Hari lebaran pertama, kami sekeluarga bersiap sejak subuh utuk shalat Ied di mesjid dekat rumah. Suami agak bingung karena tidak seperti di Surabaya, shalat Ied di mesjid agung Bandung lelaki dan wanita boleh digabung.
Setelah shalat Ied, kami bersalaman dan bermaaf-maafan, kemudian makaaaaan!:D
Mama saya memasak sop buntut dan sambal ati kentang, sementara saya menyumbang rendang. Menyumbang, bukan memasak:p Saya memesan rendang langganan yang menjadi menu unggulan di rumah haha. Bahkan suami saya yang engga suka rendang pun jadi ketagihan lho! Naya sih engga perlu ditanya ya:p Kalau mau memesan rendang Unisyam yang enak banget ini, bisa lihat instagram @ratufitri. Enaaaaak!
Acara selanjutnya setelah makan-makan adalah nyekar atau berziarah ke makam ayah saya. Pemakaman Sirnaraga penuuuuuh sesak, sepertinya semua orang pun punya acara yang sama dengan keluarga kami:D
Setelah itu, kami pergi ke Punclut, daerah atas utara Cimbuleuit untuk makan siang. Buset dah, makaaaan melulu ya acaranya:p
Di Punclut, kami menyantap makanan khas Sunda di saung bambu. Duh suasananya mantap benar:p
Setelah dari Punclut, saya, mama dan Naya pergi ke salah satu departement store untuk membeli otoped. Jadi ceritanya, mama saya sudah lama menjanjikan Naya otoped sebagai hadiah lebaran. Karena ditagih terus menerus oleh anak gadis, pergilah kami membeli mainan baru Naya. Saya berharap sekali Naya suka dan mau bermain otoped.
Naya memilih sendiri otoped dan helmet berwarna biru bergambar Mickey Mouse. Tapi walaupun excited, sepertinya lagi-lagi engga bertahan lama nih. Soalnya, baru dipakai 2 hari, sekarang sudah teronggok di pojokan rumah-_____-"
Keesokan harinya, saya dan mama mengawali hari dengan berkunjung ke mal untuk membelikan keponakan saya sejumlah baju baru. Lalu, saya, suami dan Naya berjalan-jalan mengelilingi kota Bandung. Suami "nyangkut" cukup lama di Eiger Store. Dia excited berat melihat perlengkapan backpacking yang super komplit. Hari kedua lebaran ini lalu lintas Bandung mulai macet. Penuh dimana-mana. Kami pergi ke Trans Studio Mall, hanya untuk kembali lagi karena engga kebagian tempat parkir. Karena anak gadis mulai kelaparan, kami ke Atmosphere untuk makan. Good place, good ambience and good foods:)
Overall, 5 hari di Bandung benar-benar menyenangkan untuk kami bertiga. Saya, suami dan Naya menjadi semakin dekat. Saya juga senang sekali bisa berlebaran bersama mama dan keluarga kakak saya. It was the best Eid Mubarak since years! Semoga tahun depan bisa berjumpa Ramadhan lagi, bisa berlebaran bersama lagi, amiiiiiiin!
Wednesday, July 30, 2014
Kakak Aya Pulang Kampung Part 2
Masih dalam rangkaian acara #mudik lebaran, hari ke-2 kami
di Bandung diawali dengan kunjungan ke De'Ranch Lembang. Karena sehari
sebelumnya saat ke Kampung Gajah jalan bisa dibilang kosong, kami pede banget
kalau kali ini pun begitu. Rupanya justru sebaliknya saudara-saudara.
Maceeeeet, hiks! Di De'Ranch-nya pun banyak sekali pengunjung, sejujurnya saya
hampir tidak bisa menikmati:(
Tiket masuk yang harus dibayar Rp. 8.000,00/orang. Cuaca
hari itu cukup cerah, dengan udara dingin. Cocok untuk bermain deh! Di De'Ranch
ini, ada beberapa wahana permainan seperti horse riding, balon air, sepeda,
memanah sampai membuat kue. Naya hanya meminta naik kuda dan membuat kue. Biaya
yang dikeluarkan untuk setiap permainan sekitar Rp. 20.000,00-Rp. 35.000,00.
Saat menghias kue, kita juga bisa membawa pulang kue dan sertifikat. Lucu ya?:D
Saat melihat-lihat permainan lain, rupanya Naya tertarik
bermain balon air. Saya sendiri ragu apakah Naya berani atau tidak karena
melihat pengunjung lain yang bermain di balon air rata-rata anak yang lebih
besar, antara 8-10 tahun. Tapi Naya bolak/i meminta. Saya tanyakan pada petugas
yang berjaga, bolehkan anak berusia 3 tahun seperti Naya ikut bermain,
menurutnya boleh asal berani.
Jadilah Naya saya daftarkan bermain balon air. Saat masuk ke
dalam balon dan udara mulai ditiupkan, Naya senang sekali dan tertawa-tawa.
Lalu begitu sudah dilemparkan ke dalam air, Naya mulai ketakutan dan
#kemudianmewek :)))) Rugi bener dah, bayar Rp. 20.000 hanya untuk sekian detik.
Hahaha tapi saya bangga Naya sudah berani mau mencoba:D
Di De'Ranch, banyak juga jajanan yang dijual, kebanyakan
mengingatkan saya pada masa kecil. Misalnya es goyang, gulali, dll. Namun saya
tidak tahu apakah rasanya oke atau tidak karena saya berpuasa:p Kata Naya sih,
enak banget:p
Karena pengunjung De'Ranch sudah terlalu ramai, kami
memutuskan pulang dan menuju Floating Market. Tempat ini konon lagi happening
berat. Menawarkan pemandangan alam yang luar biasa, dan ada kawasan khusus
penjual makanan yang ada di dalam kapal, jadi suasananya benar-benar macam
floating market. Untuk membeli jajanan di sini, kita harus membeli koin
terlebih dahulu. Lagi-lagi, karena pengunjung terlalu ramai, daripada asma saya
kambuh, kami hanya sebentar di tempat ini dan langsung pulang:D
Sampai di rumah, karena gempor, Naya langsung tidur. Saya
sendiri awalnya berniat mau membantu mama menyiapkan hidangan lebaran. Tapi apa
mau dikata, gegara ngelonin anak gadis, saya pun ikut bablaaaaas sampai
pagi:)))
Bagaimana kisah lebaran keluarga kami? Tunggu di postingan
selanjutnya ya!:D
Tuesday, July 29, 2014
Idul Fitri 1435H
Kami sekeluarga mengucapkan 'Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir batin. Selamat berkumpul dengan keluarga merayakan lebaran:)'
Sunday, July 27, 2014
Kakak Aya Pulang Kampung Part 1
Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, setelah sekian
lama akhirnya tahun ini Alhamdulillah saya bisa mudik juga untuk berlebaran di
Bandung. Yaaaayyy!
Dari jauh hari sebelumnya, saya sudah survey kiri kanan
untuk menyusun acara selama kami di Bandung. Deg-degan juga sih, karena saya
tidak bisa memprediksi apakah di saat libur lebaran seperti sekarang tempat
wisata yang ingin dikunjungi padat atau tidak. Malas juga kan ya kalau ramai
sekali, malah nantinya jadi engga menikmati.
Hari Jumat pagi, saya dan suami masih harus ke rumah sakit
dulu. Naya sudah bingung engga karuan terkait kelincinya.
N: "Mama, kalau kita pulang kampung, Clovel gimana?
Nanti siapa yang kasih makan? Mama belikan Clovel tiket pesawat juga dong biar
Clovel mudik juga."
M: "Engga bisa kak, di pesawat engga boleh bawa
kelinci."
N: "Engga apa-apa ma. Nanti bial Clovel kakak pangku.
Nanti kakak yang minta ijin paknya bial boleh."
M: "Engga boleh kak. Nanti bisa-bisa kita engga jadi
mudik lho."
N: *mewek*--> Super susssssaaaah deh punya anak super
sensih!
Untunglah ribut-ribut soal kelinci engga bertahan lama,
karena diselamatkan yangti yang datang untuk menjemput si Clover. Naya tenang,
kami senang:D
Sepulang dari rumah sakit, kami semua langsung ke bandara.
Naya senaaaang sekali, tak hentinya menyanyi dan bertanya di jalan.
"Mama, kenapa pesawat sayapnya diem aja bisa telbang?
Kok kalau bulung halus gelak-gelak sayapnya? Tapi kok helikoptel sayapnya halus
mutel-mutel?"
"Papa, kenapa sun itu kalau digambal ada galis-galis di
kelilingnya? Kok kalau moon engga ada? Kan sama-sama ada sinalnya?"
"Mama, kenapa semua olang Islam halus lebalan? Emang
kalau engga lebalan kenapa?"
dan seterusnya, dan seterusnya...
Kami sampai di bandara 1,5 jam sebelum boarding sehingga
masih sempat bersantai dulu dan makan siang. (Kebetulan saya sedang engga
puasa). Bandara saat itu terhitung belum begitu ramai, mungkin karena masih
hari kerja terakhir yaa. Di pesawat pun Naya senang sekali, bertanya tak ada
habisnya.
Kakak Aya pulang kampung |
Alhamdulillah penerbangan berjalan cukup lancar. Kami tiba
di Bandung sesuai waktu perkiraan. Sampai di rumah, kami berkangen-kangenan
dengan keluarga. Ada anggota baru di keluarga kami, keponakan saya. Lucuuuu
banget! Huks, jadi pengin punya bayi lagi #eh #kode :))))
Masih pantes kan ya gendong bayi? #kode |
Hari pertama ini, kami habiskan dengan mengunjungi rumah
makan Rasa. Rumah makan ini sudah berdiri sejak jaman dahulu kala dan mempunyai
nilai nostalgia tersendiri buat saya. Es krim homemadenya tak ada tandingan
deh! Naya senang sekali karena diperbolehkan makan es krim. Dia memesan
ballerina ice cream yang langsung dihabiskan. Tandas.
Keesokan harinya, kami pergi ke Jonas Banda untuk berfoto
keluarga. Tema yang disiapkan adalah hitam putih. Saya sudah lamaaaaa banget
engga punya foto dengan mama dan kakak, jadilah semangat sekali saat diajak
berfoto:D
Karena tergoda saat melihat-lihat contoh foto lain yang
lucu-lucu, akhirnya saya juga memesan paket foto keluarga untuk berfoto dengan
suami dan Naya. Hasilnya lucu-lucu lho! Nanti saya upload kalau sudah selesai
yaaa. Pemotretan berjalan cukup cepat karena semua banci foto:))) Naya sih
jangan ditanya ya, foto belum dimulai, eh dia sudah pose duluan:))))
Sepulang dari Jonas, kami bertiga melanjutkan petualangan ke
Kampung Gajah Wonderland. Lokasi tempat rekreasi ini terletak di Bandung Utara,
tidak begitu jauh dari rumah saya. Sepanjang perjalanan, Naya tertidur. Kurang
lebih 45 menit (karena macet), kami sampai juga di Kampung Gajah.
Naya semangat sekali melihat permainan-permainan yang ada di
sini. Saya was-was karena cuaca terlihat mendung dan mulai ada tetesan air
hujan. Kasihan juga kan ya kalau Naya engga jadi main karena hujan? Eh tanpa
disuruh, Naya langsung berdoa kepada Allah memohon tidak hujan. Saya kaget
juga:)))
Alhamdulillah, hujan tidak menunjukkan tanda-tanda kembali
turun.
Untuk bermain di Kampung Gajah, kita bisa membeli tiket
terusan seharga Rp. 150.000,00 (Weekdays) atau Rp. 200.000,00 (Weekend). Saya
memutuskan untuk tidak membeli tiket terusan karena merasa banyak permainan
yang belum bisa dicoba Naya. Ternyata keputusan saya tepaaaat sekali
saudara-saudara:D Seharian bermain, kalau saya hitung-hitung total damage cost
untuk kami bertiga tidak sampai Rp. 250.000,00.
Bayangkan kalau kami membeli terusan untuk bertiga jadi Rp. 600.000,00.
Jauh kan:D #emakirit
Walaupun mendung, Bandung tidak hujan siang itu sehingga pas
rasanya untuk bermain. Mungkin karena masih bulan puasa, Kampung Gajah tidak
ramai sama sekali. Kami bisa bermain tanpa mengantri lho! Padahal kata
orang-orang, biasanya kalau weekend Kampung Gajah itu ramai minta ampun.
Kami mencoba berbagai macam permainan, sepuasnya deh.
Setelah puas -dan gempor (emaknya)-, kami pulang ke rumah. Wah jalanan mulai macet, stress banget lihatnya. Tapi tetap saja Alhamdulillah senang sekali:)
DI rumah, kami berbuka puasa bersama (Syukurlah saya sudah puasa lagi), nikmat banget. Semoga bisa terulang tahun depan ya:')
Nantikan kembali kisah kakak Aya pulang kampung part selanjutnya:D
Thursday, July 24, 2014
Pediatric 2010
Lima tahun yang lalu, kami bertemu untuk pertama kalinya. Latar belakang kami berbeda jauh. Ada yang dari Aceh, ada yang dari Papua. Ada yang fresh baru saja lulus kuliah, ada yang sudah berbelas tahun meninggalkan kuliah. Ada yang sudah menjabat sebagai kepala Puskesmas bertahun-tahun, ada yang bahkan belum pernah bekerja. Ada yang sudah berkeluarga dan beranak tiga, ada yang belum menikah. Ada yang terbiasa hidup di kota besar, ada yang datang dari desa. Ada yang terbiasa dan lancar berurusan dengan laptop dan segala softwarenya, ada yang baru saja belajar.
Lima tahun yang lalu, kami datang ke tempat ini dengan satu tujuan dan harapan, menjadi dokter spesialis anak yang baik.
Selama lima tahun, kami berjuang bersama, melewati hari-hari penuh keringat, darah dan air mata. Semakin lama, kami semakin mengenal karakter masing-masing. Ada yang keibuan, mengayomi semua temannya layaknya seorang ibu pertiwi. Ada yang lugu, polos dan tegas. Ada juga yang cuek bebek. Ada yang super sensitif, ada yang tidak sensitif sama sekali:))) Lengkap.
Pertengkaran di antara kami sudah menjadi hal biasa. Urusan pasien di rumah sakit atau pekerjaan rumah sakit lain yang membuat kami "under pressure" menjadikan kami mudah sekali terpancing emosi. Sakit hati, ngambek, sampai sandal terbang menghiasi kisah kami:)))) Tapi Alhamdulillah, justru pertengkaran-pertengkaran itu yang membuat kami semakin kuat. What doesnt kill you makes you stronger, right?:D
Segala masalah yang terjadi pada masing-masing dari kami selama lima tahun ini terlewati dengan dukungan, doa, bantuan, perhatian dari semua. Bukan hanya masalah di rumah sakit, tapi segalanya. Masalah kesehatan, masalah rumah tangga sampai masalah keluarga.
Kami bukan lagi hanya sekadar teman sejawat, kolega atau sahabat. Kami adalah keluarga, Keluarga besar yang saling memaklumi perbedaan karakter, status dan latar belakang masing-masing. Keluarga besar yang selalu siap membantu. Keluarga yang selalu siap saling mengingatkan saat anggotanya salah, yang selalu ada.
We may not have it all together. But together, we have it all:)
Lima tahun yang lalu, kami datang ke tempat ini dengan satu tujuan dan harapan, menjadi dokter spesialis anak yang baik.
Selama lima tahun, kami berjuang bersama, melewati hari-hari penuh keringat, darah dan air mata. Semakin lama, kami semakin mengenal karakter masing-masing. Ada yang keibuan, mengayomi semua temannya layaknya seorang ibu pertiwi. Ada yang lugu, polos dan tegas. Ada juga yang cuek bebek. Ada yang super sensitif, ada yang tidak sensitif sama sekali:))) Lengkap.
Pertengkaran di antara kami sudah menjadi hal biasa. Urusan pasien di rumah sakit atau pekerjaan rumah sakit lain yang membuat kami "under pressure" menjadikan kami mudah sekali terpancing emosi. Sakit hati, ngambek, sampai sandal terbang menghiasi kisah kami:)))) Tapi Alhamdulillah, justru pertengkaran-pertengkaran itu yang membuat kami semakin kuat. What doesnt kill you makes you stronger, right?:D
Segala masalah yang terjadi pada masing-masing dari kami selama lima tahun ini terlewati dengan dukungan, doa, bantuan, perhatian dari semua. Bukan hanya masalah di rumah sakit, tapi segalanya. Masalah kesehatan, masalah rumah tangga sampai masalah keluarga.
Kami bukan lagi hanya sekadar teman sejawat, kolega atau sahabat. Kami adalah keluarga, Keluarga besar yang saling memaklumi perbedaan karakter, status dan latar belakang masing-masing. Keluarga besar yang selalu siap membantu. Keluarga yang selalu siap saling mengingatkan saat anggotanya salah, yang selalu ada.
We may not have it all together. But together, we have it all:)
Monday, July 21, 2014
Saat Semua Mudik
Tidak terasa ya sebentar
lagi kita sudah akan merayakan hari lebaran. Pasti banyak yang sudah tidak
sabar mengambil cuti untuk berlebaran di kampung halaman, termasuk saya yang -akhirnyaaaaa, Alhamdulillah yaa-bisa mudik juga tahun ini.
Tapi ada satu hal yang tak
jarang membuat kita pusing tujuh keliling menjelang lebaran. Iyaaa betul! Apalagi kalau bukan waktu ART dan nanny kesayangan mudik ke kampung halamannya. Segala urusan rumah tangga
mulai dari kegiatan memasak, mencuci pakaian, dan membersihkan rumah, menjadi
tanggung jawab kita. Siapa yang tidak pusing? Belum lagi kalau ternyata sang ART dan nanny tidak janji mau kembali lagi setelah lebaran. Stress berlipat-lipat rasanya.
Sesungguhnya ketakutan terbesar seorang ibu adalah saat ART dan nanny pulang kampung waktu lebaran:p Bingung juga bagaimana mengurus rumah dengan efektif dan efisien, karena saya juga harus tetap bertugas di rumah sakit.
Syukurlah setelah browsing ke sana ke mari, saya menemukan banyak situs di Internet yang berisi panduan dan juga
tips untuk segala jenis kegiatan rumah tangga. Seperti Bersih Bersih, yang berisi
kumpulan artikel tentang kegiatan
rumah tangga mulai dari membersihkan rumah hingga mengurus hewan peliharaan. Tips membersihkan rumahnya lumayan banget lho untuk menghemat waktu!
Nah kalau untuk urusan
membersihkan rumah selama pembantu pulang kampung, satu cara untuk meringankan
tugas kita adalah dengan mengajak anak turut membantu.Saya juga berencana mengerahkan Naya membantu selama ART mudik:D
Kuncinya adalah komunikasi.
Ajak anak kita ngobrol dan minta tolong kepada mereka untuk membantu menjaga
rumah tetap rapi.
Awalnya kita bisa mulai dengan
meminta mereka langsung membereskan mainan-mainan yang digunakan untuk bermain.
Jangan lupa kalau anak kita masih kecil,
hindari pemberian instruksi yang umum seperti “bereskan mainanmu” tapi
sebaiknya lebih spesifik misalnya “kembalikan mainan boneka ke lemari dan
mainan lego ke dalam kotak.”
Jangan lupa anak-anak tetap
anak-anak jadi kalau ada kalanya mereka mengeluh malas atau ada mainan yang
terlewat oleh mereka pada saat bersih-bersih jangan langsung memarahinya. Hal
yang dapat kita lakukan adalah menyiasatinya dengan menyalakan musik
kesukaannya lalu menemaninya beres-beres sambil bersenandung dan bernyanyi
bersama.Harus bersabar deh!
Selain itu, tentu saja tugas
bersih-bersih yang kita berikan ke anak perlu disesuaikan dengan usia . Untuk anak seusia Naya sih, menurut saya tugas yang diberikan cukup mengembalikan mainan atau
barang yang mereka pakai.
Tapi untuk anak yang sudah
lebih besar maka kita sudah bisa memberikan tanggung jawab yang lebih besar. Misalnya, membuang sampah setiap minggunya atau tugas menyapu dapur
atau ruang tamu.
Saya berencana rutin meminta Naya terlibat dalam kegiatan bersih-bersih agar membiasakan Naya memiliki tanggungjawab, membiasakan Naya berdisiplin dan secara tidak langsung mengajarkan Naya berempati pada orang lain. Naya perlu mengerti kalau rumah bersih itu bukanlah hasil simsalabim tapi berkat peran serta semua anggota keluarga.
Nah satu hal lagi yang
penting adalah jangan lupa memberikan penghargaan kepada anak kita
seusai bersih-bersih. Penghargaan disini tidak harus berupa hadiah, tetapi bisa sekadar ucapan terima kasih atau pelukan:D
Jadi tidak usah pusing lagi
ya kalau ditinggal ART mudik karena ada asisten
cilik yang akan merasa senang sekali bisa bantu-bantu di rumah!
Sunday, July 20, 2014
Iri Hati
Ada yang pernah terpikir kalau tuhan itu engga adil?
Saya pernah. Beberapa tahun lalu, saya punya seorang teman yang menurut saya sangatlah sempurna. Selain cantik, dia juga pintar, jago menyanyi, tinggal di rumah mewah, kemana-mana diantar sedan keluaran terbaru, dan bolak/i ke luar negeri saat liburan. Coba saja tanya teman-teman saya yang lain, pasti semua ingin menukar hidup masing-masing dengan hidup si Cantik, sebut saja namanya begitu. Termasuk saya.
Saya engga pernah ke luar negeri -waktu itu-, kemana-mana diantar supir angkot:p, menyanyi pun sumbang, cantik juga engga, kok bisa jauh banget yaaa. Sepertinya tuhan menciptakan si Cantik dengan segudang kelebihan tanpa menyisakan sedikit pun buat saya. Melas?:p Itu yang saya rasakan.
Tanpa saya sadari, rasa jealous pada si Cantik ini semakin menjadi-jadi sampai pada akhirnya suatu hari Cantik mengajak saya ngobrol. Dia bilang kalau selama ini iri pada saya. Hah? APAAA? *mulailebay:)))* Engga salah nih? Kok bisa? Apa yang bisa disiriki dari saya?
Menurutnya-menurutnya lhooo!-, saya ini punya banyak teman dimana-mana dan disenangi siapa saja, saya gampang bergaul, pintar bercerita, selalu senyum dan tidak pernah terlihat susah atau sedih. Selain itu, saya punya orangtua yang walaupun sibuk selalu meluangkan waktu untuk saya. Rupanya, di balik kesempurnaannya, Cantik sedang bersedih karena orangtuanya bercerai dan tidak pernah ada untuknya.
Jleb. Saya langsung merasa tertohok lho! Betapa selama ini saya sudah "menuduh" tuhan tidak adil, tidak memberikan saya kelebihan, padahal sesungguhnya kalau saja saya mau bersyukur, tuhan sudah menganugerahkan saya banyaaaaaaaaaaaak sekali. Alhamdulillah, saya diberi orangtua yang begitu menyayangi saya, Alhamdulillah saya diberi kesehatan, Alhamdulillah saya masih diberi kesempatan untuk selalu senyum, Alhamdulillah.
Saya baru menyadari. Mungkin benar juga quote yang bilang "Jealousy is when you count someone elses blessings' instead of your own". Bukannya bersyukur atas segala nikmat yang saya punya, saya malah lebih berfokus pada nikmat orang lain. Bukannya melihat kelebihan diri, saya malah lebih memperhatikan kelebihan orang lain tanpa melihat kekurangannya.
Pada akhirnya, saya yakin Allah memang Maha Adil dan Maha Mengetahui. Iri hati boleh saja, selama dimanfaatkan untuk memacu diri berusaha lebih baik lagi. Tapi kalau sampai membutakan mata hati dan mempertanyakan keadilan Allah sih engga baiklah ya:D
Sesungguhnya, Allah Maha Adil:)
Saya pernah. Beberapa tahun lalu, saya punya seorang teman yang menurut saya sangatlah sempurna. Selain cantik, dia juga pintar, jago menyanyi, tinggal di rumah mewah, kemana-mana diantar sedan keluaran terbaru, dan bolak/i ke luar negeri saat liburan. Coba saja tanya teman-teman saya yang lain, pasti semua ingin menukar hidup masing-masing dengan hidup si Cantik, sebut saja namanya begitu. Termasuk saya.
Saya engga pernah ke luar negeri -waktu itu-, kemana-mana diantar supir angkot:p, menyanyi pun sumbang, cantik juga engga, kok bisa jauh banget yaaa. Sepertinya tuhan menciptakan si Cantik dengan segudang kelebihan tanpa menyisakan sedikit pun buat saya. Melas?:p Itu yang saya rasakan.
Tanpa saya sadari, rasa jealous pada si Cantik ini semakin menjadi-jadi sampai pada akhirnya suatu hari Cantik mengajak saya ngobrol. Dia bilang kalau selama ini iri pada saya. Hah? APAAA? *mulailebay:)))* Engga salah nih? Kok bisa? Apa yang bisa disiriki dari saya?
Menurutnya-menurutnya lhooo!-, saya ini punya banyak teman dimana-mana dan disenangi siapa saja, saya gampang bergaul, pintar bercerita, selalu senyum dan tidak pernah terlihat susah atau sedih. Selain itu, saya punya orangtua yang walaupun sibuk selalu meluangkan waktu untuk saya. Rupanya, di balik kesempurnaannya, Cantik sedang bersedih karena orangtuanya bercerai dan tidak pernah ada untuknya.
Jleb. Saya langsung merasa tertohok lho! Betapa selama ini saya sudah "menuduh" tuhan tidak adil, tidak memberikan saya kelebihan, padahal sesungguhnya kalau saja saya mau bersyukur, tuhan sudah menganugerahkan saya banyaaaaaaaaaaaak sekali. Alhamdulillah, saya diberi orangtua yang begitu menyayangi saya, Alhamdulillah saya diberi kesehatan, Alhamdulillah saya masih diberi kesempatan untuk selalu senyum, Alhamdulillah.
Saya baru menyadari. Mungkin benar juga quote yang bilang "Jealousy is when you count someone elses blessings' instead of your own". Bukannya bersyukur atas segala nikmat yang saya punya, saya malah lebih berfokus pada nikmat orang lain. Bukannya melihat kelebihan diri, saya malah lebih memperhatikan kelebihan orang lain tanpa melihat kekurangannya.
Pada akhirnya, saya yakin Allah memang Maha Adil dan Maha Mengetahui. Iri hati boleh saja, selama dimanfaatkan untuk memacu diri berusaha lebih baik lagi. Tapi kalau sampai membutakan mata hati dan mempertanyakan keadilan Allah sih engga baiklah ya:D
Sesungguhnya, Allah Maha Adil:)
Saturday, July 19, 2014
Mengajar(k) Anak Berdoa
Sebaiknya sejak kapankah kita mengajarkan anak berdoa?
Menurut saya pribadi, tidak ada istilah terlalu dini atau terlalu awal untuk mengenalkan anak pada Penciptanya. Sejak hamil muda, saya selalu membiasakan diri mengajak bayi di kandungan untuk ikut berdoa setiap saat. Walaupun belum terbentuk sempurna, saya yakin Naya di dalam perut ikut mendengar doa saya. Dengan begitu saya berharap semoga Naya menjadi anak yang terbiasa untuk berdoa.
Setelah lahir pun, Naya sudah saya biasakan secara konsisten untuk berdoa bersama. Misalnya saja ketika dia mau menyusu, saya biasakan untuk membaca Bismillah dan doa singkat seperti "Ya Allah, Alhamdulillah Naya masih bisa mimik susu mama. Semoga bisa bikin Naya sehat dan pintar, amin!". Saat mau atau baru bangun tidur, saya kembali mengajak Naya berdoa. "Ya Allah, Alhamdulillah Naya masih bisa bangun pagi ini dalam keadaan sehat, lindungilah Naya selalu, Amin." Demikian seterusnya.
Saya juga mengajarkan Naya doa-doa bahasa Arab serta hapalan surat pendek dalam Al-Quran sejak kecil. Setiap bangun tidur, mau makan misalnya, saya akan membaca doa keras-keras dan perlahan agar Naya bisa mendengar. Tanpa harus saya ajarkan dengan khusus, ternyata Naya tetiba bisa hapal doa-doa dan hapalan surat pendek yang sering saya ucapkan tadi setelah berusia 2 tahun. Saya kaget juga lho waktu itu. Kok ujug-ujug Naya hapal doa ini-itu dan surat ini-itu? Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, mungkin saja kan Naya menghapal sejak dulu saat saya mulai membacakan doa atau hapalan surat pendek padanya? Otak anak kecil gampang sekali untuk menghapal bukan?:D
Ada masanya Naya protes, terutama saat saya ajarkan hapalan surat pendek yang menurutnya sulit.
Naya: "Mama, Allah itu memangnya cuma bisa ngelti bahasa Alab?"
Meta: "Ya engga dong, Allah kan Maha Pintar, bisa segala bahasa kak."
Naya: "Telus kenapa kita beldoa halus bahasa Alab? Memang engga boleh bahasa Indonesia atau Ingglis?"
Meta: "Boleh kok. Kalau kakak mau berdoa pakai bahasa kakak sendiri juga boleh."
Tapi begitu melihat saya atau bapaknya membaca hapalan surat atau doa dalam bahasa Arab, Naya juga tertarik ingin bisa:D
Naya mulai tertarik melihat saya sholat sejak usia 8 bulan dan ingin ikut sholat seperti saya. Walaupun pertamanya Naya lebih banyak "menganggu" karena malah asyik memainkan mukena saya sampai ngompol di sajadah, tetapi lama kelamaan, Naya mulai bisa serius mengikuti gerakan-gerakan sholat saya.
Saat ini, Naya sudah teratur shalat 5 waktu, bahkan terkadang mengingatkan saya untuk menyegerakan sholat tiap mendengar adzan. Alhamdulillah:)
Pada saat saya sedang tidak sholat pun, Naya yang biasanya ngomel-ngomel dan menyuruh saya sholat. "Mama, engga boleh malas sholat. Harus sholat. Nanti Allah engga senang kalau mama engga sholat."-____-"
Dulu, saya masih engga bisa menemukan cara menjelaskan Naya kenapa saya sedang tidak boleh sholat. Jadilah demi konsistensi mengajarkan sholat teratur pada Naya, saya ikut sholat juga walaupun tidak berniat. Setelah umur 3 tahun baru-baru ini, saya jelaskan pada Naya kalau perempuan dewasa memang ada libur sholatnya dalam sebulan. Untungnya dia mengerti. Saat saya "libur" sholat, Naya mengajak pengasuhnya atau bapaknya sholat bersama.
Walaupun begitu, namanya masih anak-anak ya, terkadang Naya pun malas-malasan shalat. Alasannya, "Kakak lagi libul sholatnya ma. Memang kalau pelempuan itu ada libulnya."
Iyaaa, dia menirukan penjelasan saya saat sedang tidak sholat:)))
Saya tidak pernah memaksakan Naya karena memang Naya masih sangat muda. Yang penting Naya mengerti bahwa sebagai seseorang yang beragama, ibadah baik doa maupun sholat penting maknanya.
Beberapa tips mengajarkan anak berdoa ala saya:
1. Sedini mungkin, biasakan berdoa kapanpun dimanapun, dalam kondisi apapun. Saat Naya merasa takut, saya mengajaknya berdoa. Saat Naya merasa gembira, saya biasakan mengajaknya berdoa untuk bersyukur. Saat Naya sedih, saya juga mengajaknya berdoa. Lama-lama, Naya pun menjadi terbiasa sedikit-sedikit berdoa.
2. Rutin dan konsisten. Saya ingin beribadah menjadi "kebiasaan" hidup yang selalu dilakukan:D
3. Ajarkan perlahan dan bertahap. Saya mengajarkan surat pendek seperti An-Naas, Al-Ikhlas dulu pada Naya sebelum Al-Faatihah.
4. Children see, children do. Sesungguhnya cara paling mudah mengajari anak beribadah adalah dengan memberikan contoh:)
Menurut saya pribadi, tidak ada istilah terlalu dini atau terlalu awal untuk mengenalkan anak pada Penciptanya. Sejak hamil muda, saya selalu membiasakan diri mengajak bayi di kandungan untuk ikut berdoa setiap saat. Walaupun belum terbentuk sempurna, saya yakin Naya di dalam perut ikut mendengar doa saya. Dengan begitu saya berharap semoga Naya menjadi anak yang terbiasa untuk berdoa.
Setelah lahir pun, Naya sudah saya biasakan secara konsisten untuk berdoa bersama. Misalnya saja ketika dia mau menyusu, saya biasakan untuk membaca Bismillah dan doa singkat seperti "Ya Allah, Alhamdulillah Naya masih bisa mimik susu mama. Semoga bisa bikin Naya sehat dan pintar, amin!". Saat mau atau baru bangun tidur, saya kembali mengajak Naya berdoa. "Ya Allah, Alhamdulillah Naya masih bisa bangun pagi ini dalam keadaan sehat, lindungilah Naya selalu, Amin." Demikian seterusnya.
Saya juga mengajarkan Naya doa-doa bahasa Arab serta hapalan surat pendek dalam Al-Quran sejak kecil. Setiap bangun tidur, mau makan misalnya, saya akan membaca doa keras-keras dan perlahan agar Naya bisa mendengar. Tanpa harus saya ajarkan dengan khusus, ternyata Naya tetiba bisa hapal doa-doa dan hapalan surat pendek yang sering saya ucapkan tadi setelah berusia 2 tahun. Saya kaget juga lho waktu itu. Kok ujug-ujug Naya hapal doa ini-itu dan surat ini-itu? Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, mungkin saja kan Naya menghapal sejak dulu saat saya mulai membacakan doa atau hapalan surat pendek padanya? Otak anak kecil gampang sekali untuk menghapal bukan?:D
Ada masanya Naya protes, terutama saat saya ajarkan hapalan surat pendek yang menurutnya sulit.
Naya: "Mama, Allah itu memangnya cuma bisa ngelti bahasa Alab?"
Meta: "Ya engga dong, Allah kan Maha Pintar, bisa segala bahasa kak."
Naya: "Telus kenapa kita beldoa halus bahasa Alab? Memang engga boleh bahasa Indonesia atau Ingglis?"
Meta: "Boleh kok. Kalau kakak mau berdoa pakai bahasa kakak sendiri juga boleh."
Tapi begitu melihat saya atau bapaknya membaca hapalan surat atau doa dalam bahasa Arab, Naya juga tertarik ingin bisa:D
Naya mulai tertarik melihat saya sholat sejak usia 8 bulan dan ingin ikut sholat seperti saya. Walaupun pertamanya Naya lebih banyak "menganggu" karena malah asyik memainkan mukena saya sampai ngompol di sajadah, tetapi lama kelamaan, Naya mulai bisa serius mengikuti gerakan-gerakan sholat saya.
Saat ini, Naya sudah teratur shalat 5 waktu, bahkan terkadang mengingatkan saya untuk menyegerakan sholat tiap mendengar adzan. Alhamdulillah:)
Pada saat saya sedang tidak sholat pun, Naya yang biasanya ngomel-ngomel dan menyuruh saya sholat. "Mama, engga boleh malas sholat. Harus sholat. Nanti Allah engga senang kalau mama engga sholat."-____-"
Dulu, saya masih engga bisa menemukan cara menjelaskan Naya kenapa saya sedang tidak boleh sholat. Jadilah demi konsistensi mengajarkan sholat teratur pada Naya, saya ikut sholat juga walaupun tidak berniat. Setelah umur 3 tahun baru-baru ini, saya jelaskan pada Naya kalau perempuan dewasa memang ada libur sholatnya dalam sebulan. Untungnya dia mengerti. Saat saya "libur" sholat, Naya mengajak pengasuhnya atau bapaknya sholat bersama.
Walaupun begitu, namanya masih anak-anak ya, terkadang Naya pun malas-malasan shalat. Alasannya, "Kakak lagi libul sholatnya ma. Memang kalau pelempuan itu ada libulnya."
Iyaaa, dia menirukan penjelasan saya saat sedang tidak sholat:)))
Saya tidak pernah memaksakan Naya karena memang Naya masih sangat muda. Yang penting Naya mengerti bahwa sebagai seseorang yang beragama, ibadah baik doa maupun sholat penting maknanya.
Beberapa tips mengajarkan anak berdoa ala saya:
1. Sedini mungkin, biasakan berdoa kapanpun dimanapun, dalam kondisi apapun. Saat Naya merasa takut, saya mengajaknya berdoa. Saat Naya merasa gembira, saya biasakan mengajaknya berdoa untuk bersyukur. Saat Naya sedih, saya juga mengajaknya berdoa. Lama-lama, Naya pun menjadi terbiasa sedikit-sedikit berdoa.
2. Rutin dan konsisten. Saya ingin beribadah menjadi "kebiasaan" hidup yang selalu dilakukan:D
3. Ajarkan perlahan dan bertahap. Saya mengajarkan surat pendek seperti An-Naas, Al-Ikhlas dulu pada Naya sebelum Al-Faatihah.
4. Children see, children do. Sesungguhnya cara paling mudah mengajari anak beribadah adalah dengan memberikan contoh:)
Tuesday, July 15, 2014
Sudah Sewindu
Sudah hampir sewindu -macam lagunya Tulus:p- saya tidak pernah berlebaran di kampung halaman. Iyaaa, sewindu. Kesibukan yang tidak mengenal liburlah yang membuat situasi seperti ini. Beberapa kali lebaran persis di hari-H saya malah sedang dinas di rumah sakit. Anak sakit kan tidak kenal libur ya?
"Emang ada pasien pas lebaran?"
Eh, jangan salaaaah. Karena semua dokter, klinik dan rumah sakit kecil tidak melakukan pelayanan saat hari raya, rumah sakit terbesarlah yang jadi jujugan orang-orang sakit. Jadi jawabannya bukan sekadar ada, tapi banyak:D
Tahun ini, saya berniat ingin sekali berlebaran dengan mama dan kakak saya. Rasanya rindu benar merasakan lebaran dengan mereka. Dari jauhhhhh hari -akhir tahun tepatnya. Iye emang saya lebay:p-, saya sudah mulai mengincar tiket pesawat Surabaya-Bandung dan merencanakan perjalanan mudik. Karena kebetulan saat itu sedang ada promo, saya langsung kalap membeli 3 tiket untuk saya, suami dan Naya. Saya sudah memperhitungkan jadwal jaga saya dan suami yang -menurut saya- seharusnya sudah jauuuuh berkurang. Jadilah saya sudah gembar/o pada mama kalau akan berlebaran di rumah. Mama menyambut dengan sangat gembira. Mama sudah menyiapkan sprei bergambar Tweety untuk Naya -tahu kan saya ketularan lebay dari mana:p-, membelikan kastengel kesukaan saya, bahkan membelikan Naya otopet untuk dimainkan di Bandung.
Baru seminggu yang lalu saya menerima jadwal jaga untuk bulan ini. Jreeeeeng! Sayang seribu sayang, rupanya lebaran tahun ini saya justru kebagian banyak jadwal jaga. Dua kali lipat dibanding biasanya:@ Salah perhitungan:))))
Lalu bagaimana? Tiket yang dibeli tidak bisa ditukar atau diganti tanggalnya karena promo.Suami pun terlanjur mengurus ijin dari rumah sakit. Saya sempat stress berat lho:)) Bukan karena apa-apa, tapi karena merasa tak tega dengan mama yang begitu bersemangat menyambut anak bungsunya nan kece ini berlebaran di rumah setelah sewindu lamanya. Apalagi setiap menelpon saya, mama mengingatkan ini-itu untuk berlebaran bersama. Contohnya, rencana untuk foto keluarga, rencana untuk bersilahturahmi bersama ke Jakarta dll. Manalah tegaaaaa sayaaaaa:@
Mau tukar jadwal jaga dengan teman pun rasanya tak mungkin. Memang teman yang lain tidak berlebaran juga? Saya pasraaaaah deh, cuma bisa berdoa:D
Alhamdulillaaaaah, Allah Maha Besar dan Maha Mendengar. Hari dimana saya memutuskan untuk pergi ke Bandung sampai pulang dari Bandung rupanya bebas jaga. Allahuakbar! Walaupun cuma beberapa hari, tapi terasa mewah sekali buat saya. Ada konsekuensinya sih, jadwal jaga saya sebelum mudik mepet banget, bisa 3 hari sekali:)))) -Makanya jarang bisa update blog---> alasan-:p
Ya sudahlah yaaa, yang penting mudiiiik! Yayyyy!
Doakan lancar yaaaa<3 data-blogger-escaped-p="">
"Emang ada pasien pas lebaran?"
Eh, jangan salaaaah. Karena semua dokter, klinik dan rumah sakit kecil tidak melakukan pelayanan saat hari raya, rumah sakit terbesarlah yang jadi jujugan orang-orang sakit. Jadi jawabannya bukan sekadar ada, tapi banyak:D
Tahun ini, saya berniat ingin sekali berlebaran dengan mama dan kakak saya. Rasanya rindu benar merasakan lebaran dengan mereka. Dari jauhhhhh hari -akhir tahun tepatnya. Iye emang saya lebay:p-, saya sudah mulai mengincar tiket pesawat Surabaya-Bandung dan merencanakan perjalanan mudik. Karena kebetulan saat itu sedang ada promo, saya langsung kalap membeli 3 tiket untuk saya, suami dan Naya. Saya sudah memperhitungkan jadwal jaga saya dan suami yang -menurut saya- seharusnya sudah jauuuuh berkurang. Jadilah saya sudah gembar/o pada mama kalau akan berlebaran di rumah. Mama menyambut dengan sangat gembira. Mama sudah menyiapkan sprei bergambar Tweety untuk Naya -tahu kan saya ketularan lebay dari mana:p-, membelikan kastengel kesukaan saya, bahkan membelikan Naya otopet untuk dimainkan di Bandung.
Baru seminggu yang lalu saya menerima jadwal jaga untuk bulan ini. Jreeeeeng! Sayang seribu sayang, rupanya lebaran tahun ini saya justru kebagian banyak jadwal jaga. Dua kali lipat dibanding biasanya:@ Salah perhitungan:))))
Lalu bagaimana? Tiket yang dibeli tidak bisa ditukar atau diganti tanggalnya karena promo.Suami pun terlanjur mengurus ijin dari rumah sakit. Saya sempat stress berat lho:)) Bukan karena apa-apa, tapi karena merasa tak tega dengan mama yang begitu bersemangat menyambut anak bungsunya nan kece ini berlebaran di rumah setelah sewindu lamanya. Apalagi setiap menelpon saya, mama mengingatkan ini-itu untuk berlebaran bersama. Contohnya, rencana untuk foto keluarga, rencana untuk bersilahturahmi bersama ke Jakarta dll. Manalah tegaaaaa sayaaaaa:@
Mau tukar jadwal jaga dengan teman pun rasanya tak mungkin. Memang teman yang lain tidak berlebaran juga? Saya pasraaaaah deh, cuma bisa berdoa:D
Alhamdulillaaaaah, Allah Maha Besar dan Maha Mendengar. Hari dimana saya memutuskan untuk pergi ke Bandung sampai pulang dari Bandung rupanya bebas jaga. Allahuakbar! Walaupun cuma beberapa hari, tapi terasa mewah sekali buat saya. Ada konsekuensinya sih, jadwal jaga saya sebelum mudik mepet banget, bisa 3 hari sekali:)))) -Makanya jarang bisa update blog---> alasan-:p
Ya sudahlah yaaa, yang penting mudiiiik! Yayyyy!
Doakan lancar yaaaa<3 data-blogger-escaped-p="">
Sunday, July 13, 2014
Fun Facts;)
Kalau dulu saya pernah menulis 11 hal tentang diri sendiri, kali ini saya ingin menulis 11 hal tentang Naya.
1. Naya super sensitif.
Maksud sensitif di sini bukan bisa merasakan yang gaib-gaib ya:p Kalau yang itu sih wallahualam.
Naya peka sekali terhadap lingkungan sekitarnya. Berlebihan alias lebay menurut saya! Misalnya saja Naya melihat tetangganya menangis. Bisa-bisa Naya sampai tidak tidur semalaman memikirkan kenapa tetangganya menangis. Sampai sekarang pun setiap Naya mau makan, dia akan bertanya dulu apakah mama, papa, mbak pengasuh sampai ART di rumah sudah makan. Kalau semua sudah makan, baru deh Naya mau makan.
Mau belanja bulanan tapi tidak tahu apa saja yang habis di rumah? Tanya Naya saja. Pasti dia hapal. "Mama, telul habis, kentang habis, sabunnya mbak Siti juga habis, minyak goleng, bawang melah, bawang putih tinggal sedikit, supelpel juga tinggal dikit." Macam emak-emak ya?:p Waktu saya tanya kok Naya bisa hapal begitu? Jawabnya "Iya, halus ma. Kasihan papa engga bisa makan telul kalau habis. -Bapaknya memang pecinta telur- Mbak Siti engga bisa mandi kalau sabunnya habis, dll dll dll." So sweet ya?:')
Saya juga selalu menahan diri untuk tidak ngobrol masalah pasien di rumah sakit dengan suami di rumah, setidaknya tidak di depan Naya. Bukan apa-apa, karena Naya akan bersedih hati dan memikirkan pasien saya tadi -yang bahkan engga pernah ketemu Naya!-,lalu bolak/i bertanya, "Mama, pasien mama yang kejang kemalin gimana? Sudah sembuh? Sudah bangun?" dan percaya atau tidak, moodnya pun jadi berubah tergantung keadaan pasien tadi. Kasihan juga melihatnya memikirkan keadaan pasien saya.
Terlepas dari sisi positifnya, ada juga negatifnya dari ke-oversensitivitas-an Naya. Naya gampang sekali merasa "sakit hati" dan tersinggung. Bagi anak lain mungkin biasa saja, tapi Naya akan mengingat suatu kejadian yang menyinggungnya sampai berbulan-bulan, dan mogok bicara dengan orang yang membuat dia tersinggung. Padahal besar kemungkinan, orang tsb hanya bercanda. Maka dari itu, saya selalu ekstra hati-hati berbicara dengan Naya.
2. Naya punya fokus yang sangat tinggi.
Setiap melakukan sesuatu -apapun-, Naya tidak bisa diganggu gugat. Perhatiannya sangat fokus terhadap hal yang ia kerjakan, sehingga apapun yang terjadi engga bakal bisa mengganggu. Naya juga selalu menyelesaikan semua yang ia kerjakan. Misalnya, bermain congklak/dakon. Saya yang sudah dewasa saja terkadang bosan menunggu sampai biji congklak habis. Tapi Naya sabaaaar sekali menanti sampai permainan selesai. Seandainya saya memintanya memotong permainan untuk mengganti dengan permainan lain, Naya engga bakal mau. Dia bisa lho mengerjakan puzzle berjam-jam. -Sekali lagi- Saya saja yang sudah dewasa malaaaas. Hehe, apa memang saya saja yang pemalas ya:p
3. Naya banyak makan, dan engga pernah pilih-pilih.
Alhamdulillah, tidak menurun dari saya, Naya engga pernah pilih-pilih makanan. Semua yang ada dilahap. Semua jenis makanan diakunya sebagai makanan kesukaan. Mulai buah alpukat, anggur, jeruk, durian, nangka, mangga, pepaya, sayuran brokoli, bayam, kangkung sampai ayam, sapi, udang, ikan semua mau. Sehari Naya bisa makan lebih dari 5x lho! Tapi engga gendut-gendut ya:))) Yang penting sehat ya nak!:)
4. Naya engga suka bermain.
Sejak berusia 2 tahun, Naya benar-benar mogok bermain. Apapun. Boneka, masak-masakan, kasir-kasiran, lego, apa sajalah. Yang dia suka hanya buku dan belajar menulis. Akhir-akhir ini Naya tertarik dengan thinking games -yang sebenarnya untuk anak berusia 6 tahun ke atas- seperti Topple, congklak, Falling Monkeys, dll. Tapi karena lawannya -baca: saya- selalu bisa dikalahkan (bukan sengaja mengalah lho!), rupanya dia bosan dan mogok bermain lagi. Saya masih mencari jenis thinking games lain nih supaya Naya mau bermain. Oh ya, Naya terkadang masih mau bermain di area bermain dimana dia bisa berloncatan trampolin, berayun atau naik kuda. Walaupun engga terlalu lama dan hanya kadang-kadang saja, saya sudah bersyukur sekali. At least, Naya mau.
5. Naya sering meminta namanya diganti.
Naya pintar sekali mengarang nama. Bagus-bagus lho walaupun engga jelas apa artinya. Seingat saya, dia pernah meminta namanya diganti dengan Migiya, Atrisha, Alana, Miru, dan entah apa lagi saking banyaknya:)))
6. Naya punya tanda lahir.
Karena letaknya di wajah, beberapa kali Naya meminta tanda lahirnya dihilangkan. Malu katanya. Untunglah saya punya tanda lahir yang jauhhhh lebih besar di kaki dan bisa dijadikan contoh kalau tanda lahir itu bukan sesuatu yang memalukan. Akhirnya, Naya bangga sekali dengan tanda lahirnya itu.
7. Naya kepo:)))
Mungkin menurun dari saya kalau ini ya:))))) #salamkepo :p
Bukan hanya rajin bertanya mengenai sains yang ada di sekitar, Naya pun engga bisa engga ingin tahu soal apapun yang terjadi. Misalnya saya sedang BBMan lalu senyum-senyum sendiri, Naya pasti langsung merebut smartphone saya untuk melihat apa yang membuat saya senyum sendiri. Begitu pun kalau mendengar saya ngobrol dengan papanya, pasti Naya ikut bertanya. "Si X itu siapa ma? Temen mama di mana? Kampus? Doktel juga? Doktel apa? Punya anak? Namanya siapa? Umul belapa? dst dst" Kepo banget dah!:)))
8. Naya pemalu banget.
Walaupun kalau difoto gayanya numero uno, di rumah pun ngomongnya ga bisa dihentikan, di luar rumah Naya sangat pemalu. Ini sepertinya menurun dari saya #pret :))))
Naya membutuhkan waktu beradaptasi cukup lama dengan lingkungan baru, demikian juga halnya untuk bersosialisasi. Semua akan dia observasi dulu. Kalau menurutnya "orang baru" yang dia amati bisa berinteraksi baik dengannya, baru deh mau mingle. Naya juga engga pede-an, sepertinya karena Naya sangat perfeksionis.
9. Naya perfeksionis. Banget.
Naya seperti "memaksa diri sendiri" untuk selalu menjadi no 1. Ini PR banget nih buat saya-_-". Saking perfeksionisnya, Naya lebih memilih engga mau mencoba hal baru sama sekali lho daripada salah atau kalah.
Pernah suatu hari, Naya meminta ikut lomba mewarna. Tentu saja saya menyambut gembira. Naya bahkan sampai menelpon saya di rumah sakit untuk didoakan.
N: "Mama, kakak mau lomba. Doain yaaa supaya menang."
M: "Kak, engga usah menang juga engga apa-apa, yang penting kakak senang."
N: "Engga mau, maunya menang."
M: "Engga perlu kak. Menang apa engga itu engga penting. Yang penting itu usahanya kakak, dan kakak senang ikutannya,"
N: *diam* "Dadah mama" *tutuptelpon*
Beberapa menit kemudian, pengasuhnya menelepon saya karena Naya menangis minta pulang bahkan sebelum lomba dimulai. Padahal Naya sudah duduk manis di tempat lomba. Di rumah, saya bertanya kenapa Naya menangis dan batal ikut lomba. Jawabnya, "Takut kalah."
Duh, saya langsung sedih seharian mendengarnya. PR buat saya nih, bagaimana mengatur supaya perfeksionisnya Naya bisa diarahkan ke sisi positif.
10. Naya engga bisa diam.
Maksud engga bisa diam di sini adalah baik mulut dan motoriknya. Rumah selalu ramai dengan "kicauan"nya. Kalau sampai tidak ada suara Naya, kami serumah pasti curiga. Jangan-jangan dia lagi ngumpet di tudung saji. Saya pernah panik lho waktu itu, mencari Naya kemana-mana dan tak kunjung ketemu. Untunglah engga berapa lama, terdengar suara unyil nahan tawa:D
Motoriknya pun engga bisa diam. Lompat-lompat, memanjat-manjat, menari balet atau apalah pokoknya bergeraaaak teruuus.
11. Naya bawel.
Sejak bayi pun, kemampuan verbalnya sudah terlihat jelas. Apalagi sekarang, Naya selalu berbicara menggunakan kalimat panjang, terkadang menyertakan kata-kata sulit yang membuat saya terkejut melulu. Misalnya konfirmasi, klarifikasi atau istilah lain yang saya juga tak tahu dari mana datangnya,
Contohnya nih, kemarin saat saya omeli karena dia minta es teh kotak milik saya walaupun cuma sedikit.
M: "Kak, jangan minum es teh punya mama terus. Kalau batuk gimana?"
N: "Mamaaaa, jangan khawatil. Sebetulnya minum es teh itu tidak menyebabkan batuk. Minum dingin juga engga. Yang membuat batuk hanyalah satu hal. "*ini beneran engga saya ubah lho, asli Naya ngomongnya beginih!*.
M: "Satu hal? Apa itu kak?"
N: "Kelupuk ma! Kan mengandung banyak minyak."
M: :))))))
Karena inilah, saya seringkali lupa kalau anak saya ini masih berusia 3 tahun. Saat Naya ikut saya mencoblos pun dia engga mau kalah berkomentar.
N: "Mama, olang2 ini pada mau pilih plesiden Indonesia ya?"
M: "Iya kak."
N: "Kenapa ya kok semua sibuk sekali? Padahal kan sudah jelas yang menang yang nomol 2, pak Jokowi." (Saya shocked banget dengernyaaaa! Engga ada koran atau TV lokal di rumah saya, entahlah dengar darimana si unyil ini).
M: "Ya belum tentu kak. Kan tergantung hari ini."
N: "ENgga kok. Yang menang yang nomol 2 ma, liat aja ntar. Mama pilih no 1 ya? Ya gpp sih, tapi jangan sedih ya kalau kalah."
-______________-"
Demikian beberapa fakta soal Naya. Nanti saya lanjutkan lagi kapan-kapan yaaa:D
Btw, setelah saya baca ulang, ternyata banyak yang mirip dengan ciri anak gifted ya?:D
1. Naya super sensitif.
Maksud sensitif di sini bukan bisa merasakan yang gaib-gaib ya:p Kalau yang itu sih wallahualam.
Naya peka sekali terhadap lingkungan sekitarnya. Berlebihan alias lebay menurut saya! Misalnya saja Naya melihat tetangganya menangis. Bisa-bisa Naya sampai tidak tidur semalaman memikirkan kenapa tetangganya menangis. Sampai sekarang pun setiap Naya mau makan, dia akan bertanya dulu apakah mama, papa, mbak pengasuh sampai ART di rumah sudah makan. Kalau semua sudah makan, baru deh Naya mau makan.
Mau belanja bulanan tapi tidak tahu apa saja yang habis di rumah? Tanya Naya saja. Pasti dia hapal. "Mama, telul habis, kentang habis, sabunnya mbak Siti juga habis, minyak goleng, bawang melah, bawang putih tinggal sedikit, supelpel juga tinggal dikit." Macam emak-emak ya?:p Waktu saya tanya kok Naya bisa hapal begitu? Jawabnya "Iya, halus ma. Kasihan papa engga bisa makan telul kalau habis. -Bapaknya memang pecinta telur- Mbak Siti engga bisa mandi kalau sabunnya habis, dll dll dll." So sweet ya?:')
Saya juga selalu menahan diri untuk tidak ngobrol masalah pasien di rumah sakit dengan suami di rumah, setidaknya tidak di depan Naya. Bukan apa-apa, karena Naya akan bersedih hati dan memikirkan pasien saya tadi -yang bahkan engga pernah ketemu Naya!-,lalu bolak/i bertanya, "Mama, pasien mama yang kejang kemalin gimana? Sudah sembuh? Sudah bangun?" dan percaya atau tidak, moodnya pun jadi berubah tergantung keadaan pasien tadi. Kasihan juga melihatnya memikirkan keadaan pasien saya.
Terlepas dari sisi positifnya, ada juga negatifnya dari ke-oversensitivitas-an Naya. Naya gampang sekali merasa "sakit hati" dan tersinggung. Bagi anak lain mungkin biasa saja, tapi Naya akan mengingat suatu kejadian yang menyinggungnya sampai berbulan-bulan, dan mogok bicara dengan orang yang membuat dia tersinggung. Padahal besar kemungkinan, orang tsb hanya bercanda. Maka dari itu, saya selalu ekstra hati-hati berbicara dengan Naya.
2. Naya punya fokus yang sangat tinggi.
Setiap melakukan sesuatu -apapun-, Naya tidak bisa diganggu gugat. Perhatiannya sangat fokus terhadap hal yang ia kerjakan, sehingga apapun yang terjadi engga bakal bisa mengganggu. Naya juga selalu menyelesaikan semua yang ia kerjakan. Misalnya, bermain congklak/dakon. Saya yang sudah dewasa saja terkadang bosan menunggu sampai biji congklak habis. Tapi Naya sabaaaar sekali menanti sampai permainan selesai. Seandainya saya memintanya memotong permainan untuk mengganti dengan permainan lain, Naya engga bakal mau. Dia bisa lho mengerjakan puzzle berjam-jam. -Sekali lagi- Saya saja yang sudah dewasa malaaaas. Hehe, apa memang saya saja yang pemalas ya:p
3. Naya banyak makan, dan engga pernah pilih-pilih.
Alhamdulillah, tidak menurun dari saya, Naya engga pernah pilih-pilih makanan. Semua yang ada dilahap. Semua jenis makanan diakunya sebagai makanan kesukaan. Mulai buah alpukat, anggur, jeruk, durian, nangka, mangga, pepaya, sayuran brokoli, bayam, kangkung sampai ayam, sapi, udang, ikan semua mau. Sehari Naya bisa makan lebih dari 5x lho! Tapi engga gendut-gendut ya:))) Yang penting sehat ya nak!:)
4. Naya engga suka bermain.
Sejak berusia 2 tahun, Naya benar-benar mogok bermain. Apapun. Boneka, masak-masakan, kasir-kasiran, lego, apa sajalah. Yang dia suka hanya buku dan belajar menulis. Akhir-akhir ini Naya tertarik dengan thinking games -yang sebenarnya untuk anak berusia 6 tahun ke atas- seperti Topple, congklak, Falling Monkeys, dll. Tapi karena lawannya -baca: saya- selalu bisa dikalahkan (bukan sengaja mengalah lho!), rupanya dia bosan dan mogok bermain lagi. Saya masih mencari jenis thinking games lain nih supaya Naya mau bermain. Oh ya, Naya terkadang masih mau bermain di area bermain dimana dia bisa berloncatan trampolin, berayun atau naik kuda. Walaupun engga terlalu lama dan hanya kadang-kadang saja, saya sudah bersyukur sekali. At least, Naya mau.
5. Naya sering meminta namanya diganti.
Naya pintar sekali mengarang nama. Bagus-bagus lho walaupun engga jelas apa artinya. Seingat saya, dia pernah meminta namanya diganti dengan Migiya, Atrisha, Alana, Miru, dan entah apa lagi saking banyaknya:)))
6. Naya punya tanda lahir.
Karena letaknya di wajah, beberapa kali Naya meminta tanda lahirnya dihilangkan. Malu katanya. Untunglah saya punya tanda lahir yang jauhhhh lebih besar di kaki dan bisa dijadikan contoh kalau tanda lahir itu bukan sesuatu yang memalukan. Akhirnya, Naya bangga sekali dengan tanda lahirnya itu.
7. Naya kepo:)))
Mungkin menurun dari saya kalau ini ya:))))) #salamkepo :p
Bukan hanya rajin bertanya mengenai sains yang ada di sekitar, Naya pun engga bisa engga ingin tahu soal apapun yang terjadi. Misalnya saya sedang BBMan lalu senyum-senyum sendiri, Naya pasti langsung merebut smartphone saya untuk melihat apa yang membuat saya senyum sendiri. Begitu pun kalau mendengar saya ngobrol dengan papanya, pasti Naya ikut bertanya. "Si X itu siapa ma? Temen mama di mana? Kampus? Doktel juga? Doktel apa? Punya anak? Namanya siapa? Umul belapa? dst dst" Kepo banget dah!:)))
8. Naya pemalu banget.
Walaupun kalau difoto gayanya numero uno, di rumah pun ngomongnya ga bisa dihentikan, di luar rumah Naya sangat pemalu. Ini sepertinya menurun dari saya #pret :))))
Naya membutuhkan waktu beradaptasi cukup lama dengan lingkungan baru, demikian juga halnya untuk bersosialisasi. Semua akan dia observasi dulu. Kalau menurutnya "orang baru" yang dia amati bisa berinteraksi baik dengannya, baru deh mau mingle. Naya juga engga pede-an, sepertinya karena Naya sangat perfeksionis.
9. Naya perfeksionis. Banget.
Naya seperti "memaksa diri sendiri" untuk selalu menjadi no 1. Ini PR banget nih buat saya-_-". Saking perfeksionisnya, Naya lebih memilih engga mau mencoba hal baru sama sekali lho daripada salah atau kalah.
Pernah suatu hari, Naya meminta ikut lomba mewarna. Tentu saja saya menyambut gembira. Naya bahkan sampai menelpon saya di rumah sakit untuk didoakan.
N: "Mama, kakak mau lomba. Doain yaaa supaya menang."
M: "Kak, engga usah menang juga engga apa-apa, yang penting kakak senang."
N: "Engga mau, maunya menang."
M: "Engga perlu kak. Menang apa engga itu engga penting. Yang penting itu usahanya kakak, dan kakak senang ikutannya,"
N: *diam* "Dadah mama" *tutuptelpon*
Beberapa menit kemudian, pengasuhnya menelepon saya karena Naya menangis minta pulang bahkan sebelum lomba dimulai. Padahal Naya sudah duduk manis di tempat lomba. Di rumah, saya bertanya kenapa Naya menangis dan batal ikut lomba. Jawabnya, "Takut kalah."
Duh, saya langsung sedih seharian mendengarnya. PR buat saya nih, bagaimana mengatur supaya perfeksionisnya Naya bisa diarahkan ke sisi positif.
10. Naya engga bisa diam.
Maksud engga bisa diam di sini adalah baik mulut dan motoriknya. Rumah selalu ramai dengan "kicauan"nya. Kalau sampai tidak ada suara Naya, kami serumah pasti curiga. Jangan-jangan dia lagi ngumpet di tudung saji. Saya pernah panik lho waktu itu, mencari Naya kemana-mana dan tak kunjung ketemu. Untunglah engga berapa lama, terdengar suara unyil nahan tawa:D
Siapalah yang nyangka si unyil ngumpet di sini?-__-" |
11. Naya bawel.
Sejak bayi pun, kemampuan verbalnya sudah terlihat jelas. Apalagi sekarang, Naya selalu berbicara menggunakan kalimat panjang, terkadang menyertakan kata-kata sulit yang membuat saya terkejut melulu. Misalnya konfirmasi, klarifikasi atau istilah lain yang saya juga tak tahu dari mana datangnya,
Contohnya nih, kemarin saat saya omeli karena dia minta es teh kotak milik saya walaupun cuma sedikit.
M: "Kak, jangan minum es teh punya mama terus. Kalau batuk gimana?"
N: "Mamaaaa, jangan khawatil. Sebetulnya minum es teh itu tidak menyebabkan batuk. Minum dingin juga engga. Yang membuat batuk hanyalah satu hal. "*ini beneran engga saya ubah lho, asli Naya ngomongnya beginih!*.
M: "Satu hal? Apa itu kak?"
N: "Kelupuk ma! Kan mengandung banyak minyak."
M: :))))))
Karena inilah, saya seringkali lupa kalau anak saya ini masih berusia 3 tahun. Saat Naya ikut saya mencoblos pun dia engga mau kalah berkomentar.
N: "Mama, olang2 ini pada mau pilih plesiden Indonesia ya?"
M: "Iya kak."
N: "Kenapa ya kok semua sibuk sekali? Padahal kan sudah jelas yang menang yang nomol 2, pak Jokowi." (Saya shocked banget dengernyaaaa! Engga ada koran atau TV lokal di rumah saya, entahlah dengar darimana si unyil ini).
M: "Ya belum tentu kak. Kan tergantung hari ini."
N: "ENgga kok. Yang menang yang nomol 2 ma, liat aja ntar. Mama pilih no 1 ya? Ya gpp sih, tapi jangan sedih ya kalau kalah."
-______________-"
Demikian beberapa fakta soal Naya. Nanti saya lanjutkan lagi kapan-kapan yaaa:D
Btw, setelah saya baca ulang, ternyata banyak yang mirip dengan ciri anak gifted ya?:D
Thursday, July 10, 2014
Guilty Feeling
N: "Mama, semua olang itu halus kelja ya bial dapet uang?"
M: "Iya kak. Mama kerja kan jadi dokter, papa juga."
N: "Kalau keljanya mbak apa? -Babysitter,Red-"
M: "Mbak yang nemenin kakak kalau mama engga ada. Yang nganterin kakak kemana-mana kan?"
N: *tetiba mewek, langsung memeluk saya* "Mama, maaf ya kakak belum kelja jadi engga punya uang buat bayal mama. Nanti kalau kakak sudah besal, kakak kelja yang lajin bial bisa bayal mama, jadi kita bisa sama-sama telus tiap hali."
M: *gantianmewek*
*
N: "Mama, kenapa ke lumah sakit telus? Kakak mau sama mama!"
M: "Mama kan jaga kak. Kasihan nanti anak-anak yang sakit kalau engga ada mama."
N: "Memangnya mamanya anak-anak itu mana? Kenapa harus mama Aya yang jagain? Mama Aya kan mamanya Aya!"
M: "Iya, tapi mama Aya kan dokter. Mamanya yang lain kan bukan."
N: "Ya udah kalau gitu kakak Aya beldoa semoga kakak Aya sakit telus ya!"
M: *meweeeeek* :'(
Percakapan seperti di atas ini adalah salah dua di antara banyak percakapan saya -sebagai ibu bekerja- dengan Naya. Lain kesempatan, pengasuhnya pernah bercerita kalau di tempat kursus musik Naya menangis saat menyanyikan sebuah lagu. Di akhir lagu tersebut, semua anak diminta memeluk mama atau papanya. Naya menangis karena tidak ada mama juga papa yang mengantarkannya ke tempat kursus, sehingga dia tidak bisa memeluk siapa pun.
Sedihkah saya? Tentunya. Saya merasa sedih sekali karena tidak bisa berada di samping Naya 24 jam. Saya merasa sedih tidak bisa menyaksikan perkembangan Naya di kelas musiknya. Saya merasa sedih tidak bisa mengambil raport Naya dan berdiskusi langsung dengan gurunya. Saya merasa sedih tidak bisa mengantarkan Naya mengikuti lomba mewarna. Benar-benar sedih.
Ada kalanya, saya ingin berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya saja. Tetapi, saya merasa menjadi dokter adalah panggilan hati, bukan sekadar pekerjaan atau profesi. Lebih dari itu, menurut saya, dokter adalah amanah dari Allah SWT yang harus dijaga.
DI sisi lain, terus terang saya takut Naya justru menjadi lebih dekat dengan pengasuhnya dibanding saya. Saya takut kelak pengasuhnya adalah orang pertama yang dicari Naya saat sedih atau sakit. Karena itulah, sejak Naya lahir, saya berjanji pada diri sendiri untuk mengatur waktu sedemikian sehingga bisa selalu menghabiskan quality time dengannya. However, for kids LOVE is spelled T-I-M-E:)
Saya memanfaatkan waktu menyusui sebagai bonding time. Sejak bayi, setiap menyusui, saya akan memandang lekat matanya, menceritakan apa saja yang terjadi dengan saya di hari tsb, atau menceritakan dongeng-dongeng lain. Saya ingat betapa excited-nya Naya mendengar semua itu. Kedua matanya berbinar, tangannya menggenggam erat tangan saya dan senyum sesekali muncul di wajahnya.
Saya berusaha membiasakan diri bekerja secara efektif. Saya mengerjakan semua tugas semaksimal mungkin agar tidak perlu membawa pekerjaan rumah sakit ke rumah. Seandainya ada tugas yang belum terselesaikan, saya selesaikan pada saat Naya sudah tidur. Pada saat pulang ke rumah, itulah waktu saya seutuhnya bersama Naya. Kalau mau ngeblog, ya saya kerjakan saat malam setelah Naya tidur. Kalau mau me-time entah sekadar membaca buku atau pijat refleksi, saya lakukan sambil menunggu Naya les. Inilah sebabnya mengapa saya memilih jam siaran subuh. Literally subuh lho! Saya harus berangkat jam 3 pagi untuk siaran mulai jam 4 sampai dengan 7 pagi. Alasannya simply agar kesukaan saya siaran tidak mengganggu waktu saya untuk suami dan Naya, karena jam segitu mereka berdua pastinya masih ngorok:p
Saya juga membiasakan diri menceritakan apapun yang saya alami pada Naya setiap hari. Dengan demikian, Naya tahu apa saja yang saya kerjakan saat tidak bersamanya. Contohnya ya hari ini.
M: "Kak, tadi di rumah sakit ada pasien namanya Bunga. Umurnya sama kayak kakak, 3 tahun. Dia sakit diare. Kasihan sekali, sampai harus diinfus."
N: "Diale itu apa ma?"
M: "Diare itu pup cair gitu kak, sakit perut juga makanya nangis terus."
N: "Telus mama apain?"
M: "Ya diobatin, kak."
N: "Sudah sembuh ma? Kenapa kok Bunga bisa diale?"
M: "Belum. Masih harus bobo di rumah sakit. Mungkin karena kurang bersih, makanya kakak harus rajin cuci tangan."
N: "Iya. Semoga Bunga cepat sembuh ya ma, kasihan di rumah sakit terus engga bisa ke mall." -____-"
Beberapa bonus yang saya dapat adalah menumbuhkan rasa empati pada Naya, plus mengedukasi Naya mengenai kesehatan. Paket lengkap kan:p
Dengan semakin besarnya usia Naya, Alhamdulillah saat ini Naya sudah mengerti benar. Terkadang kalau saya malas-malasan berangkat jaga, justru Naya yang mengingatkan dan menyemangati saya.
"Mama, engga boleh males. Kasihan adik bayi sama anak-anak yang sakit. Ayo belangkat!"
Duh, saya melting banget deh. Tadinya malas-malasan langsung semangat 45:D
Alhamdulillah, saya masih orang pertama yang dicari Naya kalau ada apa-apa. Saya masih jadi orang pertama yang dituju Naya sampai sekarang. (Walaupun sempat juga ngambek beberapa minggu gegara ditinggal dinas luar sebulan ke Soe:))))
Jadi, apakah sebagai ibu bekerja saya merasa bersalah?
Engga. Engga sama sekali, karena walaupun bekerja saya bisa memaksimalkan waktu saya untuk mendidik, merawat dan mengasuh Naya. InshaAllah:)
Saya bangga menjadi ibu bekerja:D
M: "Iya kak. Mama kerja kan jadi dokter, papa juga."
N: "Kalau keljanya mbak apa? -Babysitter,Red-"
M: "Mbak yang nemenin kakak kalau mama engga ada. Yang nganterin kakak kemana-mana kan?"
N: *tetiba mewek, langsung memeluk saya* "Mama, maaf ya kakak belum kelja jadi engga punya uang buat bayal mama. Nanti kalau kakak sudah besal, kakak kelja yang lajin bial bisa bayal mama, jadi kita bisa sama-sama telus tiap hali."
M: *gantianmewek*
*
N: "Mama, kenapa ke lumah sakit telus? Kakak mau sama mama!"
M: "Mama kan jaga kak. Kasihan nanti anak-anak yang sakit kalau engga ada mama."
N: "Memangnya mamanya anak-anak itu mana? Kenapa harus mama Aya yang jagain? Mama Aya kan mamanya Aya!"
M: "Iya, tapi mama Aya kan dokter. Mamanya yang lain kan bukan."
N: "Ya udah kalau gitu kakak Aya beldoa semoga kakak Aya sakit telus ya!"
M: *meweeeeek* :'(
Percakapan seperti di atas ini adalah salah dua di antara banyak percakapan saya -sebagai ibu bekerja- dengan Naya. Lain kesempatan, pengasuhnya pernah bercerita kalau di tempat kursus musik Naya menangis saat menyanyikan sebuah lagu. Di akhir lagu tersebut, semua anak diminta memeluk mama atau papanya. Naya menangis karena tidak ada mama juga papa yang mengantarkannya ke tempat kursus, sehingga dia tidak bisa memeluk siapa pun.
Sedihkah saya? Tentunya. Saya merasa sedih sekali karena tidak bisa berada di samping Naya 24 jam. Saya merasa sedih tidak bisa menyaksikan perkembangan Naya di kelas musiknya. Saya merasa sedih tidak bisa mengambil raport Naya dan berdiskusi langsung dengan gurunya. Saya merasa sedih tidak bisa mengantarkan Naya mengikuti lomba mewarna. Benar-benar sedih.
Ada kalanya, saya ingin berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya saja. Tetapi, saya merasa menjadi dokter adalah panggilan hati, bukan sekadar pekerjaan atau profesi. Lebih dari itu, menurut saya, dokter adalah amanah dari Allah SWT yang harus dijaga.
DI sisi lain, terus terang saya takut Naya justru menjadi lebih dekat dengan pengasuhnya dibanding saya. Saya takut kelak pengasuhnya adalah orang pertama yang dicari Naya saat sedih atau sakit. Karena itulah, sejak Naya lahir, saya berjanji pada diri sendiri untuk mengatur waktu sedemikian sehingga bisa selalu menghabiskan quality time dengannya. However, for kids LOVE is spelled T-I-M-E:)
Saya memanfaatkan waktu menyusui sebagai bonding time. Sejak bayi, setiap menyusui, saya akan memandang lekat matanya, menceritakan apa saja yang terjadi dengan saya di hari tsb, atau menceritakan dongeng-dongeng lain. Saya ingat betapa excited-nya Naya mendengar semua itu. Kedua matanya berbinar, tangannya menggenggam erat tangan saya dan senyum sesekali muncul di wajahnya.
Saya berusaha membiasakan diri bekerja secara efektif. Saya mengerjakan semua tugas semaksimal mungkin agar tidak perlu membawa pekerjaan rumah sakit ke rumah. Seandainya ada tugas yang belum terselesaikan, saya selesaikan pada saat Naya sudah tidur. Pada saat pulang ke rumah, itulah waktu saya seutuhnya bersama Naya. Kalau mau ngeblog, ya saya kerjakan saat malam setelah Naya tidur. Kalau mau me-time entah sekadar membaca buku atau pijat refleksi, saya lakukan sambil menunggu Naya les. Inilah sebabnya mengapa saya memilih jam siaran subuh. Literally subuh lho! Saya harus berangkat jam 3 pagi untuk siaran mulai jam 4 sampai dengan 7 pagi. Alasannya simply agar kesukaan saya siaran tidak mengganggu waktu saya untuk suami dan Naya, karena jam segitu mereka berdua pastinya masih ngorok:p
Saya juga membiasakan diri menceritakan apapun yang saya alami pada Naya setiap hari. Dengan demikian, Naya tahu apa saja yang saya kerjakan saat tidak bersamanya. Contohnya ya hari ini.
M: "Kak, tadi di rumah sakit ada pasien namanya Bunga. Umurnya sama kayak kakak, 3 tahun. Dia sakit diare. Kasihan sekali, sampai harus diinfus."
N: "Diale itu apa ma?"
M: "Diare itu pup cair gitu kak, sakit perut juga makanya nangis terus."
N: "Telus mama apain?"
M: "Ya diobatin, kak."
N: "Sudah sembuh ma? Kenapa kok Bunga bisa diale?"
M: "Belum. Masih harus bobo di rumah sakit. Mungkin karena kurang bersih, makanya kakak harus rajin cuci tangan."
N: "Iya. Semoga Bunga cepat sembuh ya ma, kasihan di rumah sakit terus engga bisa ke mall." -____-"
Beberapa bonus yang saya dapat adalah menumbuhkan rasa empati pada Naya, plus mengedukasi Naya mengenai kesehatan. Paket lengkap kan:p
Dengan semakin besarnya usia Naya, Alhamdulillah saat ini Naya sudah mengerti benar. Terkadang kalau saya malas-malasan berangkat jaga, justru Naya yang mengingatkan dan menyemangati saya.
"Mama, engga boleh males. Kasihan adik bayi sama anak-anak yang sakit. Ayo belangkat!"
Duh, saya melting banget deh. Tadinya malas-malasan langsung semangat 45:D
Alhamdulillah, saya masih orang pertama yang dicari Naya kalau ada apa-apa. Saya masih jadi orang pertama yang dituju Naya sampai sekarang. (Walaupun sempat juga ngambek beberapa minggu gegara ditinggal dinas luar sebulan ke Soe:))))
Jadi, apakah sebagai ibu bekerja saya merasa bersalah?
Engga. Engga sama sekali, karena walaupun bekerja saya bisa memaksimalkan waktu saya untuk mendidik, merawat dan mengasuh Naya. InshaAllah:)
Saya bangga menjadi ibu bekerja:D
Perjuangan Dokter Indonesia
Halooo:)
Masih pada inget ribut-ribut soal dokter tahun lalu?
Nah, suami saya -yang hobinya memang memvideo atau memotret, sayang obyeknya bukan si istri:p- menggagas membuat video ini agar lebih banyak orang mengerti benar bagaimana perjuangan dokter itu. Yuk dilihat! Kalau mau kasih komentar boleh juga lho, dishare pun silakaaaan:D
Masih pada inget ribut-ribut soal dokter tahun lalu?
Nah, suami saya -yang hobinya memang memvideo atau memotret, sayang obyeknya bukan si istri:p- menggagas membuat video ini agar lebih banyak orang mengerti benar bagaimana perjuangan dokter itu. Yuk dilihat! Kalau mau kasih komentar boleh juga lho, dishare pun silakaaaan:D
Tuesday, July 1, 2014
Lebih Hemat Dengan iPrice
Siapa yang lebih suka online shopping dibanding offline? *tunjukmukasendiri*:))
Saya memang jauh lebih suka berbelanja online daripada offline. Alasannya banyaaaak. Menurut saya berbelanja online lebih praktis, lebih hemat dan lebih gampang. Misalnya saya mencari baju berwarna putih, tinggal search saja di beberapa online shop lewat internet. Saya bisa mencari sambil tiduran, sambil menunggu kemacetan di jalan atau bahkan sambil menunggu Naya selesai les. Kalau sudah ketemu yang sreg, tinggal transfer, tunggu sebentar, datang deh barang yang saya cari.
Bakal lain lagi ceritanya kalau saya mencari di mal. Saya harus menyisihkan waktu khusus untuk pergi berbelanja. Kalau dihitung-hitung, berapa uang parkir selama di mal, belum lagi biaya jajannya -pssst...saya paling engga tahan godaan dari bubble tea. Engga bisa engga beli!-. Itu pun belum tentu barang yang saya cari ada. Kalau engga ada, saya harus mencari ke mal lain. Boros waktu dan biaya deh. Kalau dihitung-hitung, berbelanja online jauh lebih hemat:D
Nah, buat yang suka berbelanja online macam saya, ada tips untuk bisa jauh berhemat nih! Sebelum kalap berbelanja online, klik dulu iPrice Coupons Indonesia. Di iPrice, kita bisa menemukan beragam kupon diskon dari beberapa online shop ternama yang terpercaya. Sebut saja misalnya Zalora, Lazada, Expedia, Qoo10 atau Groupon Indonesia.
Caranya juga engga susah kok! Saya iseng mencoba kupon Zalora Juli 20% tanpa syarat dan ketentuan. Tinggal klik "Dapatkan Kodenya*. Lalu akan muncul kode yang harus dimasukkan. Secara otomatis iPrice pun akan mengarahkan ke situs Zalora. Pilih-pilih deh barang yang dimau.
Saya tertarik dengan shampoo Kuda yang sedang happening banget. Banyak sih dijual di berbagai online shop di Instagram. Tapi saya ragu-ragu dengan keasliannya. Kalau di Zalora kan sudah pasti terpercaya ya:D
Kemudian setelah check out, masukkan kode kupon yang tadi didapat dari iPrice. Voila! Harganya langsung berkurang otomatis sesuai jumlah diskonnya:D Hebatnya lagi, kita sama sekali engga perlu bayar sepeser pun lho untuk menggunakan kupon diskon dari iPrice. Jadinya hemat banget kan ya?
Doa saya satu nih sekarang. Ya Allah, berikanlah hambaMu ini kekuatan dan ketahanan mental untuk tidak kalap setiap melihat kupon diskon di iPrice:D
Lumayan banget buat yang lagi cari-cari keperluan lebaran. Apalagi sekarang harga apa-apa naik semua *ratapan emak-emak*. Selamat berbelanja online!
Saya memang jauh lebih suka berbelanja online daripada offline. Alasannya banyaaaak. Menurut saya berbelanja online lebih praktis, lebih hemat dan lebih gampang. Misalnya saya mencari baju berwarna putih, tinggal search saja di beberapa online shop lewat internet. Saya bisa mencari sambil tiduran, sambil menunggu kemacetan di jalan atau bahkan sambil menunggu Naya selesai les. Kalau sudah ketemu yang sreg, tinggal transfer, tunggu sebentar, datang deh barang yang saya cari.
Bakal lain lagi ceritanya kalau saya mencari di mal. Saya harus menyisihkan waktu khusus untuk pergi berbelanja. Kalau dihitung-hitung, berapa uang parkir selama di mal, belum lagi biaya jajannya -pssst...saya paling engga tahan godaan dari bubble tea. Engga bisa engga beli!-. Itu pun belum tentu barang yang saya cari ada. Kalau engga ada, saya harus mencari ke mal lain. Boros waktu dan biaya deh. Kalau dihitung-hitung, berbelanja online jauh lebih hemat:D
Nah, buat yang suka berbelanja online macam saya, ada tips untuk bisa jauh berhemat nih! Sebelum kalap berbelanja online, klik dulu iPrice Coupons Indonesia. Di iPrice, kita bisa menemukan beragam kupon diskon dari beberapa online shop ternama yang terpercaya. Sebut saja misalnya Zalora, Lazada, Expedia, Qoo10 atau Groupon Indonesia.
Kupon-kupon diskon beberapa online shop ternama. Yay! |
Saya tertarik dengan shampoo Kuda yang sedang happening banget. Banyak sih dijual di berbagai online shop di Instagram. Tapi saya ragu-ragu dengan keasliannya. Kalau di Zalora kan sudah pasti terpercaya ya:D
Godaan shampoo kuda:p |
Doa saya satu nih sekarang. Ya Allah, berikanlah hambaMu ini kekuatan dan ketahanan mental untuk tidak kalap setiap melihat kupon diskon di iPrice:D
Lumayan banget buat yang lagi cari-cari keperluan lebaran. Apalagi sekarang harga apa-apa naik semua *ratapan emak-emak*. Selamat berbelanja online!
Subscribe to:
Posts (Atom)