Monday, July 31, 2017

Susu Untuk Batita

Ngomongin soal makanan dan minuman pada anak memang tak ada habisnya. Setelah MPASI homemade atau pabrikan, BLW atau konvensional, salah satu yang sering membingungkan orangtua  adalah "Susu formula atau UHT ya? Atau engga usah minum susu sama sekali?". Ini terutama terjadi pada mereka yang tidak lagi mendapat ASI setelah berusia 2 tahun.
Sumber: Google, salah satu kampanye susu di USA.

Apalagi beberapa waktu yang lalu ada ribut-ribut di social media yang menyatakan bahwa "Susu TIDAK wajib untuk anak.", lengkap dengan segala penjelasan bahwa enzim susu sapi justru sulit dicerna manusia dan bisa berakibat buruk pada kesehatan. (Entah berdasar bukti ilmiah atau hanya sekadar "katanya").

Berhubung saya mendapat banyak request dari banyak pembaca blog ini, kita bahas satu-satu yuk! Oh ya, saya tidak punya Conflict of Interest dengan pihak mana pun yaa. Semua murni berdasarkan ilmiah:)

Kenapa sih susu baik untuk anak?
1. Kalsium yang terkandung dalam susu jumlahnya tinggi dan mudah diserap tubuh. Tubuh manusia menggunakan kalsium untuk membangun tulang dan gigi yang kuat, proses ini biasanya mulai menurun saat kita dewasa dan kehilangan massa tulang terjadi sejak itu, terutama pada wanita. Jika asupan makanan/minuman seorang anak tidak mencukupi kebutuhan kalsiumnya, maka kelak mereka berisiko tinggi terkena osteoporosis. Jadi akibatnya tidak akan dirasakan sekarang, tapi jauh ke depan saat anak sudah dewasa.

Sunday, July 23, 2017

Imunisasi MR

Bulan Agustus dan September 2017 mendatang, pemerintah akan megadakan kampanye imunisasi campak dan rubella atau disingkat MR (Measles-Rubella). Apa dan bagaimananya bisa disimak di sini yaa..
Sumber: Kemenkes


1. Apa itu imunisasi MR?
Imunisasi MR atau Measles Rubella adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit campak dan rubella.

2. Apa itu penyakit campak?
Campak adalah penyakit infeksi menular lewat saluran napas yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini sangat menular, dan risiko tertinggi tertular adalah mereka yang belum pernah mendapat imunisasi campak dan rubella atau mereka yang belum pernah menderita penyakit ini.

Campak ditandai dengan demam, ruam, batuk, pilek, dan mata merah berair. Campak dapat menyebabkan komplikasi seperti radang paru, radang otak, gizi buruk hingga kematian. (Untuk lebih detailnya bisa dibaca di sini ya)

Saturday, July 22, 2017

Mengapa Berat Anak Sulit Naik?

Menyambung postingan saya sebelumnya nih mengenai Stunting pada Anak, MPASI Homemade vs Pabrikan, serta Baby Led Weaning vs Konvensional, kali ini saya akan membahas satu masalah yang cukup sensitif bagi orangtua. Apalagi kalau bukan soal berat badan? Biasanya sih yang selalu membuat orangtua (terutama emaknya yeee) galau adalah kalau berat anak tak naik-naik, dan berat emak tak turun-turun. Betul tidak buibuuuu? Ngacung yang merasaaa:))

Memang apa sih penyebab berat badan anak sulit naik?

Sebelumnya, saya mau memberi contoh satu kasus dulu ya supaya lebih mudah dimengerti. Karena yang paling banyak digunakan untuk memonitor pertambahan berat anak di Indonesia adalah KMS (Kartu Menuju Sehat), jadi dalam contoh ini saya pakai KMS. Btw kalau tidak punya, bisa di-download gratis kok.

Misalnya nih, ada bayi perempuan bernama Bunga (bukan nama sebenarnya:p) berusia 4 bulan yang berat badannya begini saat diplot di KMS. Sekilas, baik-baik saja ya? Kan engga sampai memotong garis merah? Mufakaaaaat?

Friday, July 21, 2017

Klarifikasi: Stunting pada Anak

Saya menulis postingan ini gegara mendapat banyak respons dari orangtua yang baper setelah membaca tulisan sebelumnya.  Ada yang merasa tersinggung karena merasa saya men-judge orangtua dengan anak kurus atau pendek sebagai orangtua yang abai, tidak memberikan makanan bergizi cukup. Ada lagi yang sampai mengira saya suudzon kepada orangtua tersebut sebagai orangtua yang tidak peduli pada anak. Ada pula yang "menuduh" saya menulis tulisan tadi supaya lebih banyak pasien yang datang ke praktik pribadi saya. (Duh, kok bisa sampai ada yang berpikir begitu ya, heran juga).

Sebetulnya lebih banyak yang merespon positif sih. Hanya segelintir saja merespon seperti yang saya tulis di atas. Tapi, saya jadi merasa tak nyaman hehe.
 
Sejujurnya, saya sendiri tidak menyangka sama sekali kalau tulisan saya akan menjadi viral. Saya mendapat banyak sekali respon setelahnya. Begini ya, saya tidak dalam kapasitas untuk men-judge apalagi menyinggung orangtua yang memiliki anak kurus atau pendek. Percayalah, saya sebagai seorang ibu pun pernah melakukan hal yang sama.

Thursday, July 20, 2017

Baby Led Weaning VS Responsive Feeding

Pernah mendengar istilah Baby Led Weaning alias BLW? Saya yakin kalau istilah ini tak asing untuk para emak, apalagi yang anaknya sudah menjalani masa MPASI. Sejak diperkenalkan sekitar 2008 lalu, BLW memang menjadi salah satu cara pemberian MPASI pada anak yang cukup populer. Apalagi di Indonesia banyak anak selebriti yang menjalani masa MPASI-nya menggunakan BLW.

Apa sih BLW itu? BLW merupakan suatu metode yang diperkenalkan oleh Gill Rapley dan Tracey Murkett dengan membiarkan bayi untuk memimpin seluruh proses, menggunakan naluri, dan kemampuan mereka dalam hal menangani makanan. Sederhananya, sejak awal mendapat MPASI, bayi dibiarkan mengeksplorasi makanannya, termasuk memutuskan sendiri seberapa banyak yang akan ia makan. Tidak ada aktivitas suap-menyuap oleh orang tua/pengasuh. Makanan yang diberikan pun tidak berupa bubur/puree tapi langsung dalam bentuk finger food (yang bisa dipegang oleh tangan bayi).

Gampangannya begini deh, kalau pemberian MPASI dengan metode konvensional kan bayi diperkenalkan dengan makanan lunak dulu kemudian perlahan-lahan teksturnya dinaikkan tingkat kekasarannya. Pada BLW, bayi diberikan potongan makanan lunak dalam bentuk dan ukuran yang dapat ia pegang sendiri (misalnya wortel kukus atau brokoli kukus). Sementara itu, jika pada metode konvensional bayi disuapi dan didampingi oleh orangtua, pada BLW, bayi dipersilakan mengeksplorasi makanannya sendiri. Bayi sendirilah yang menentukan mulai berapa banyak yang ia makan sampai berapa lama waktu makannya.

Wednesday, July 19, 2017

MPASI: Homemade atau Pabrikan?

Salah satu issue di dunia emak-emak yang tak kunjung padam -dikata api:p- adalah masalah MPASI. Sepanjang saya menjadi dokter, salah satu masa dimana emak-emak kompak galau berjamaah adalah saat anaknya memulai masa MPASI. Saya juga kok:p

Beberapa waktu sebelum masa MPASI mulai deh mencari-cari informasi. Mau dikasih makan apa ya? Lalu gegara Googling, malah tambah galau. Yasalaaam, ada yang bilang harus diberi sayur dululah, ada yang karbo dululah, ada yang buah dulu. Belum hilang bingungnya, eh ada lagi yang namanya Baby-Led-Weaning-lah, Responsive Feeding-lah. Ada pula yang bilang MPASI homemade lebih baik daripada MPASI pabrikan. Terus yang benar yang mana? Harus pilih yang mana?

Betul tidak?:p

Kali ini, saya akan memfokuskan menulis postingan mengenai MPASI homemade dan pabrikan yaa. Sisanya nanti saya bahas di postingan selanjutnya. Oh ya, saya tidak punya Conflict of Interest dengan pihak manapun, semua yang saya tulis murni berdasarkan Evidence Based atau ilmiah. Beberapa tahun lalu saat Naya mulai MPASI, saya pun melakukan beberapa kesalahan (yang baru saya ketahui sekarang setelah mendalami ilmu nutrisi pada anak). Saya menulis ini karena ingin sharing pada banyak ibu yang saya yakin sama galaunya dengan saya waktu anak memulai masa MPASI. Alasan itu pulalah yang membuat saya menulis Mommyclopedia.

Tahu tidak sih kenapa saat ini direkomendasikan anak mendapat MPASI sejak usia 6 bulan? Salah satu jawabannya adalah karena pada usia 6 bulan tersebutlah, saluran cerna anak mulai siap. Tapi ada juga alasan lainnya.


Tuesday, July 18, 2017

Stunting pada Anak


Akhir-akhir ini, saya sering merasa gemas melihat semakin banyak anak yang mengalami gizi kurang, bahkan gizi buruk. Kalau beberapa waktu lalu anak dengan gizi kurang atau gizi buruk kebanyakan diderita mereka dari kalangan menengah ke bawah, sekarang yang dari kalangan menengah ke atas pun banyak lho! Tapi yang lebih banyak lagi saat ini adalah anak yang stunting atau pendek.
Sumber: Google

Yang membuat saya lebih “gemas” lagi adalah “pembenaran” yang sering kali terdengar dari orangtuanya.

“Ya maklumlah dok, anak ini aktifnya bukan main. Lari ke sana, lompat ke sini, tak ada diamnya. Wajar kalau badannya jadi terlihat langsing”

“Habis bapak ibunya juga kecil begini dok, yaa gimana dong hehe”

Monday, July 17, 2017

Luka Lebam pada Anak

Beberapa waktu lalu saya mendapat pertanyaan dari Mommies Daily terkait postingan yang sedang viral di social media mengenai pasien anak yang datang dengan luka lebam di area mata. Sudah merah kehitaman, terasa lembut, bengkak dan berwarna hitam. Ibu pasien tadi langsung memberikan Thrombophop begitu anak terbentur. Benarkah ini?
 
Sumber: Google
1.   Ketika anak luka lebam akibat terbentur, apa yang sebenarnya terjadi pada area yang terbentur itu? 
Luka lebam sebenarnya adalah bercak kebiruan atau berwarna ungu yang muncul di kulit saat pembuluh darah kapiler pecah. Darah dari kapiler ini bocor ke jaringan lunak di bawah kulit yang menyebabkan perubahan warna. 

Friday, July 14, 2017

Congenital Rubella Syndrome


Pernah dengar Congenital Rubella Syndrome atau Sindrom Rubela Kongenital? Kemarin saya sempat diwawancara oleh Detik Health mengenai ini. Saya share sekalian yaa. Semoga berguna:)

1. Apa itu definisi Congenital Rubella Syndrome? Apa bedanya dengan rubella biasa?

Congenital Rubella Syndrome atau Sindrom rubela kongenital (SRK) adalah suatu kumpulan gejala penyakit yang terdiri atas katarak, penyakit jantung bawaan, gangguan pendengaran, dan keterlambatan perkembangan, termasuk keterlambatan bicara dan disabilitas intelektual.

SRK disebabkan infeksi virus rubela pada janin selama masa kehamilan akibat ibu tidak mempunyai kekebalan terhadap virus rubela.

Infeksi rubella yang sering disebut dengan German Measles atau campak Jerman sendiri adalah infeksi yang disebabkan virus Rubella. Gejala yang ada adalah demam serta ruam pada kulit.

Wednesday, July 12, 2017

Naya Berlibur

Sejak pertama kalinya berkunjung ke Kidzania, entah sudah berapa puluh kali Naya meminta kami kembali ke sana. Rupanya, pengalaman Naya selama berada di sana sungguh sangat berkesan untuknya. Karena itulah, saya dan suami menjanjikan akan mengajak Naya ke sana lagi saat liburan naik kelas ke kelas 2.

Liburan naik kelas tahun ini bertepatan dengan libur panjang lebaran. Kebetulan sekali, tahun ini saya kebagian tugas jaga kandang sehingga tidak dapat pergi ke mana-mana. Serius lho, selama libur panjang itu, di kala yang lain sedang bersantai-santai, saya tetap datang ke rumah sakit untuk visite. Berhubung ART maupun pengasuh Naya sedang mudik, jadilah setiap hari pula Naya saya ajak berkeliling rumah sakit.

Setelah saya masuk seperti biasa, Naya tetiba mengingatkan saya "Lho, terus kapan kakak ke Kidzania-nya? Kan minggu depan kakak sudah kelas 2?". Saya langsung mengambil cuti 2 hari. Tujuan utamanya sih untuk berlebaran dengan mama. Maklum, saya belum sempat sungkem leba
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...