mereka berdua sempat bertemu di salah satu acara kantor. Diawali bertukar pin Blackberry dan nomor handphone, akhirnya jadi dekatlah mereka. Tidak ada hari tanpa BBM-an yang menanyakan kabar, sudah makan atau belum, lagi ngapain dsb. Terkadang janjian untuk lunch bareng di sekitar wilayah kantor mereka. Hanya berdua saja. Mawar senang sekali mereka bisa dekat. Wajar, saya tahu betapa cinta matinya Mawar ke Ariel dulu:D

Tapi tetap saja saya yang mendengar ini kaget. Lho, bukannya Ariel sudah berkeluarga? Bukankah itu sama saja dengan berselingkuh? Saya berani bertaruh, istri Ariel pasti sama sekali engga tahu hubungan suaminya dengan Mawar yang katanya 'cuma' teman ini.

Menurut Mawar, apa yang dilakukannya bukan berselingkuh. 'Toh, engga pernah kontak fisik. Gandengan tangan aja engga pernah, Met!"

Hmphhhh..
Menurut saya, selingkuh tidak hanya dapat dinilai dari sekedar ada/tidaknya kontak fisik. Apa yang dilakukan Mawar dan Ariel itu salah satu bentuk dari perselingkuhan. Entah ya, sebut saya lebay, tapi kalau saya yang ada di pihak istri dari Ariel, saya pasti akan marah besar, dan mungkin akan langsung minta untuk mengakhiri hubungan.

Komitmen buat saya adalah syarat mutlak untuk suatu hubungan. Jika komitmen sudah dikhianati, meski dalam bentuk sms-an, bbm-an, lunch bareng, terus buat apa meneruskan hubungan?
Kalau kata orang, sama saja dengan selingkuh hati. Tinggal menunggu waktu saja kapan selingkuh hatinya berlanjut ke fisik, IMHO:)

Mungkin saja sih, istrinya Ariel engga selebay saya -semoga yaa!-:p
Tapi maafkan saya ya Mawar kalau saya sangat engga menyetujui apa yang kamu lakukan ini.

I know you will read this. I am still your BFF. I will always be. That's why I keep telling you to stay away from him for your own goodness. Please:)



Thursday, April 25, 2013

Cover Ayahbunda

Our first cover;)
Sudah baca majalah Ayahbunda terbaru kan? #uhuk. Saya senang sekali lho berkesempatan menjadi covernya:D
Walaupun bukan yang pertama-jaman abegeh duluuuuh sudah pernah-, tapi tetap saja istimewa karena ini foto cover saya perdana bersama Naya:D

Kok bisa? Saya kan bukan selebriti. Terkenal juga engga. Terus bagaimana caranya? Saya pun sebenarnya masih percaya engga percaya kok:p

Jadi begini, suatu hari saat saya sedang akan pulang kampung beberapa hari dan meng-update status penuh kegembiraan di Path, mbak Tenik Hartono, CCO majalah Ayahbunda yang baik hati memberikan komen pada saya untuk meluangkan waktu difoto saat mampir ke Jakarta.

Namanya juga banci foto, saya sih senang -senang aja hehehe. Nah, setelah janjian, pada hari H, saya dan Naya diantar mama pergi ke gedung Femina untuk pemotretan. Saya pernah beberapa kali ke gedung Femina sebelumnya untuk foto di majalah Cita Cinta, Gadis dan Seventeen (RIP Seventeen Indonesia, sayang banget sudah engga ada), tapi ya itu tadi, pas masih ABG, sudah lamaaaaaa. Jadilah, harus agak menggali ingatan dan tanya kiri-kanan untuk sampai ke sana.

Di sana, saya langsung naik ke studio foto untuk di-makeup. Naya masih tertidur lelap di mobil sampai akhirnya menyusul saya setelah bangun. Rupanya di studio sedang ada pemotretan bertema Pooh untuk anak-anak. Naya yang masih belum 'penuh' karena baru bangun langsung excited demi melihat Pooh, Piglet dan Tiger.

"Mama, kakak Aya di-cheese dong sama Pooh!" --> emang suka difoto.


Kakak Aya, Pooh, Piglet, Eeyore dan Tiger.
Setelah di-makeup, tiba saatnya pemotretan. Semua wardrobe dan property yang dipakai sudah disediakan. Saya dan Naya berganti baju 3x dengan 3 tema yang berbeda.

Jalannya pemotretan terbilang lancar. Alhamdulillah walaupun fotografer dan kru yang lain terbilang 'asing', Naya sangat kooperatif. Mau senyum, sadar kamera dan sepanjang pemotretan tetap ngoceh melulu engga ada hentinya-_-"

Sampai detik itu, saya engga tahu lho kalau itu buat cover. Saya pikir sebagai blogger web Ayahbunda, pemotretan tadi adalah untuk artikel profil.


Suasana Pemotretan

Saya baru ngeh setelah pemotretan dan disodori berkas untuk ditandatangani. Di berkas tersebut, dijelaskan bahwa hasil pemotretan akan dijadikan cover. Waaaaaaa saya langsung berbinar-binar deh! Tapi deg-degan juga. Saya kan bukan artis atau orang terkenal. Engga pede! Nanti apa kata orang? Jangan-jangan oplahnya turun karena model cover-nya tak dikenal *semoga jangan ya!*:p

Sampai sekarang, saya sebenarnya belum melihat sendiri majalahnya karena di tempat saya saat ini (baca: Balung, Jember) engga ada tukang majalah. Bisa pesan sih, tapi datangnya minimal masih seminggu lagi-_-"

Anyway, it was such a great experience in life. Im so honoured:)

Terimakasih tak terhingga buat mbak Tenik, tentunya, mbak Fia, mas Yudhi, mbak Jane sebagai fotografer, mas Ariya-MUA, mbak Nanda Djohan-stylist, dan semua kru yang lain:) 
Semoga engga bosen-bosen ngajak foto lagi! Hyahaha #modus :p

All That Matters

Setiap mendengar nama Kartini, kata pertama yang terlintas di benak saya adalah emansipasi.

Sebagai seorang perempuan, saya sungguh sangat berterimakasih kepada Kartini. Coba bayangkan, tanpa beliau mungkin perempuan di Indonesia sampai saat ini tidak mempunyai kesempatan yang sama dengan pria untuk mengenyam pendidikan, bekerja atau bahkan menjadi pemimpin.

Sekarang? Ah, bisa kita lihat dimana-mana kaum perempuan bekerja yang tidak kalah dengan pria. Bahkan banyak juga perempuan yang menjadi pimpinan. Profesi yang dulu hanya menjadi milik laki-laki sudah 'dibagi' rata kesempatannya dengan perempuan.

Waktu belum menikah, impian saya adalah mendukung Kartini membuktikan bahwa perempuan bisa sama dengan laki-laki. Saya tidak keberatan harus bekerja semalaman di studio setelah dinas seharian di rumah sakit. Tidak mengeluh juga kalau diberi tugas jaga bolak/i sampai jarang melihat rumah. Kalau yang laki-laki bisa, saya juga harus bisa dong!

Tapi setelah menikah dan -apalagi- punya anak, duh rasanya kaki ini berat sekali untuk melangkah pergi bekerja. Saya ingin mendampingi Naya setiap hari. Saya lebih ingin bersama Naya setiap saat dibandingkan bekerja. Saya ingin menjadi saksi mata langsung tumbuh kembang Naya. Sempat terlintas niat saya untuk berhenti bekerja saja.Lalu apa kabar dengan impian saya untuk mendukung Kartini?

Saya jadi berpikir, apakah harus menjadi wanita karier dulu untuk menjadi seorang Kartini? Apakah harus menjadi ibu bekerja dulu untuk dapat disebut sebagai seorang Kartini?

Saya tahu banget nih, Full Time Mom alias Ibu Rumah Tangga dan Working Mom alias ibu yang bekerja alias wanita karier masih jadi bahan perdebatan abadi sampai sekarang.

Saya jadi ingat 'perang status BBM' teman-teman saya.

"Alhamdulillah ya, Laika -bukan nama sebenarnya- lulus ASIX plus MPASI rumahan buatan ibunya sendiri. Biarpun capek no nanny, no maid, insyaAllah berkah Tuhan balasannya."

"Bekerja demi masa depan Biyan -juga bukan nama sebenarnya-. Biarpun capek, selama masa depan Biyan terjamin, engga masyalah."

"Rejeki anak ada sendiri-sendiri, engga perlu kerja terlalu ngoyo. Yang penting justru bonding dan kasih sayang ibu."

"Buat apa jauh-jauh memikirkan masa depan kalau saat ini anak kurang waktu dan perhatian?"

"Bekerja=aktualisasi diri=modal mendidik anak"

Dan masih banyak lagi. Intinya, yang tidak bekerja merasa lebih baik karena dapat sepenuhnya 'memegang' anak. Yang bekerja pun tidak mau kalah karena merasa dengan bekerja dapat mengaktualisasi diri demi modal mendidik anak. Ngenes ya bacanya? Eh tapi ini benar-benar kejadian lho!

Buat saya, ibu bekerja atau ibu rumah tangga apapun sebutannya, tetap adalah seorang ibu. Seseorang yang dengan ikhlas akan melakukan segalanya, mengorbankan apapun untuk anak. Seseorang yang akan selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Bekerja atau tidak, ibu adalah sosok sempurna seorang Kartini. Sama seperti Kartini, ibu pun berjuang melahirkan dan membesarkan manusia. Di tangan ibu, generasi muda bangsa dibentuk.

Apapun jabatannya, mau direktur, manajer, dokter, ibu rumah tangga, presiden sekalipun, saya yakin hanya 'sampingan' saja karena pekerjaan utama adalah sebagai seorang ibu. Titik.

Dimanapun berada, saat sedang di kantor, di tempat kerja, saya yakin hati dan pikiran ibu selalu ada pada anak-anaknya.

Pilihan berkarier atau tidak memang kembali ke pribadi masing-masing dengan segala pertimbangannya. Saya sendiri memilih tetap berkarier karena yakin insyaAllah bisa menyeimbangkan tugas saya sebagai ibu dan wanita bekerja dengan prioritas keluarga.

For all the mothers in the world, please stop arguing about full time mother or working mother. We are all Mothers. Period. It's all that matters:)

Saya yakin kalau Kartini masih ada, beliau akan tersenyum bangga pada kita semua.

Selamat hari Kartini!

Sunday, April 21, 2013

Masalah Majalah

Entah ini bisa dimasukkan kedalam kegiatan compulsive shopping atau tidak, tapi selain notes, saya sukaaaaa sekali beli majalah:D

Bedanya dengan notes, setiap habis membeli majalah, saya pasti akan langsung membacanya sampai selesai. Engga kompulsif kan kalau gitu namanya? Toh, menurut pembenaran saya, semua info di majalah memang saya butuhkan kok:p

Majalah apa saja sih yang saya beli? Jangan kaget ya! Semua. Iyaaa semua. Saya engga pandang bulu dalam membeli majalah. Apapun saya sikaaat:p
Mulai dari teen magazines seperti Gadis, GoGirl, Girlfriend sampai Hai sering saya beli. Jadi biar kata udah emak-emak, saya masih mengikuti tren gaulnya remaja hehehe. Sedikit banyak, ini membantu saya juga untuk siaran:)

Majalah yang ditujukan untuk wanita seumuran saya seperti Femina, Chic, CitaCinta, Grazia pun engga ketinggalan saya beli. Kalau yang ini sih bukan buat bahan siaran tentunya. Tapi info yang diberikan memang sangat berguna buat saya.

Sebagai seorang ibu, saya juga membaca majalah-majalah bertema parenting seperti Ayahbunda, Mother and Baby Indonesia, Parents, Parenting, Tumbuh Kembang, dll. Ini sih sudah jelas dong ya alasannya kenapa:)

Tentunya bikin kantong kering kalau saya berlangganan semua majalah tadi:D
Jadilah, saya memutuskan untuk berlangganan beberapa majalah saja, sedangkan sisanya membeli saat ada edisi yang menarik hati.

Saat ini saya berlangganan majalah Ayahbunda dan Grazia, dan sedang berniat memulai langganan Femina bulan depan. Sementara majalah lain yang sering saya beli (hampir setiap edisi) adalah Mother Baby Indonesia dan Gadis. Bagaimana yang lain?

Saya sungguh bersyukur saat ini banyak majalah yang tersedia versi digitalnya. Tinggal search lewat gadget, bayar dan download. Harganya jauuuuuuuuh lebih murah dibandingkan membeli versi cetaknya. Masuk akal dong, kan engga butuh biaya kertas, tinta maupun distribusi. Untuk pembaca seperti saya, untungnya adalah engga menambah tumpukan majalah yang membeludak di rumah dan menghemat banyak hehe.

Sayangnya, majalah-majalah keluaran Femina Grup belum tersedia versi digitalnya. Padahal sejak umur 12 tahun, saya sudah suka dan rutin membaca majalah keluaran Femina Grup. Entah ya, menurut saya bahasannya selalu menarik, bahasa yang mudah diikuti, engga heran hampir semua majalahnya adalah pelopor no 1 di setiap segmen. Semoga segera deh ya!

Saturday, April 20, 2013

Jangan Lupa Ya!

..Buat beli majalah Ayahbunda nomor 9 yang bakal terbit tanggal 25 April 2013 ini.
Ada Naya -dan emaknya tentu saja fufufufu- di covernya lho!


Ayahbunda edisi ini special edition karena double cover, dan khusus membahas working mother dari A sampai Z. 
Cerita di balik layarnya menyusul yaaa hihihi.

Our first cover:)

#SrikandiBlogger

Waktu itu, saya mendapat mention dari @ayankmira diminta untuk membuka akun facebook saya. Yaa karena engga ada sinyal, saya harus menunggu sampai sinyal berbaik hati memunculkan diri. Setelah ada sinyal, saya langsung membuka akun facebook dan terbengong-bengong. Wah ternyata saya terpilih sebagai salah satu dari 50 unggulan #SrikandiBlogger versi Komunitas Emak-emak Blogger. Happy!:)

Sayangnya, dari situ juga saya tahu kalau babak penyisihan selanjutnya ditentukan dari aktivitas nge-twit dan membuat essay singkat mengenai #SrikandiBlogger. Yah, saya panik deh langsung. Bagaimana caranya bisa ngetwit sesuai jadwal yang diberikan kalau sinyal yang ada edan-eling, kebanyakan edannya:p

Karena engga yakin bisa nge-twit dan upload essay di blog sesuai jadwal, saya langsung men-DM @ayankmira untuk meminta maaf dan secara resmi mengundurkan diri dari #SrikandiBlogger. Sebenarnya sih sayang, tapi bagaimana lagi. Mungkin memang belum jodoh. InsyaAllah tahun depan lagi deh yaaa.

Saya juga engga bisa menerima friend request, juga engga bisa menambah teman di akun facebook saya karena sudah penuh:/ Awalnya mau membuat akun baru, tapi engga yakin bakal 'terurus' hehe, semoga semuanya maklum:)

Untuk para emak yang terpilih sebagai unggulan #SrikandiBlogger, saya ikut mendoakan yang terbaik untuk semua. Good Luck!

Weaning With -A LOT of- Love


Setelah dengan resmi menyatakan berhasil menyusui Naya selama 2 tahun penuh dan menyapih tanpa drama, banyak teman yang menanyakan kepada saya mengenai prosesnya. Maaf ya kalau agak-agak telat, yaaah harap dimaklumi fakir-sinyal:p Semoga engga basi:)

Jadi begini, sejak Naya berusia 21 bulan, saya sudah mulai memberikan afirmasi “Nanti kalau kakak Aya sudah umur 2 tahun, sudah ulang tahun, engga nenen lagi ya, kan sudah gede.”

Engga gampang memang, apalagi karena si kecil bawel ini sudah lumayan kritis.

Naya: “Engga usah ulang tahun deh ma, Nenen aja”
-__________________-“

Akhirnya, saya menggunakan cara lain. Karena Naya sedang dalam fase meniru, terutama tokoh kesayangannya seperti Oso, Hellokitty, Mickey Mouse dan Angry Birds, saya bilang saja:
Meta : “Kak, Oso itu udah engga nenen lho. Kici juga engga nenen. Mickey Mouse juga engga nenen. Angry birds juga. Kan sudah gede. Nanti kakak Aya kalau sudah gede juga engga nenen lagi yaa.”

Saya sering mengulang supaya ini tertanam di benak Naya.
Meta: “Kak, Kici itu nenen engga?”
Naya: “Engga.”
Meta: “Kalau Oso?”
Naya: “Engga nenen.”
Meta: “Mickey Mouse?”
Naya: “Juga engga nenen.”
Meta: “Pinter yaa. Kalau kakak Aya?”
Naya: *teriakkeras* NENEN DONG!

-_____________________-“

Makanya saya pikir akan susah sekali menyapih Naya. Saya engga ingin menyapih Naya dengan membohonginya. Misalnya memakai lipstick di PD, atau seperti salah satu teman saya, mengoleskan kunyit di PDnya. Engga ah. Saya yakin Naya cukup pintar untuk mengerti.Lama kelamaan saya yang agak-agak engga ikhlas menyapih Naya sampai memutuskan untuk tidak ‘memaksakan’ menyapih Naya saat berumur 2 tahun. Terserah Naya deh mau nenen sampai umur berapa.
Rupanya niatan saya itu tidak berjalan sempurna karenaaaaa… tugas rumah sakit:/

2 bulan sebelum tiba waktunya saya menyapih Naya, saya ditugaskan di stase paling berat selama PPDS, yaitu stase UGD-ICU-NICU. Setiap hari, saya berangkat subuh dan baru bisa pulang malam hari. Terkadang malah sudah pulang, siap-siap tidur eh ditelpon disuruh kembali lagi ke RS. Tingkat stressornya sangat tinggi. Sampai akhirnya di akhir masa kerja saya tersadarkan, Naya sedikit-sedikit mulai tersapih karena ‘kepepet’. Akhirnya saat berulangtahun yang ke-2, sempurnalah proses weaning with lovenya:)

Engga ada drama sama sekali, sungguh di luar perkiraan saya si drama queen:p
 Sampai sekarang, saya yang agak plin plan ini masih sering menawarkan Naya menyusu.
Tapi jawaban Naya sungguh membuat saya patah hati.
Meta: "Kak, nenen yuk!"
Naya: "Engga ah. Kakak Aya kan udah gede. Udah ulang tahun. Udah 2 tahun."

:'(

Walaupun begitu saya bersyukur, Alhamdulillah, niatan saya sejak Naya lahir mulai dari memberikan ASI sampai 2 tahun, MPASI rumahan dan weaning with love sudah selesai. Masih banyak PR saya yang lain, tentunya. Doakan yaa semoga lancar jaya!

Ada Apa di Jember?


Begitu mengetahui saya akan ditugaskan di RSUD Balung sebulan, saya si well-organized dan well-planned (Beda tipiiiis sama OCD;p) langsung mencari-cari informasi apa saja yang bisa saya kunjungi di Jember. Kalau di Balung sih saya sudah mendengar dari teman-teman lain  memang tidak ada apa-apa.

Jember sendiri sebenarnya pernah menjadi kota administratif, namun karena tahun 2001 istilah tersebut dihapus, maka kembali lagilah menjadi kabupaten Jember.

Banyak obyek wisata yang dapat dikunjungi seperti the famous pantai Papuma, Taman Nasional Meru Betiri, Kawasan Rembangan –semacam Tretes katanya sih-, Pantai Watu Ulo dan masih banyak lagi. Lalu, mana yang pernah saya kunjungi? Nihil:p

Bukannya apa-apa, minggu pertama saya di Jember, kawasan ini sempat dihebohkan dengan adanya angin puting beliung. Eh saya merasakan sendiri juga lho. Kala itu saya sedang menyetir di jalan utama Jember. Ih seraaaaam, anginnya besaaaar, hujannya deras, sampai-sampai jarak penglihatan hanya kurang lebih 50 cm ke depan. Saya waktu itu langsung parker di pinggir jalan dan merasakan mobil bergoyang-goyang ditiup angin. Ada beberapa mobil yang tertimpa pohon tumbang, bahkan menurut berita ada yang meninggal dunia. Nah gegara itu, saya pikir-pikir dulu deh kalau mau ke obyek wisata. Apalagi kata seorang teman, pantai Papuma sering ditutup saat musim begini untuk mencegah kecelakaan. Jember hampir setiap hari diguyur hujan, saya bawa Naya, dan jarak obyek wisata tersebut dari Jember cukup jauh juga.

Jadi?
Yaaaah, namanya juga #anakmallunited!
Yang saya kunjungi ya engga jauh-jauh dari pusat perbelanjaan hahahaha.

Hampir setiap weekend, kami check in di hotel Istana Jember. Hotel ini berbintang tiga, lokasinya strategis sekali menurut saya. Ratenya beragam, sekitar Rp. 300.000-1.500.000,00. Memang tidak ada kolam renang atau fitness centre, fasilitasnya sangat standar, namun cukup buat kami. Kamarnya lumayan besar dan nyaman, hanya saja kami cukup terganggu dengan bunyi dak-duk-dak-duk dari renovasi hotel. Selain itu, sepertinya tidak ada peredam suara yang cukup sehingga terkadang kami bisa mendengarkan orang berlalu-lalang dan obrolan mereka di depan kamar. Breakfast-nya standar, namun lumayanlah. Kamar mandinya cukup lega, dengan fasilitas air panas. Selain itu, saya beberapa kali memesan layanan room service. Makanannya enak-enak lho! Dan yang penting, sangat terjangkau. Saya memesan nasi goreng Jawa, ada satenya, sosis dan telur ceplok, harganya ‘hanya’ Rp. 17.000,00 saja. Coba di hotel selain di Jember, minimal Rp 50.000,00 deh.

Seperti yang saya bilang, hotel ini strategis sekali. Hanya beberapa ratus meter dari alun-alun pusat kota Jember. Biasanya, kami naik becak setiap minggu pagi ke alun-alun. Disana ramaaaaaaai sekali. Karena car free day, semua orang Jember sepertinya ada disana. Ada yang lari pagi, olahraga, menjajakan makanan, bermain-main di playground sampai pacaran:p

Naya sempat saya bawa ke alun-alun, tapi karena ramai, rewel dan akhirnya segera pulang:p

Hotel Istana ini juga dekat sekali dengan Matahari. Tinggal jalan kaki 5 menit, sampai deh. Untuk yang ada keperluan di Jember, saya rekomendasikan banget hotel Istana ini:D

Kembali ke soal jalan-jalan. Selain Matahari, saya juga sering membawa Naya ke Golden Market. Disini ada CFC, supermarket, dan pusat perbelanjaan baju, DI lantai atas ada playground tempat Naya sering bermain. Tempatnya lumayan juga. Saya lebih suka Golden Market sih dibanding Matahari:D

Pakai topi yang dibeli di Golden Market. 20 ribuan sajah! *smile*
Ada lagi Roxy Jember. Bangunan satu lantai ini tempatnya belanja baju. Harganya murah-murah. Saya menemukan celana panjang yang enak sekali dipakai, harganya ‘hanya’ Rp. 40.000,00 saja. Woohoooo, borong!:p ART dan nanny saya pun senang sekali berbelanja di Nico Dept. Store ini karena banyak pilihan dan murah meriah. Sayangnya cuma satu, SPGnya jutek-jutek. Bukan bermaksud menggeneralisasi, tapi entah kebetulan apa engga, saya kebagian dijutekin terus. Padahal saya cuma bertanya "Mbak, saya mau beli ini. Pakai nota apa langsung ke kasir ya?". Dengan jutek dijawab "Itu kan celana. Ya tanya ke mbak-mbak di bagian celana, bukan saya."
Lah mana gue tau situ bagian apa? Kali kedua pun saya dijutekin juga. Ya saya coba maklum saja sih, memang pembelinya banyaaaak sekali. Mungkin mbaknya lagi PMS:p

Oh ya, ada satu hal yang selama ini membuat saya bertanya-tanya. Untuk seorang magazine-mania, saya terbingung-bingung karena susaaaaaaah sekali menemukan tukang jual majalah di Jember. Serius lho! Toko buku terlengkap di Jember, Gramedia menyediakan majalah memang. Tapi terbatas sekali, dan yang saya perhatikan hanya majalah terbitan Gramedia saja seperti Bobo, Sekar, Nakita. Yang lain? Engga ada!

Saya sampai me-mention akun @infojember di twitter hanya untuk menanyakan dimana tukang jual majalah yang cukup lengkap. Jawabannya? Hampir semua bilang di Gramedia. Ada juga yang bilang di depan PD Slamet. PD Slamet ini konon toko serba ada yang eksis dari jaman baheula. Di depannya, ada orang yang membuka lapak Koran/majalah. Saking penasarannya, saya sempatkan juga datang kesini. Lumayan lho, koleksinya beragam. Sayang sekali majalah yang saya cari –Ayahbunda, Femina dan Cita Cinta- engga ada:@
Ya sudahlah, saya menyerah. Semoga majalah-majalah keluaran Femina Group segera ada versi digitalnya di Scoop deh supaya saya engga kebingungan kalau dinas di luar kota Surabaya.

Overall, Jember adalah kota kecil yang menarik. Sampai sekarang pun saya masih belum menemukan makanan khasnya (apa sih?:p) tapi saya senang punya pengalaman keliling Jember sampai blusukan di pasar tradisionalnya:D

Friday, April 19, 2013

Ocehan Naya

Menginjak usia 2 tahun, saya sering sekali merasa kewalahan menanggapi ocehan atau pertanyaan Naya. Simple sih pertanyaannya, tapi terkadang saya bingung juga bagaimana harus menjawabnya.

Contohnya saja pagi ini.
Meta : "Kak, mama ke rumah sakit dulu ya!"
Naya: "Ngapain lagi ma?"
Meta : "Ngelihat adik-adik bayi yang sakit kak."
Naya: "Emang mamanya adik-adik bayi itu kemana? Kenapa harus mama Aya yang lihat?"

Saya langsung merasa #JLEB! Saya tahu kok, itu salah satu bentuk protes Naya karena saya tidak bisa menemaninya terus. Tapi bingung juga bagaimana cara menerangkan yang bisa dia mengerti ya?:p

Lain kesempatan,
Meta : "Kakak aya nanti kalo gede mau jadi dokter kaya mama papa ya?"
Naya : "Engga ah. Mau jadi tukang bubung ayam aja. Punya bubung ayam enak banyaaaaak sekali."
:)))

Pernah juga,
Naya : "Ma, kakak Aya jangan dibilang bau pes-pes (pesing, Red) lagi dong, Kakak Aya kan udah gede. Udah engga ngompol. Engga (pake) pempes. Engga (pake) dot. Sudah sekoyah, kelas 1 SD di beibysmay. Udah engga nenen.
Meta: *takjub* "Ohhh udah gede ya?"
Naya: "iya, kan KAKAK Aya. Bukan ADIK Aya."

Oh iya, pernah ya, saya yang setiap malam rajin ngedongeng buat Naya malas.= mikir mau cerita tentang apa.
Meta : "Kakak aya ah yang sekarang ceritain mama."
Naya: "Dulu, ada beluang namanya Pooh. Pooh engga mau mandi. Nangis-nangis. Teman Pooh, Piget sama Tiger engga mau main sama Pooh. Pooh bau ketek, Akhirnya Pooh mau mandi. Selesai,"

Meskipun ceritanya sederhana banget,  saya sukses lho mbrebes mili. Terharu banget, anak bayi saya sudah gede dan pintar:')

I Love You, kakak Ayaaaaaa:*

Dari Balung


Saya ingat benar, hari pertama di Balung, Naya rewel bukan kepalang. Bukan hanya merengek minta pulang, Naya juga engga mau mandi, engga mau main, engga mau keluar kamar. Saya sih mahfum, namanya juga lingkungan baru yang engga pernah dikenal sebelumnya yaa. Berkali-kali pula Naya bilang “Ngangeng papa. Pulang ke kamar Aya.” Atau “Kakak Aya mau sekolah di Beibismay –babysmile-“

Saya ngenes banget mendengarnya dan sudah berencana memulangkan Naya langsung ke Surabaya hari itu juga. Namun niatan saya itu dibatalkan oleh suami dan mama karena mereka yakin Naya cuma butuh waktu lebih untuk adaptasi saja.

Hari saya diawali dengan visite pasien anak. Saya lumayan terkejut lho, ternyata banyak juga pasien di RS ini. Waktu itu ada 25 bayi di ruangan perinatology, sekitar 10 pasien di ruang anak, dan 1 pasien di ruang VIP. Sakitnya beragam, kebanyakan sih diare dan observasi febris karena dengue atau infeksi lain.
Hari pertama ini juga diawali dengan 6 operasi SC. Banyak juga kan? Pasien yang datang ke poli pun engga kalah banyak dengan di Surabaya. Tapi saya senang sekali, karena menambah pengalaman praktek,
Jujur, hari pertama ini saya cukup kebingungan di Balung. Untuk seseorang yang di Surabaya tinggal buka pagar saja sudah sampai di Galaxy mall, berada di tempat yang jauh dari mana-mana –apalagi mall:p- sungguh membuat kami mati gaya.

Karena benar-benar mati gaya, di hari pertama ini juga saya langsung mengunjungi Jember setelah jam kerja usai:p
Tujuan yang pertama adalah Matahari Dept. Store yang konon adalah pusat perbelanjaan terkenal di Jember.

Saya yang engga tahu arah, mencoba meraba-raba saja selama perjalanan. Bolak/I bertanya kepada orang di pinggir jalan, entah karena saya yang kurang bisa berbahasa Jawa atau bagaimana, jatuhnya selalu saja nyasar:p

Matahari Dept. Store di kota Jember ini menyambung dengan pusat perbelanjaan bernama Johar Plaza –kalau salah maaf ya:p-, cukup ramai dan terdiri atas 3 lantai. Supermarket Food Mart di lantai 1, dan sisanya Matahari. Puas melihat-lihat, saya kembali ke Balung dan melewati Gramedia. Saya menyempatkan diri membeli beberapa buku untuk mengisi waktu juga buku gambar untuk Naya. Gramedianya tidak begitu besar, terdiri atas 2 lantai. Koleksi bukunya lumayanlah walaupun tentu tidak selengkap di Surabaya. Namun koleksi majalahnya buat saya yang magazine-mania ini sangat kurang. Saya juga tidak menemukan tukang majalah selama di Jember. Jadi bingung juga, memangnya orang-orang Jember ini kalau beli majalah dimana ya?

Anyway, setelah kembali ke Balung, saya berpikir  untuk ‘menitipkan’ Naya di salah satu sekolah. Yah daripada nganggur, kan lebih baik mengisi waktu dengan sekolah. Setelah survey, saya mendapatkan beberapa nama sekolah. Namun sayang sekali dari sekian banyak itu, tidak ada yang bisa menerima titipan murid dari luar. Huhuhu Naya sedih banget lho waktu tahu kalau dia tidak bisa sekolah. “Kakak Aya mau sekolah tapi engga bisa. Kasian kakak Aya ya ma!” Saya mendengarnya antara ingin tertawa dan ikut sedih deh jadinya:p

Happy Naya
Setelah beberapa hari, Alhamdulillah Naya sudah mulai bisa beradaptasi. Sudah engga minta pulang melulu- kecuali kalau ingat papa-, engga rewel, dan yang paling penting, mau makan segala macam! Hahahaha.

Buat saya, ada hikmahnya juga saya ditugaskan di Balung. Selama disini, otomatis saya 24 jam bersama Naya. Senang sekali! Kalau di Surabaya ketemunya sebentar-sebentar, kalau disini non-stop! Alhamdulillah:)

Sugeng Rawuh di Balung


Sudah beberapa hari ini saya ditugaskan di RS Balung, Jember. Rumah sakit ini jaraknya kurang lebih 30 km dari kota Jember.

Pertama kali mengetahui saya ditugaskan ke sini untuk satu bulan, saya galau luar biasa. Saya engga pernah berpisah dengan Naya lebih dari 2x24 jam. Engga pernah. Saya yakin, kalau saya dinas sebulan berjauhan sama Naya, pasti emaknya Naya ini yang lebih cengeng dari anaknya:p

Daripada bekerja tanpa gairah dan ingat Naya terus, akhirnya Naya saya ajak dengan nannynya untuk menemani saat saya bertugas. Eh di last minutes, ART saya pun bilang ingin ikut kami pergi karena engga berani di rumah sendirian-_-“
Jadilah saya berangkat boyongan ke Jember.

Jauh-jauh hari sebelumnya, saya sudah rajin bilang ke Naya bahwa kita akan pergi sementara ke Balung. Waktu itu reaksi pertama Naya adalah bertanya “Ada mall-nya ma? Kaya Galaxy?” :) #anakmallunited

Setelah jauh hari sebelumnya sibuk packing, saya mengajak Naya naik kereta api ke Jember. Tepatnya stasiun Rambipuji. Kereta api yang tersedia adalah Mutiara Timur malam yang berangkat sekitar pukul 21.30 dan tiba di stasiun Rambipuji pukul 01.30. Keretanya sendiri saya pilih kelas eksekutif demi kenyamanan. Harga tiketnya Rp. 80.000,00/seat namun untuk anak kecil hanya membayar 10%nya.  AC-nya lumayan dingin, gerbong keretanya pun cukup bersih. Sayangnya, selama perjalanan Naya engga bisa tidur karena bolak/I tukang menjajakan makanan/minuman/bantal/selimut/entah apalagi datang mondar/i. Ini agak mengecewakan sih buat saya. Harus ya 5 menit sekali ditawari makanan, minuman, oleh-oleh, bantal tambahan, selimut tambahan? Secara ini tengah malem gituh lhoooo. Bukan waktunya orang makan/minum, tapi tidur.

Tampang super excited.

Keretanya SIIIIP ma!
Naya sendiri awalnya excited sekali karena akan naik "Thomas". Sebelumnya, Naya sudah rajin bernyanyi "Naik kereta apiiii..." pokoknya senang banget! Tapi lama-lama karena engga bisa tidur itu-thx to bapak-bapak kursi sebelah yang ngoroknya masyaAllah ngalahin suara lenguhan kudanil-, jadilah cranky.

Sesampainya di Rambipuji (saya bela-belain engga merem karena takut stasiunnya terlewat. Menurut teman saya, keretanya berhenti sebentar saja saat di Rambipuji.) kami dijemput oleh pihak rumah sakit dan diantarkan ke mess. Mobil pribadi saya sudah sampai sebelumnya diantarkan supir:)
Saya memang sengaja membawa mobil pribadi karena anjuran teman-teman supaya bisa dengan mudah bepergian ke Jember.

Balung sendiri adalah suatu kecamatan kecil yang menurut saya relatif sepi. Jangankan mall, satu-satunya ‘hiburan’ saya disana adalah Indomaret yang letaknya lumayan dekat dari RS. Bahkan saluran televisi yang tertangkap hanyalah Jtv Jember, tv lokal. Terkadang kalau sedang beruntung, ada sih Trans Tv atau Indosiar, namun dengan gambar yang kalau dipaksakan menonton pasti merusak mata dan tidak ada suaranya:/

Menurut teman-teman saya yang sudah dinas disini terlebih dahulu, cuaca Balung panas. Tapi saat saya disini, kebetulan hujan hampir setiap hari mengguyur Balung sehingga rasanya adem sekali. Naya sejak disini kerjanya makaaaaaaaan terus hahaha.

Karena saya kurang terbiasa dengan suasana yang jauh dari hingar bingar kota besar, awalnya saya engga betah sama sekali. Asli mati gaya. Tapi lama-kelamaan ya terbiasa juga. Saya sering mengajak Naya keliling-keliling naik becak demi melihat sapi –Naya happy banget ngeliat sapi beneran!- dan lumbung serta orang-orangan sawah. Kalau sedang benar-benar bosan –yang seringkali terjadi- saya langsung menyetir menuju kota Jember. Dibandingkan dengan Surabaya sih yaaa memang jauh, tapi setidaknya ganti suasana deh!

Oh ya, di Balung ini sinyal saya susaaaaaah sekali didapat. Kadang bisa, tapi lebih sering engganya. Jangan ditanya sinyal internet. Makanya, kalau ada yang bertanya-tanya kenapa juga saya jarang update blog GeeR- itu dia jawabannya.
Saya masih sering menulis tapi karena engga ada sinyal, engga bisa langsung upload. Nanti saya upload borongan yaaa..

Rumah Sakit Balung adalah rumah sakit tipe C yang ternyata jauuuuh lebih besar dari apa yang saya bayangkan sebelumnya. Pasien yang datang pun beragam, dan banyak dokter spesialis yang menangani. Mulai bedah, obgyn, saraf, mata, radiologi, ada lho disini!

Nanti saya ceritakan lebih lengkapnya lagi yaaaa:D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...