Tuesday, March 13, 2018

Den Haag Experience

Minggu kemarin, saya mengantarkan suami yang luar biasa kurang kerjaan sekali mengikuti acara marathon di tengah dinginnya udara ini dimana tentu lebih menyenangkan tidur siang, di kota The Hague alias Den Haag. Saya, tentunya, tidak berminat untuk mengikuti acara ini. Tapi, penasaran juga ingin mengetahui seperti apa sih situasi di ibu kota pemerintahan negara Belanda? Jadilah saya putuskan untuk ikut. Sekalian memberi support ceritanya:p

Jarak Den Haag dengan Amsterdam tidaklah begitu jauh, sekitar 53 kilometer tepatnya, dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit dengan kereta api. Cuaca Amsterdam weekend kemarin sungguh menyenangkan dan menghibur hati. Walaupun sejak pagi hujan turun tak henti, tapi suhunya mencapai 15 derajat di siang hari. Semoga terus naik sampai mencapai 20 derajat ya, supaya saya tak perlu memakai baju dan celana berlapis-lapis setiap harinya. Bukannya apa, susah euy kalau mau ke kamar mandi:p

Perjalanan ditempuh dengan sangat nyaman. Kereta cepat, bersih, hangat (penting buat saya) dan tidak berisik sama sekali. Enak deh, hampir saja saya tertidur dibuatnya. Seisi kereta dipenuhi oleh banyak orang yang mengenakan baju serta sepatu lari. Pasti deh ini peserta event lari yang diikuti suami saya juga.

Sementara suami sudah mulai gaduh gelisah entah kenapa (sepertinya takut tidak bisa finish:p), saya pun ikut gaduh gelisah memikirkan akan pergi ke mana saja. Kata mama saya yang sudah pernah ke Den Haag, karena di sana ada kantor KBRI Indonesia, sangat mudah menemukan makanan Indonesia. Makanya, saya malah sibuk googling rumah makan Indonesia haha. Maaf, sudah super kangen dengan tempe!


Rajin bener lari pak? Asal bukan lari dari kenyataan ye:p
Tiba di venue tengah hari, rupanya suhu udara mulai menurun. Duh saya zbl setengah mati, karena merasa kedinginan di tengah taman super luas. Yang lain sibuk bersiap-siap. Suami mendapatkan jadwal berlari paling akhir, jam 3 sore sehingga akhirnya kami pergi mencari makan dulu di stasiun kereta. Karena kedinginan, saya si ratu survey malas melihat-lihat tempat makan lain. Begitu dari kejauhan tampak restoran kebab yang sudah pasti halalnya, segera saya saya putuskan untuk makan di situ. Selesai makan, saya menyesal minta ampun mengetahui kalau restoran di sebelah tempat saya makan adalah restoran Indonesia. Huhuhuhu, itulah sebabnya kalau malas:p Benar lho, ada nasi soto, sate ayam, rendang, nasi goreng, gado-gado dan...tempe!

Yah, anggap saja belum rejeki saya untuk makan tempe siang itu. Kami kemudian pergi ke pusat kota untuk menghabiskan waktu menunggu. Serius benar-benar menghabiskan waktu lho! Duduk di taman kota untuk menunggu jadwal suami saya berlari. Oh ya, saya sempat memainkan piano di stasiun pusat kota Den Haag. Sebetulnya ini hanyalah #modus supaya bisa mendapat tempat duduk haha. Heran juga, stasiun sebesar itu, tidak ada satu pun tempat duduk untuk publik yang tersedia. Eh ternyata suara pianonya kece berat! Hmm, bawa pulang jangan? (Halu efek kedinginan):p

Saat suami memulai larinya, saya memilih untuk memasuki toko demi toko di pusat perbelanjaan Den Haag. Lagi-lagi, demi kehangatan. Barang-barang yang dijual menurut saya sama saja dengan di Indonesia, nothin' special dan cukup membuat saya kebosanan. Saya sempat membeli bubble tea, karena kangen dengan minuman kesukaan saya ini. Rupanya rasanya (menurut saya) ajaib. Kayak air kelapa dicampur gula plus susu. Aneh deh, mana harganya lumayan mahal, 3,5 Euro untuk cup kecil.

Saya berkeliling untuk melihat seputaran kota Den Haag. Sebagai pusat pemerintahan dan administratif, menurut saya Den Haag tidak seramai Amsterdam (tentunya), dan lebih kecil tapi sama indahnya.  Ada Madurodam, tempat seperti taman mini dengan replika rumah-rumah kuno Belanda.

Bosan berputar-putar, saya kembali lagi ke stasiun pusat untuk menunggu suami selesai berlari. Kami memang janjian untuk bertemu di stasiun. Saya sudah seperti orang bego deh, hilir mudik tak karuan. Untung ada wifi gratisan sehingga saya bisa mantengin Indonesian Idol. Eaaaaa. Gini-gini, saya Ghealways lho:p

Tepat jam 17.30, suami datang dengan wajah berseri-seri membawa medal. Saya? Kedinginan gilaaaa:))) Langsunglah kami mengejar kereta selanjutnya ke Amsterdam untuk pulang dan beristirahat. Oh ya, saya tidak jadi menikmati makanan Indonesia karena sudah kedinginan sekali dan ingin segara pulang.

Di Belanda, hampir semua toko, mall, supermarket buka jam 12 siang dan tutup jam 5 sore pada hari Minggu. Jadi ya memang sudah waktunya pulanglah yaaa.  Tiba di apartemen sudah pukul 7 malam, langsung deh beristirahat karena besoknya, saya harus bekerja di rumah sakit lain, VUMC. Bagaimana ceritanya? Tunggu di postingan selanjutnya yaa!


No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...