Thursday, December 27, 2012

Being A Mother

Tulisan ini merupakan tulisan saya untuk website Ayahbunda untuk memperingati hari ibu kemarin. Bisa dilihat disini juga yaaa:D

*

Tanggal 22 Desember tahun ini adalah hari ibu kedua yang saya lewati sebagai seorang ibu.Rasanya baru saja kemarin saya melahirkan Naya. Time really flies.

Kadang-kadang saya masih tidak percaya kalau sudah menjadi ibu, lho! Kok bisa, ya, orang yang super cuek bebek, super ceroboh seperti saya-yang pernah seharian memakai sepatu beda warna dan beda tinggi hak!-menjadi seorang ibu?

Ingatan saya mundur ke beberapa waktu lalu saat pertama kali mengetahui munculnya dua garis merah di alat test pack yang dibelikan suami. Perasaan saya luar biasa bahagia, namun sekaligus juga panik.

Bahagia karena lengkaplah saya sebagai seorang wanita. Namun di sisi lain saya juga panik. Saya benar-benar tidak tahu apa-apa soal menjadi ibu. Saya khawatir tidak dapat menjadi ibu yang baik. Mulai dari yang sesederhana "Bagaimana nanti kalau anak saya menangis terus dan saya tak tahu cara mendiamkannya?" Sampai "Bagaimana nanti kalau saya salah mendidik anak?  Bagaimana nanti kalau saya gagal mengajarkan nilai moral untuk anak saya? Beribu "Bagaimana-nanti-kalau..." berseliweran di pikiran saya.

Tak cuma itu, saya khawatir menjadi ibu akan mengubah jati diri saya. Saya takut setelah menjadi ibu, saya berubah menjadi seseorang yang bukan saya banget. Saya takut segala usaha dan kerja keras yang sudah saya lakukan hingga mencapai versi saya yang sekarang akan tergantikan dengan sekedar 'Ibunya X'. Saya takut identitas saya berubah setelah menjadi ibu.

Apa saya masih bisa hang out dengan teman-teman setelah jadi ibu? Apa saya masih bisa siaran setelah jadi ibu?
Apa saya masih bisa bersenang-senang?
Apa justru nanti obrolan saya soal grup musik terbaru akan tergantikan dengan obrolan diskonan popok?
Atau tayangan di TV favorit saya akan berganti dengan film kartun? Apa saya masih bisa seperti saya yang sekarang setelah jadi ibu?
Drama banget deh ya :p

Tetapi semua kekhawatiran, kepanikan dan ketakutan itu menghilang di saat saya melahirkan Naya. Melihat tubuh mungilnya yang tanpa dosa, lemah tak berdaya dan betapa dia membutuhkan saya langsung melunturkan semua keegoisan itu.

Saya tak keberatan kok harus menggantikan jam-jam hang out saya dengan cara mengganti popok Naya atau ngelonin Naya tidur. Saya tidak keberatan harus mengubah jadwal siaran saya menjadi jadwal memandikan atau menyusui Naya. Saya tidak keberatan harus mengurangi waktu tidur cantik saya untuk mengurus Naya. Saya tidak keberatan menggantikan "How I Met Your Mother" saya dengan film kartun, bahkan tak menonton TV sama sekali karena saya melarang Naya menonton TV. Saya tidak keberatan menggantikan topik obrolan dari grup musik favorit menjadi obrolan tentang perkembangan Naya. Saya pun tak masalah menggantikan koleksi buku-buku chiclit saya menjadi buku-buku parenting. TIDAK keberatan sama sekali.

Rasanya semua kerja keras saya terbayar saat melihat senyum penuh cinta Naya. Semua "pengorbanan" saya terbayar melihat Naya tumbuh sehat, pintar, lucu dan menyenangkan. Semua tetesan keringat saya terbayar saat Naya memanggil saya "mama". Sebelum menjadi ibu, saya tak pernah tahu kalau manusia semungil Naya bisa mengubah hidup saya untuk selamanya.

Saya belajar banyak dari Naya. Saya belajar mengenai kesabaran ketika harus menghadapi Naya yang sepanjang malam terus minta diayun-ayun dan menangis saat saya berhenti. Saya belajar mengenai keikhlasan ketika harus memasang alarm di smartphone saya per dua jam sekali untuk mengingatkan saya memompa ASI. Saya belajar mengenai kepasrahan ketika harus "menitipkan" Naya pada babysitter-nya selama saya bekerja. Tak henti-hentinya saya berdoa agar Tuhan menjaga Naya. Saya belajar kesederhanaan dari Naya. Engga perlu mainan yang mahal untuk membuat Naya senang. Hal sesederhana seperti kardus bekas pun bisa membuatnya happy sepanjang hari. Lumayan, irit:p 

Saya belajar mengenai keceriaan dari Naya. Saya belajar mengenai keantusiasan dari Naya. Saya belajar mengenai kreativitas dari Naya, dan daftar ini masih akan terus bertambah seiring bertambahnya umur Naya.

Yang terpenting bagi saya adalah saya belajar menjadi saya yang lebih baik setelah menjadi ibu. Saya belajar untuk tidak  cuek bebek lagi, untuk tidak pelupa dan tidak ceroboh lagi. 

Saya memang bukan orang yang sempurna dan menjadi ibu pun tak akan bisa membuat saya sempurna. Tapi menjadi ibu mendorong saya berubah menjadi versi yang jauh lebih baik lagi.

Menjadi ibu memang sama sekali tidak gampang.  Durasi "kerja"nya 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 30 hari sebulan, 12 bulan dalam setahun dan sepanjang hidup. Tanpa bayaran, tanpa piala atau penghargaan. But in the end of journey, there is love. And its all that matter.

Being a mother is one of the highest salaried jobs... since the payment is pure love. Mildred B. Vermont

To all mothers out there, be grateful for those greatest blessings that call you..mom. Happy mother's day!:)

Thursday, December 20, 2012

Tampilan Baru Website Ayahbunda


Tampilan Baru
Hari ini sepertinya adalah hari yang sudah ditunggu-tunggu sekian banyak orang karena tanggalnya yang cantik. 20-12-2012. Bukan itu saja, banyak juga yang bertanya-tanya apakah ramalan mengenai kiamat yang konon akan terjadi hari ini benar atau salah.

Ada engga yang ikut juga membahas soal si tanggal cantik ini di socmed? Hayo ngaku:p

Di tengah keramaian dan keributan pembahasan 'hari-ini-kiamat-atau-engga-kira-kira', saya happy banget karena tepat hari ini juga, Ayahbunda, my parenthood dictionary, me-launch website terbarunya, www.ayahbunda.co.Id.

Eh? Bukannya website itu udah ada lama, Met?

Iyaaa, maksud saya yang terbaru adalah tampilannya:D

Tampilannya lebih fresh, dengan gambar-gambar kartun yang lucu. Warna-warnanya keren, dan penempatan kanal-kanal alias layout-nya sangat ramah mata dan memudahkan kita dalam mencari informasi. Suka deh!:D

Buat pembaca setia website sebelumnya, jangan khawatir karena semua informasi mengenai kehamilan, kelahiran, menyusui, bayi dan balita masih tersedia disini. Ada juga fitur baru yang pasti membuat kita tambah jatuh hati dengan website Ayahbunda!

Ada Resensi yang akan me-review mulai dari perlengkapan kehamilan, bayi, balita hingga gadget dan tempat liburan. Ada juga Zodiak Bayi dan Balita. Pas banget buat seseruan:D

Pasti udah tambah penasaran kan? Yuuuk, langsung diklik www.ayahbunda.co.id! Kebetulan, sekarang lagi ada bagi-bagi hadiah senilai 600 ribu rupiah buat pengisi angket survei mengenai website baru ini. Siapa tahu beruntung:) Yang belum terdaftar jadi member, daftar dulu dong, caranya gampang banget kok!

Oh ya, jangan lupa mampir ke kanal komunitas ya! Selain ada 'Dari BuTe' yang merupakan blog dari mbak Tenik Hartono, pemimpin redaksi majalah Ayahbunda, ada juga blog dari mas @sheque di 'Kata Ayah', dan #uhuk blog saya di Bunda Bilang. :')

Kanal Komunitas

Saya akan menulis disana juga selain di blog ini. Rajin-rajin dikunjungi yaaaa! :D
Selamat 'berjalan-jalan' di website barunya Ayahbunda!:)

Wednesday, December 19, 2012

New Name, New Spirit

As you may be aware, i've changed my blog's address from metahanindita.blogspot.com to www.metahanindita.com, thanks to my lovely husband.

I hope this brand new domain will make me more excited and also spirited to write. Hopefully. *Crossing fingers*

Ciao!
:)

Naya 20 Bulan

Update dulu yak soal Naya di umur 20 bulan (atau kurang lebih 18 usia koreksi) ini:D

Dari segi motorik kasar, Naya udah lancar jaya naik turun tangga *diiringi teriakan penuh keparnoan emaknya, tentu saja*, suka lompat-lompat meniru kelinci, dan masih suka banget nari, terutama "nayi atung". Apakah itu nari patung? Jadi Naya nari kian kemari seperti ada badai, terus tiba-tiba berhenti dan freezed seperti patung. Lucu banget deh, kalau jadi patung pas posenya aneh-aneh. Misalnya pas angkat satu kaki, dia jadi patung. Lama-lama jatuh, terus nangis. Eh abis gitu, minta nari patung lagi. Hahahaha dasar bayi!

Dari bahasa, tambah -masyaAllah- bawelnya. Sampai-sampai, bapaknya  tega menyebut Naya sebagai "radio rusak" :))  Tapi beneran lho, ampun deh, ngomooooong teruuuuus, engga bisa berhenti sedetik pun.

Suatu pagi, waktu saya siap-siap ke rumah sakit.
N : "Mama, aya ikut dong."
M : "Ikut kemana kak?"
N : "Ikut mama keja"
M : "Lho, kakak aya kan nanti sekolah."
N: "Aya ngga mau sekoyah. Mau keja. Sama mama."
M: " Di rumah sakit engga ada perosotan, engga ada ayunan. Mau?"
N: "Mau. Mau. Mau." *angguk-angguk kepala*
M: "Engga boleh sayang, kerja itu untuk orang gede. Anak kecil sekolah. Oke?"
N: "Aya (sudah) gede. Kici (yang) kecil"
M:-_-"

Naya juga lagi suka memilih baju sendiri untuk dipakai. Ngotot beneran lho! Engga mau dipakaikan baju yang dipilihkan orang lain.
Pernah ya, ada temannya berulangtahun di mall. Naya -seperti biasa- memilih bajunya sendiri yang menurut saya errrr.. seperti pemain sirkus-_-"


Disuruh ganti engga mau, malah teriak-teriak. Akhirnya setelah secangkir air tidak sengaja tertumpahkan oleh emaknya ini, mau ganti juga:p

Kosakata Naya bertambah banyaaaak sekali. Terkadang saya heran juga, perasaan saya engga pernah ngajarin Naya, kok bisa ya? Misalnya saja, kemarin Naya menunjukkan saya balon dari Pizza Hut yang dibentuk menjadi topi. Kemudian oleh babysitternya, tak sengaja terlepas sehingga bentuknya menjadi engga karuan.
N: "Yaaahh.. Mbak Yasciiiii Mbak Yasciiii" *sambil geleng-geleng kepala*
M: "Kenapa kak?"
N: "Bayon aya lepas."
Kemudian Naya masih geleng-geleng kepala kemudian bilang "Payah!".

Errrrrrr...yang ngajarin siapa yaa? Saya engga pernah mengijinkan Naya menonton televisi. Di rumah, televisi hanya ada di kamar saya dan pembantu. Saya yakin Naya engga pernah masuk ke kamar pembantu karena Naya engga kuat panas:D

Setelah saya pikir-pikir lagi, baru ngeh deh. Saya -secara engga sengaja- yang ngajarin Naya ngomong gitu. Saya ingat pernah ngomong seperti itu untuk becandaan dengan teman lewat telpon. Rupanya Naya mendengar dan mengingatnya terus. Duhhhh, emaknya ni gimane sih:p

Beneran deh, saya harus lebih berhati-hati lagi dalam bersikap dan berucap karena ada Naya yang seperti spons, mampu menyerap segalanya dan menirukan tentunya:)

Naya masih suka baca buku cerita. Setiap lihat emaknya yang kece ini, pasti langsung ngegotong buku ceritanya sambil teriak "Ma, celita ma celita!".
Dan Naya bener-bener ingat semua yang pernah saya ceritakan lho! Kadang, kalau saya ngantuk engga ketulungan, Naya yang saya suruh cerita. Eh dia mengulang semua ceritanya persis seperti yang saya ceritakan. Kira-kira kayak gini nih kalau Naya cerita:
"Mama, ini pus. Bunyinya gimana ma? (Saya tirukan suara kucing). Nah, mama pintel deh. Ini mama pus. Namanya mamam. Ini papa pus. namanya papap. Pus dud atau beb ma? (Good atau bad). Pus beb. Pus nakal. blablablablablablabla..."

Sayang sekali saya engga pernah berhasil ngerekam Naya cerita via video karena begitu dia sadar ada video yang on, pasti langsung berhenti ceritanya dan malah...pose-_-".

Naya juga sedang suka menggambar. Kalau dilihat sih cuma coretan berwarna-warni aja. Tapi setiap ditanya "Kak Aya, ini gambar apa sih?", Naya selalu menjawab panjang lebar seperti kalau dia sedang bercerita. Emang bakat bawel engga kemana ya:p

Naya masih susah disuruh menggosok gigi. Walaupun sudah bisa, tapi adaaa saja alasannya kalau disuruh menggosok gigi sendiri. PR nih buat saya.

Naya lagi suka mainan masak-masakan. (Pura-pura) memotong, menyiapkan panci sampai menyuapi boneka atau emaknya. Tak lupa bertanya "Enak kan ma? Nayaaaa..." Errrr...
Setelahnya, mencuci dan mengeringkan tangan sendiri di wastafel.

Apa lagi yaaa? Kalau ingat, nanti diupdate lagi yaa:D



Monday, December 17, 2012

#edisipilihbajusendiri


Sudah beberapa waktu ini, Naya engga mau pakai baju yang dipilihkan oleh saya atau nanny-nya. Harus dipakaikan baju yang dipilih sendiri. Errrr.. biarpun kadang pilihannya agak-agak ajaib, tapi lama-lama Naya bisa lho milih baju yang match. -Engga tau kebetulan atau engga:p-

Ini dia beberapa pilihan baju Naya:




On Naya:
Shirt : Unbranded
Skirt : Disney Kids
Socks : Trumpette Socks
Shoes : Osh Kosh Bgosh





On Naya:
Capuchon : Unbranded
Skirt : Disney Kids





On Naya:
Cardigan : Unbranded
Short : Mothercare
Socks : Unbranded
Shoes : Osh Kosh Bgosh

Not bad kan?:D

Wednesday, December 12, 2012

Motherhood Is A Heart Work

My mother is a poem
I'll never be able to write,
though everything I write
is a poem to my mother.
~Sharon Doubiago
Sewaktu masih kecil, saya ingat pernah berantem dengan teman sekolah -dan akhirnya membuat saya dipanggil kepala sekolah karena berhasil membogem teman cowok saya itu:p- gegara dia meledek (mama) saya. Waktu itu, kami diminta menuliskan biodata lengkap untuk kepentingan pendataan ulang SMP. Saya baru saja lulus SD dan duduk di kelas 1 SMP.

Yang dia tertawakan adalah status pekerjaan mama yang saya tulis sebagai "ibu rumah tangga".

Saya masih ingat benar ucapannya yang diiringi tawa mencemooh waktu itu. "Ih, emang ibu rumah tangga itu pekerjaan? Pembantu rumah tangga sih iya. Kalau mamamu engga kerja, tulis aja pengangguran."

Saya yang masih labil dan penuh emosi, engga pikir panjang lagi, langsung menghadiahkan bogem mentah padanya. Teman cowok saya itu tidak membalas, hanya menangis teriak-teriak mengatai saya "anaknya pengangguran".

Ketika saya dihadapkan ke kepala sekolah, dan ditanyai sebab musababnya, saya mengaku tidak menyesal sama sekali. Bahkan ketika disuruh minta maaf, saya ingat benar baru mau minta maaf kalau teman saya itu minta maaf pada saya duluan. Wah, saya dulu keras kepala banget deh! -Naya! If you read this, DON'T even think to try it!:p-

Gegara insiden itu, saya langsung merayu papa untuk mengijinkan saya mengikuti latihan taekwondo:))

Kembali ke soal mama.

Mama saya memang bukan wanita karier seperti lazimnya ibu-ibu dari teman-teman saya waktu itu. Well, setidaknya bukan ketika saya SMP.

Mama saya pernah menjadi wanita karier. Beliau adalah lulusan public health dan sempat bekerja di Departemen Kesehatan pusat Jakarta. Menurut cerita yang saya dengar dari teman-teman mama, karier beliau sangat lancar dan bahkan melesat pesat sebelum menikah. Mama bolak/i ditugasi keliling daerah. Mama pernah bilang, beliau sudah pernah keliling Indonesia. Duh, saya ke Bali aja belum pernah:p

Setelah menikah kemudian melahirkan, mama masih tetap bekerja. Saya masih ingat waktu saya kecil selalu sedih saat ditinggal mama kerja dan selalu menantikan saatnya mama pulang kantor.

Saya engga ingat mulai kapan tepatnya mama memutuskan untuk berhenti bekerja. Yang saya ingat, saya senang sekali karena bisa terus bermain dengan mama. Bisa tidur siang ditemani mama. Bisa makan masakan mama. Pulang sekolah bisa cerita-cerita sama mama. Bisa main boneka sama mama. Pokoknya kapanpun, bisa sama mama terus! Apa yang lebih menyenangkan dari itu? Engga ada!:D

Pagi-pagi, saat kami masih tidur, mama sudah bangun dan menyiapkan perlengkapan kami. Mama menyiapkan baju seragam, kaos kaki, sepatu bahkan meminta kami mengecek isi tas sekolah supaya yakin tidak ada yang tertinggal.

Walaupun kami punya ART, mama juga sering menyempatkan memasak sarapan untuk kami. Biarpun mama engga jago masak dan menu yang dimasak cuma itu-itu saja, menurut saya, masakan mama adalah yang terenak sedunia! In fact, waktu saya hamil dan muntah-muntah satu-satunya makanan yang saya inginkan hanyalah masakan mama:)

Saat kami sekolah, mama membantu papa praktek, membereskan rumah, dan entah apa lagi. Yang jelas, saat kami pulang sekolah, semua sudah siap. Habis cerita-cerita, tidur siang, mama sudah siap lagi menemani kami mengerjakan PR atau menanya-nanyai ketika kami mau ulangan. Begitu seterusnya.

Buat saya, walaupun bukan wanita karier lagi, mama saya serba bisa dan jauh lebih sibuk dari wanita karier manapun.

Mama adalah sahabat saya. Setiap saya menemukan masalah, mama adalah orang pertama yang saya curhati. Saya senang, sedih, kesal, marah, semua saya ceritakan ke mama.

Mama adalah koki pribadi saya. Biarpun menu yang bisa beliau masak terbatas, saya sama sekali engga keberatan makan masakan mama terus:)

Mama adalah desainer sekaligus penjahit pribadi saya. Setiap ada special ocassion seperti ulangtahun, tampil di pentas seni, sampai prom night saat SMA, mama yang membuatkan baju untuk saya.

Mama adalah personal shopper saya. Tinggal bilang saja "Ma, pengen punya tas sekolah yang kaya gitu." Mama pasti siap mencari dan membelikan.
Mama adalah dokter pribadi saya. Walaupun papa saya seorang dokter anak, karena kesibukannya mama lebih sering menemani kami saat sakit. Memastikan kami masih mau makan dan minum, memastikan obat diminum, dan bahkan ikut tidur di sebelah kami saat sakit.
Mama adalah fotografer saya. Setiap moment yang saya lewati selalu tertangkap oleh kamera mama. Jangan dibandingkan dengan hasil foto dari fotografer profesional, tapi buat saya bukan teknik fotografinya yang penting, tapi moment yang tertangkap:)
Mama adalah penasihat pribadi saya. Masalah apapun saya konsultasikan dengan mama. Kalau saya bingung harus bertindak seperti apa, tinggal tanya mama yang entah bagaiman caranya selaluuuuu punya cara terbaik untuk menghadapinya.
Mama adalah suporter sejati saya. Apapun keinginan saya, mama selalu jadi pendukung nomor satu. Saat saya beberapa kali terpilih jadi finalis kompetisi putri-putrian, coba tebak, siapa yang selalu berdiri paling depan meneriakkan nama saya? Mama:) She always believes me when no one does. Waktu saya bercita-cita jadi penyiar dan dicemooh orang banyak karena suara yang cempreng dan ucapan "Siapa yang mau dengerin kamu? Engga mungkinlah jadi penyiar!" Coba tebak, siapa yang menyuruh saya berusaha mewujudkan cita-cita saya tadi? Mama:)
Mama adalah penghibur pribadi saya. Kapanpun saat saya bersedih -maklum masih labil:p- mama selalu siap menghibur saya. Menceritakan kisah-kisah lucu, mengajak saya berjalan-jalan, atau siap memberikan kata-kata penghiburan yang selalu berhasil membuat saya tersenyum lagi:)

Mama adalah sekretaris saya. Mama selalu rajin menulis jadwal saya -supaya bisa disesuaikan dengan jadwalnya-, selalu ingat tanggal-tanggal penting dan sangat organized.

Mama adalah bodyguard saya. Walaupun badannya engga besar-besar amat, tapi mama berani sekali lho melawan orang yang menurutnya merugikan saya. Saya merasa aman sekali kalau ada mama.
Mama adalah guru saya. Bukan hanya guru yang mengajar pelajaran sekolah, tapi juga guru agama, guru piano, guru crafting, guru dandan, guru bernyanyi, guru ballet, guru mewarnai, guru menggambar, guru finansial dan yang paling penting, mama adalah guru hidup saya. Beliau yang mengajarkan etika, sopan santun dan moral pada saya.


Mama adalah segalanya buat saya. Sama seperti ibu lainnya-wanita karier atau bukan-, mama saya bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 30 hari sebulan, dan 12 bulan dalam setahun. Bahkan saat sepertinya sedang engga ngapa-ngapain, saya yakin mama sedang memikirkan anak-anaknya. Tanpa dibayar pula!

Masih berani-beraninya bilang mama saya -sebagai ibu rumah tangga- pengangguran? *BOGEM!*:))

Saya pernah iseng bertanya pada mama saya apakah beliau merasa menyesal telah berhenti dari pekerjaan sebelumnya dan memutuskan jadi ibu rumah tangga.

Jawabannya,

"Pernah. Waktu teman sekantor dulu sekarang sudah jadi orang yang terkenal, sukses dan kaya raya, pasti pikiran "coba kalau aku dulu engga berhenti kerja, pasti juga bakalan sukses kaya gitu" datang. Tapi sepersekian detik setelahnya, pikiran itu berganti menjadi senang karena bisa menemani anak-anak sampai sekarang. Tahu kapanpun anak-anak punya masalah, mama selalu jadi yang pertama untuk dicurhati. Tahu bahwa pendapat mama masih sangat dipercaya dan dihargai. Bangga karena tahu kedekatan kitalah yang membuat anak-anak mama bebas dari masalah yang banyak dialami anak muda sekarang. Mama tahu kamu engga bakal aneh-aneh kaya free sex atau narkoba karena kalaupun kamu mulai dekat sama hal-hal aneh gitu mama yang tahu pertama kali. Mama tahu apa kata pertamamu, kapan jalan pertamamu, cerita pertamamu, jatuh cinta pertamamu #uhuk, patah hati pertamamu, dikhianati sahabat pertamamu, mama tahu semua. Alhamdulillah, semua anak mama sekarang jadi dokter, insyaAllah bahagia dengan keluarga masing-masing. Tahu kalau mama merupakan bagian dari itu semua adalah priceless. Bukan berarti mama bilang kalau yang jadi wanita karier terus keluarganya pasti hancur-hancuran. Engga sama sekali. Semua ibu pasti ingin yang terbaik buat anaknya, termasuk kalau dia memilih untuk menjadi wanita karier. Kalau mama, merasa yang terbaik buat anak-anak adalah berhenti kerja supaya bisa dekat terus sama kalian. Dan akhirnya terbukti. "

:')

Setelah saya menjadi seorang ibu, sempat pula terbersit di pikiran saya untuk menjadi seorang ibu rumah tangga seperti mama. Saya ingin menjadi ibu seperti mama. Saya ingin Naya menganggap saya sama seperti saya menganggap mama. Ketika saya utarakan keinginan ini pada mama, beliau hanya bilang:

"Keputusan yang terbaik diambil mama belum tentu yang terbaik kalau diambil kamu. Pikirkan lagi mateng-mateng. Engga semua orang punya kesempatan berharga seperti kamu untuk menjadi dokter (anak). Menjadi dokter itu amanah, bukan pilihan. Dengan menjadi dokter, kamu bukan hanya menolong orang tapi juga 'memberi teladan' pada Naya. Engga perlu 24 jam ada di rumah kok untuk bisa dekat dengan anak. Its not always about quantity, but quality that matters. "

Ah, as i wrote before, omongan mama itu emang paling bener deh!
Engga usah ribet lagi ngurusin omongan orang soal working mother vs full time mother. Mau working atau engga, buat saya semua ibu adalah full time mother. Emang ada ya yang jadi ibu half time aja? Apapun jabatannya, mau dokter, manager, direktur, presiden sekalipun, saya yakin itu semua hanya "sampingan" karena "pekerjaan" utama adalah sebagai seorang ibu. Saat sedang tidak di rumah, saya yakin hati dan pikirannya seorang ibu -dimanapun- selalu ada pada anak-anaknya.

Motherhood is really a heart work. Whatever you do with your children, from the bottom of your heart, you always want the best for your children - beyond that what you have enjoyed or experienced in your own lives. Being a mother is learning about strengths you didnt know you had and dealing with fears you didnt know existed.

I can say proudly that my greatest blessing is being a mother:)

To all mother out there, happy mother's day!:)

Tuesday, December 11, 2012

Menyusui: Kebutuhan atau Trend?


Dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir, saya bisa bilang dengan bangga bahwa saat ini makin banyak ibu yang menyusui. Thanks to @aimi_asi, @ID_AyahAsi, dan berbagai media yang gencar mempromosikan soal ASI, karena saat ini semakin banyak informasi mengenai menyusui yang bisa didapatkan dengan mudah di twitter, facebook atau social media lainnya. Jaman sekarang kayanya kalau engga menyusui itu engga oke, engga sip!

Saya ingat tahun lalu saat masih menyusui eksklusif dan tidak dapat menemukan nursing room di sebuah mall di Surabaya, saya ‘nekad’ menyusui Naya di pojokan foodcourt dengan menggunakan nursing apron. Banyak orang lalu-lalang yang melihat kami dengan pandangan aneh dan bertanya-tanya. Wajar, karena pemandangan ibu menyusui di mall waktu itu bukan hal yang lazim ditemukan.  Saya pun pernah mendapat pandangan ajaib dari teman sekitar karena membawa coolerbag dan printilan memompa kemana-mana. Tapi sekarang? Rasanya sudah bukan hal yang aneh melihat ibu menyusui di mall. Bukan pula hal yang aneh melihat ibu memompa ASI. Bahkan, di Surabaya, beberapa tempat umum sudah dilengkapi dengan nursing room yang nyaman. Bravo!

Sebenarnya ide untuk membuat tulisan ini berawal dari pengalaman saya dengan seorang teman. Sebut saja namanya X, ibu muda yang baru saja melahirkan anaknya. Karena sering membaca blog saya sejak hamil, X selalu bertanya kepada saya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan anaknya, termasuk soal menyusui. X bertekad untuk menyusui anak perempuannya setidaknya sampai lulus masa ASI eksklusif.

Sayang, rencana tinggal rencana. Selepas masa cutinya habis, X harus kembali bekerja dan tidak bisa me’maintain’ produksi ASI supaya cukup untuk anaknya. Saya sudah mengusulkan konsultasi ke konselor laktasi untuk manajemen ASIP, tetapi rupanya karena pekerjaannya cukup memakan waktu, X kesulitan memompa dan akhirnya ASInya tidak keluar lagi. Saya usulkan relaktasi, lagi-lagi X beralasan tidak ada waktu. Sejak itu, anaknya menggunakan sufor. Saya tahu benar, karena X sempat bertanya-tanya kepada saya mengenai sufor apa yang sebaiknya digunakan, bahkan meminta saya mengantarnya untuk membeli sufor.

Saya memang pendukung ASI, tapi saya tidak pernah memaksakan ataupun menganggap rendah ibu-ibu yang tidak bisa menyusui. Saya hanya bisa membantu semampu saya, tapi jika dengan bantuan saya ternyata tetap tidak bisa menyusui, ya sudah. Ingat, setiap ibu pasti mempunyai masalah dan pertimbangan sendiri dalam memutuskan suatu hal, tapi saya yakin semua ibu ingin yang terbaik untuk anaknya:)

Kembali ke kasus X. Setelah lewat beberapa minggu, karena kesibukan, saya tidak pernah lagi berhubungan dengannya sampai suatu hari saya membaca timeline twitter saya dan menemukan twitpic dari accountnya. Twitpic ‘ijazah’ dari AIMI yang menandakan anaknya lulus S1 ASI alias asi eksklusif.

Waktu itu saya merasa sangat senang. Saya pikir mungkin X sudah berhasil relaktasi dan kembali menyusui anaknya sampai lulus asi eksklusif. Pemikiran saya ini ‘dibenarkan’ pula oleh beberapa twitnya di kemudian hari . Beberapa kalimat seperti “ Duh, senangnya jadi ibu menyusui. Anak sehat, ibu irit.” Atau “Semoga ASIP hari ini cukup untuk anakku.”bersliweran di timeline saya.

Saya yang penasaran ingin tahu bagaimana proses relaktasinya berlangsung, mengirimkan pesan lewat BBM.

“Hoy, X! Kamu akhirnya bisa menyusui lagi ya? Hebaaaaaat! Gimana cara relaktasinya?”

X hanya menjawab dengan emoticon senyum. Penasaran dan kekepoan saya semakin bertambah tentunya. Langsung saya telpon saja deh, supaya bisa ngobrol langsung.

Dan ternyataaaa… saya baru mengetahui kalau twit ataupun twitpic X selama ini soal menyusui hanyalah ‘pencitraan’ semata. Heh? Pencitraan?

“Iya Met, gue engga menyusui lagi kok sejak anak 3 bulan. Ya sejak ASI ga keluar gegara engga pernah mompa itu. Gue sengaja bikin orang-orang mikir gue masih menyusui karena gue engga mau dianggap sebagai ibu yang engga baik, yang gagal karena anak gue sekarang minum sufor. Males aja ngadepin emak nyinyir di luaran. Toh mereka juga kan engga tau gue masih menyusui beneran atau engga. Anggep aja masih, end of story. Gue engga ngerugiin siapa-siapa kan Met?”

Saya? Speechless.

Ingatan saya langsung terbang ke suatu momen dengan teman-teman saya yang sedang ngobrol-ngobrol cantik soal masa depan kami kelak.

Ada yang nyeletuk “Udaaaah, engga usah deh sekolah tinggi-tinggi. Jadi dokter, tinggal pencitraan dimana-mana, sering kasih kultwit biar banyak followernya di twitter. Jangan lupa untuk selalu bilang pro ASI, pro RUM. Ga usah belajar lagi soal ASI segala, yang penting pencitraan pro ASI. Dijamin pasti banyak pasiennya. Kan lagi ngetrend.”

Waktu itu sih saya ketawa, ngakak malah. Saya pikir teman saya itu becanda. Tapi setelah mengalami sendiri kejadian dengan X tadi, wah saya jadi bertanya-tanya. Sebenarnya menyusui itu sekarang jadi terkenal dimana-mana karena memang banyak orang yang menyadari pentingnya ASI sebagai kebutuhan atau hanya sekedar trend ya?

Ngomongin soal trend, saya jadi ingat lagi nih kisah seorang selebriti diva Indonesia yang waktu itu diwawancarai infotainment soal menyusui. Dengan bangganya, dia menjawab “ Oh Alhamdulillah ya, saya berhasil menyusui anak saya secara eksklusif. Yaa tentunya dengan bantuan sufor kalau saya bekerja yaa.”. Saya mendengarnya sampai tersedak lho! Mungkin mbak diva ini engga mengerti benar soal menyusui eksklusif, yang penting ikut tren!

Terlepas dari ikut trend atau tidak, saya berharap semakin banyak orang yang mengerti benar akan manfaat menyusui. Engga masalah kok mau ikutan trend, selama yang diikuti adalah hal yang baik yaaa kenapa engga? Cuma, menurut saya, engga usahlah kalau sampai harus membohongi orang banyak, diri sendiri dan terpenting anak kita hanya untuk mendapat pengakuan sebagai ibu yang baik. Memangnya kalau engga menyusui artinya bukan ibu yang baik?

Justruuuu, mumpung lagi trend, artinya banyak informasi yang mudah didapat dimana-mana, mendingan dimanfaatkan buat belajar lebih banyak lagi. Kalau anak pertama gagal disusui, belajar supaya bisa lebih baik lagi di anak selanjutnya.

Remember, no one can tell you that you’re not a good mother. No one. Motherhood is a heart work and a work with heart NEVER fails:)

Sunday, December 9, 2012

Toilet Training Naya


Biarpun sudah agak lama lewat, saya lagi ingin cerita soal toilet trainingnya Naya nih! Engga apa-apa ya telat-telat dikit:p

Sebenarnya kalau menurut teori, sebaiknya proses toilet training dimulai saat anak sudah mulai bisa mengendalikan otot pencernaan dan juga bladder alias kandung kemihnya. Bagaimana cara mengetahui apa anak kita sudah bis amengendalikan otot pencernaan dan bladder ini?

Beberapa tandanya adalah anak mulai mempunyai ‘jadwal’ yang sama setiap harinya untuk BAB. Misalnya, kalau Naya, pasti BAB sekitar jam 7-8 pagi setiap hari. Selain itu, popok selalu kering saat tidur siang atau setidaknya dalam 2 jam. Anak juga tidak pernah BAB saat malam hari.

Banyak penelitian yang bilang kalau umur yang sangat pas untuk mulai mengajari anak toilet training adalah sekitar 22-30 bulan. Anak cowok rata-rata berhasil lulus di usia 38 bulan, sementara anak cewek di usia 36 bulan.

Sebenarnya saya baru berencana melatih Naya toilet training saat Naya berusia 12 bulan. Tapi nyatanya, sejak usia 7 bulan-an (lupa persisnya) Naya selalu BAB di jam yang sama setiap paginya, selain itu clodi yang dipakai saat tidur siang hari selalu kering. Akhirnya saya berpikiran bahwa otot-otot bladder Naya sudah siap dilatih.

Yang sangat memudahkan saya melatih toilet training adalah sifat Naya yang jijikan. Eh beneran lho, Naya ini jijikan sekali anaknya. Pegang handuk saya engga mau, jijik katanya-_-“. Mahal-mahal dibelikan Playdough, pegang saja engga mau. “Jijiiik ma, jijiiiik.” Apa kabar ya kalau kelak Naya jadi dokter? Beuh, pipis aja masih ngompol malah mikirin jadi dokter:p Duh, PR banget buat emaknya nih!

Sejak bayi, setiap pipis atau BAB di clodinya, Naya pasti menangis minta diganti karena mungkin merasa jijik dan engga nyaman. Jadi sia-sia juga sebenarnya beli clodi mahal yang konon bisa menyerap sampai belasan jam karena ya itu tadi, walaupun bisa menyerap, kalau Naya sudah merasa jijik, ya tetap saja nangis minta diganti.Errrrrr.

Tapi seperti yang saya bilang, justru inilah menurut saya yang mendukung cepatnya Naya lulus toilet training. Sejak berencana melatih toilet training, saya mulai survei perlengkapan apa saja yang harus saya beli. *maklum,ratu survei:p*

Target saya yang pertama adalah Naya lulus toilet training untuk BAB.

Barang yang pertama saya beli adalah potty seat berbentuk bebek. Saya ingat, belinya waktu itu di Carrefour dan sedang diskon *emak-emakbangetyak*, sekitar 60 ribu rupiah saja harganya. Setiap Naya mulai ‘ngeden’ pertanda mau BAB, langsung saya geret si bebek, dan saya dudukkan Naya diatasnya. Awalnya memang agak susah karena Naya engga mau duduk disitu. Untung saja saya beli yang berbentuk bebek, Naya jadi merasa sedang bermain sehingga mau juga ditaruh disitu:) Jadi, kalau mau beli potty seat, mendingan beli yang lucu sekalian biar bisa dijadikan mainan:D

Saya juga rajin memberitahu Naya “Naya kalau mau pupup, harus bilang mama ya. Biar pupupnya di bebek.”. Saya yakin walaupun masih bayi, Naya mengerti omongan saya. Buktinya setelah kurang lebih sebulan berlangsung, setiap Naya mau BAB, dia akan menunjuk bebek sambil teriak ke saya.

Alhamdulillah, sejak usia 8 bulan itu, Naya –hampir- engga pernah BAB di clodi atau disponya lagi. Eh, tapi PR saya masih ada lho! Bagaimana ‘memindah’ si bebek menjadi toilet di kamar mandi?

Ada kejadian yang lucu –dan agak nyebelin juga sih sebenernya- soal si bebek ini. Karena sepertinya pikiran Naya terpaku pada omongan saya ‘Naya kalau mau pupup harus di bebek’, jadilah pergi kemana pun , saya pasti membawa si bebek ini kemana-mana. PR beneeeer! Bayangin dong, saya ajak Naya jalan-jalan ke mall, terus tiba-tiba Naya mulai ngeden dan teriak-teriak ‘ngasih tau’ saya mau pup. Saya bawa ke toilet mall malah nangis teriak-teriak engga mau. Saya baru ngeh, kalau Naya maunya BAB di bebek tadi. –Just like what I told her- Errrr.

Pernah juga Naya mau BAB saat kami masih di jalan. Saya sempat panik karena Naya marah-marah, ngeden tapi engga ada si bebek. Saya bilang ‘Naya kalau mau pupup engga apa-apa di dispo aja. Kan ini di jalan.”.  Ucapan yang pada akhirnya saya sesali karena membuat saya tidak konsisten dan tentunya membuat Naya jadi bingung. Beberapa hari setelah itu, kembalilah Naya BAB di popoknya bukan di bebek lagi. Satu pelajaran yang saya dapat, sebelum memulai toilet training ini, usahakan untuk selalu konsisten, penting!

Untunglah setelah saya ajak omong, Naya bisa mulai kembali BAB di si bebek. Akhirnya emaknya ngalah deh, bawa si bebek kemana-mana di mobil. Biarpun bentuknya engga modis sama sekali dan kurang cocok dibawa di mobil.

Balik lagi ke soal PR saya memindah Naya BAB dari si bebek ke toilet kamar mandi.

Lagi-lagi, saya terus mengajak Naya ngomong soal ini. “Naya sekarang kalau mau pupup di kamar mandi yaa. Di toilet, bukan di bebek lagi.”

Saat dibawa ke kamar mandi, Naya teriak ketakutan. Bukannya BAB malah jadi histeris. Saya bingung juga bagaimana caranya sampai saat jalan-jalan ke Ace Hardware, saya menemukan wallsticker yang lucu. Beberapa binatang seperti buaya, beruang, jerapah, kelinci, dll. Saya beli dan tempel wallsticker lucu-lucu itu di kamar mandi.

Saya bilang, “Naya engga usah takut di kamar mandi. Lihat tuh, banyak temannya kan. Ada buaya, ada jerapah, ada monyet, dll. Engga usah takut yaaa.”

Sekitar seminggu setelahnya, Naya sudah bisa BAB di kamar mandi sambil mengoceh mengajak ngobrol ‘teman-teman’nya. I was very proud!

PR selanjutnya buat sang emak adalah melatih toilet training pipis. Duh, serius ini susaaaaah sekali. Biarpun saat itu Naya sudah bisa bilang “Ma, pissss.” Kalau mau pipis, tapi belum diajak ke kamar mandi, ternyata sudah pipis duluan-_-“.

Akhirnya saya buat aturan, no clodi and no dispo in the house at noon. Clodi atau dispo hanya dipakai di malam hari. Maksud saya, supaya Naya bisa merasakan sendiri betapa tidak nyaman rasanya kalau mengompol. Selain bau, lengket, pasti engga enak rasanya! Saya emang memanfaatkan jijikannya Naya nih hehehe.

Selain itu setiap 2 jam, saya minta ke nannynya untuk membawa Naya ke toilet. Hal ini teruuuuus berlangsung sampai akhirnya Naya lulus toilet training tepat di hari ulangtahunnya yang pertama. Woohooooo, goodbye clodi, goodbye dispo! Lumayan, ngirit uang belanja!

Oh ya, saya engga pernah lupa untuk ngasih 'reward' buat Naya setiap dia berhasil engga ngompol. Ucapan 'Duh pinternya anak mama' walaupun simple tapi bisa membuat Naya happy banget lho! Dan setelahnya, dia jadi berusaha buat engga ngompol lagi:D
Walaupun begitu, tetap saja saya punya persediaan dispo sampai sekarang, -Naya sudah engga pakai clodi-. Namanya juga masih bayi sih ya, kadang-kadang kalau ngambek misalnya ditinggal pulang nannynya, atau saya tinggal jaga, bentuk protes Naya adalah dengan mengompol:’(

Di malam hari pun Naya masih saya pakaikan dispo, karena beberapa kali kebablasan mengompol. Kalau BAB sih Alhamdulillah sudah benar-benar lulus:)

Target saya, lepas usia 2 tahun, Naya benar-benar bebas dispo! Doakan sayaaaaaaa<#

Featured on Jawa Pos For Her

I was featured on Jawa Pos newspaper last Friday. It was the article. Thank you so much, Nora!:)
Jawa Pos Dec 7th 2012


Friday, December 7, 2012

3rd Anniversary

5 Desember 2012.

Tepat 3 tahun yang lalu kami menikah. Kalau tanggal 5 Desember di 3 tahun yang lalu, kami super sibuk mengurusi pernikahan, di tahun ini, kami super sibuk mengejar-ngejar Naya yang hobi sekali lari-lari dan ngebut naik sepeda:')

Karena di anniversary sebelumnya tidak pernah ada acara yang spesial -harap maklum sibuknya amit-amit. Anniversary yang pertama kami lalui dengan jaga rumah sakit, sementara anniversary yang kedua, saya sedang hamil dan ditinggal suami dinas keluar kota-, saya ingin sekali ada yang berbeda di tahun ini. Engga usah yang mewah, buat saya dinner berdua suami sudah sangat 'wah' mengingat kami jarang sekali punya kesempatan dinner berdua saja. *kasianbangetyah* :p

Alhamdulillah, tepat di hari anniversary kami yang ketiga ini, baik saya maupun suami bebas tugas jaga rumah sakit. Akhirnya, kami merencanakan untuk ber-fine-dining. Pilihannya adalah di Citilite yang terkenal romantis, atau di kawasan Citraland yang banyak menawarkan rumah makan dengan suasana -lagi-lagi-romantis:p

Saya bukan orang yang romantis sih. Sama sekali engga. Tapi karena ini hari yang spesial, yaaa kenapa engga?

Tepat di hari-H, sejak sore saya sudah bersiap-siap. Suami pun baru datang sore karena baru saja selesai tugas jaga. Setelah bermain sampai capek dengan Naya, kemudian menidurkan Naya, saya melihat suami yang sepertinya capeeeeek sekali. Jujur, saya pun sebenarnya malas keluar rumah. Antara capek setelah seharian di rumah sakit, dan ogah-ogahan untuk pergi. Ketika saya ungkapkan hal ini ke suami, eehhh ternyata benar sekali dugaan saya, kami sama-sama malas pergi ke luar dan capek:))

Coretlah fine dining atau nonton bioskop dari daftar, karena akhirnya..... kami memutuskan untuk delivery order pizza dan makan di tempat tidur sambil ngobrol-ngobrol:)) *jangan dicontoh ya*

Setelah itu? Dua-duanya tidur dengan lelapnya.

Our Journey. 3 Amazing Years:*
Ah, anniversary memang 'spesial' tapi menurut saya, cara kami merayakan pun sudah sangat spesial:p

Happy 3rd anniversary dear!

Trumpette Socks and Playgro

Kalau ditanya apa enaknya punya anak perempuan, pasti semua ibu jawabannya sama. Bisa didandanin! :D Kayaknya memang sudah kodrat semua perempuan deh untuk dandan dan mendandani orang lain. Engga percaya? Boneka Barbie yang selalu trend sepanjang masa itu buktinya. Atau, yang agak jadul sedikit, masih inget dong sama permainan bongkar pasang dari karton dimana kita bisa memasang-masangkan berbagai baju ke ‘model’-nya? Eh itu dulu mainan favorit saya lho!*ketauanumurnya*:p

Anyway, dulu begitu tahu kalau bayi yang saya kandung perempuan, saya mulai kalap mata setiap lihat baju atau aksesoris babygirl yang lucu-lucu. Hanya saja, karena manut sama orangtua, saya belum berani buat membeli apa pun yang berbau girly. Katanya pamali. Selain itu, takutnya kalau ternyata hasil USG meleset, dan barang-barang tadi jadi engga terpakai.

Tapi namanya juga emak-emak berjiwa belanja yang sudah mendarah daging, walaupun engga membeli, saya rajin sekali browsing untuk menandai barang apa yang akan saya beli kelak kalau hasil USG memang benar.

Ketika membuka account facebook dari salah satu online babyshop, mata saya terpikat dengan kaos kaki lucu yang dijual. Sekilas, bentuknya seperti sepasang kaos kaki dan sepatu. Tapi kalau diamati dengan jelas, ternyata adalah kaos kaki yang bergambar sepatu sehingga seolah-olah yang memakai sedang menggunakan sepatu! Warnanya lucu-lucu, modelnya pun beraneka ragam. Karena penasaran, saya pre-order satu dus Trumppette - Mary Jane Bright socks yang berisi enam pasang kaos kaki.
Lucu banget ya!

Lah? Apa kabar gimana-kalau-USG-nya-meleset? Sayapikir, kalau memang bukan perempuan, saya kadoin saja deh buat keponakan. *alesan* :p

Begitu barangnya sampai, kebetulan sekali bertepatan dengan waktu saya melahirkan. Wah bahannya bagus sekali, dan warnanya persis sama seperti yang di foto. Karena agak kebesaran, saya baru memakaikannya ke Naya saat berusia 3 bulan .Naya senang sekali lho memakainya!
Naya pakai Trumpette socks- Mary Jane Bright shocking pink.

Yang saya suka dari Trumpette socks, walaupun dicuci berulang kali, bahannya awet dan engga mbrudul. Warnanya pun masih sama dengan pertama kali waktu beli, engga belel sama sekali. Oh ya, saya ingat waktu Naya belajar jalan dan berdiri, saya sering khawatir kalau Naya terpeleset karena kaos kakinya licin. Untunglah Trumpette socks ini punya anti slip, jadi no worries! Saking jatuh cintanya, saya beli lagi satu boks saat Naya berulang tahun yang pertama untuk size sampai 2 tahun. Sayang ya, engga ada produk untuk usia 2 tahun keatas, kalau ada pasti saya ngantre ikutan beli deh :p

Yang seru nya lagi, Trumpette ini ada di Mothercare lho, jadi ngga usah khawatir belanja di online shop lagi! Bisa langsung meluncur ke Mothercare terdekat dan cek langsung produk Trumpette ini, bisa puas milih sesuai selera karena banyak ragamnya.

Ngomong-ngomong soal Mothercare, saya kemarin mengajak Naya buat survey carseat. Errrr, maksudnya saya yang survei di Mothercare, Naya yang “menyasarkan diri” ke ELC di sebelahnya buat teriak-teriak minta drum pajangan -_-“

Selain drum, Naya juga sibuk teriak-teriak begitu melihat mainan Rock and Stack. “Maaaa, sama kayak (punya) Ayayaa..Sama! Sama!”.
Sekilas saya lihat brandnya, Playgro. Berbeda sama kepunyaan Naya, warna mainan ini lebih menarik.

Sebagai ratu kepo *uhuk*, begitu sampai rumah saya langsung browsing dan menemukan website resmi mereka di www.playgro.com. Semua produk yang ditawarkan punya keterangan mengenai peran dan keterangan tujuan permainan.

Ada age for stage guide yang mempermudah orangtua memilih mainan sesuai usia. Ada stage 1 (0m+) yang dimaksudkan untuk menstimulasi indera bayi. Mainannya bersuara atau bermusik untuk merangsang telinga, ada warna yang mencolok untuk merangsang indera penglihatan, dll. Sedangkan stage 2 (3m+) mendorong bayi ber-discovery.  Stage 3 (6m+) merangsang bayi mengeksplor lingkungannya, dan stage 4 (12m+) merangsang imajinasi bayi. Kalau dilihat dari ilmu tumbuh kembang, semua disesuaikan dengan milestone bayi yang ada di Denver 2 Chart lho!

Misalnya saja nih, kalau dilihat di Denver 2, milestone untuk bayi berusia 2 bulan adalah bereaksi terhadap suara, mengangkat kepala, dan membalas senyum.  Coba lihat mainan dari Playgro dengan stage 1 yang ini, Fairweather Farm Music and Lights. Selain aman, juga merangsang bayi mengangkat kepala, bahkan berguling. Gambarnya yang lucu merangsang visual bayi, dan suara music yang tersedia serta soft flashing lightsnya merangsang telinga. Oh ya, ada hanging mirror juga yang yang pasti bisa membuat bayi tersenyum saat melihat bayangannya sendiri. Lucu yaa.. Memang bener deh kata orang, barang – barang di Mothercare itu selain lucu tapi memang selalu ada kegunaannya…
Fairweather Farm Music and Lights.

Duh saya nyesel juga nih, kok baru tahu sekarang yaaa. Terlambat buat ngebeliin Naya. Saya jadi inget dulu suka bingung sendiri tiap beli mainan. Ini bias dipakai main Naya engga ya? Ini bisa membantu tumbuh kembangnya Naya engga ya? Soalnya prinsip saya, mainan untuk bayi bukan hanya sekedar untuk fun tapi juga harus membantu stimulasi tumbuh kembangnya. Coba saya tahu Playgro ini dari dulu, engga pusing-pusing lagi deh!

Tapi engga apa-apa sih, kan bisa dibeli nanti buat adiknya Naya. #eh

Tuesday, December 4, 2012

Kuciwa


Masih inget kan soal 'perjuangan' saya nyari preschool buat Naya disini dan disini?

Nah, sejak awal sebenarnya saya sudah punya beberapa inceran, termasuk salah satunya adalah Whizkids. Karena banyak mendengar positive review (walaupun emang ada beberapa yang negatif juga), saya penasaran ingin mencari tau lebih banyak soal preschool ini.

Bulan Oktober, saya menelpon ke sekolah tsb untuk bertanya-tanya. Pihak sekolah yang menerima telpon mengatakan bahwa sebentar lagi Whizkids akan mengikuti pameran pendidikan. Segala informasi bisa didapatkan lengkap disana. Walaupun sebenarnya terkapar dan teler habis jaga, saya datang juga kesana, ini hasil lebih lengkapnya.

Setelah berbicang-bincang panjang lebar dengan pihak sekolah, saya menemukan visi sekolah ini sama dengan saya. Lebih jauh lagi, ternyata semua kriteria yang saya cari ada pada Whizkids. Akhirnya, saya mengutarakan niat untuk mendaftarkan Naya disana.

Sayangnya, menurut peraturan dari Whizkids, sekolah tidak bisa menerima (calon) anak didik jika anak tsb belum pernah mengikuti trial dengan orangtuanya. Tidak bisa diwakilkan siapa pun selain ayah atau ibunya. Saya pun menyanggupi untuk mengikuti trial dulu.Bapaknya sih jelas engga bisa diharapkan buat ikut trial, sibuk banget! Karena jadwal saya selama bulan November dan (seharusnya) Desember padat sekali, sampai melihat matahari saja jarang-jarang, tentu saja saya tidak mungkin mengikuti trial. Boro-boro trial, bisa ketemu Naya setiap hari saja sudah Alhamdulillah. Jadilah trial dijadwalkan pertengahan bulan Januari di hari Sabtu. Satu-satunya hari dimana jadwal saya agak longgar di jam sekolah, sehingga saya bisa ikut trial.

Selang beberapa minggu kemudian, tepatnya di akhir November, saya iseng-iseng menelpon Whizkids untuk menanyakan ketersediaan tempat yang dijawab tersisa hanya satu kursi lagi.

Karena saya sudah malas survei sekolah lain lagi, saya bilang bahwa saya benar-benar ingin mengambil sisa kursi tadi untuk Naya. Kalaupun jadwal trial harus maju dan bukan hari Sabtu, saya rela deh.

Kemudian nama saya, nama Naya sampai nomer telpon saya didata dan disepakati bahwa Naya bisa mengikuti kelas trial hari Selasa 4 Desember 2012. Saya sempat meminta untuk diberitahu kalau-kalau sisa 1 kursi tadi terambil sebelum saya trial supaya saya tidak berharap kosong dan bisa mencari sekolah lainnya. Pihak sekolah menyanggupi.

Saya sampai ngebela-belain ijin sehari dari rumah sakit, padahal sebentar lagi saya mau ujian-_-" (fyi, seumur-umur, selain ini saya baru pernah ijin sekali dari rumah sakit, yaitu sewaktu bapak saya meninggal dunia. Intinya ijin didapat dengan susah payah, dan harus dengan alasan yang mendesak.)

Karena hari Selasa seharusnya Naya juga sekolah, saya mintakan ijin dari gurunya untuk tidak masuk. Supir antar jemputnya pun saya hubungi untuk tidak menjemput Naya karena Naya tidak masuk sekolah.

Pada hari-H, kami sudah bersiap sejak pagi supaya tidak terlambat. Begitu sampai di Whizkids, perasaan saya mulai engga enak karena disambut oleh guru-gurunya yang memasang tampang bingung karena kedatangan saya.

Saya sempat membatin "Lho bener ga sih ini hari Selasa tanggal 4? Kok malah bingung gitu liat gue?"

Perasaan engga enak saya dikonfirmasi dengan kehadiran salah satu pengajarnya yang menyambut saya dengan "Selamat pagi bu. Orangtuanya Nico ya?"

Jelas, mereka tidak sedang menunggu kehadiran saya. Bahkan jelas tidak tahu apa yang saya lakukan disana.

Ketika saya jelaskan saya orangtua Naya, sudah bikin appointment untuk trial kelas nursery, saya jelas melihat adanya kebingungan di antara mereka yang kemudian dapat saya simpulkan sendiri, nama saya dan Naya tidak tercatat pada jadwal mereka, entah bagaimana ceritanya!

Salah satu pengajarnya menghampiri saya untuk mengatakan bahwa kelasnya sudah full. Kebayang engga perasaan saya gimana? Kalau di film kartun, sudah keluar dua tanduk deh di kepala saya. Udah ngebela-belain ijin dari rumah sakit, ijin ke sekolah Naya, bolak-i konfirmasi per telpon, ternyata semuanya nothing! Kalau memang full kan ya bisa nelpon? Apa sayang pulsa? Nomer telpon saya jelas-jelas sudah anda catat lho! Oh iya ding, saya lupa, sepertinya emang lupa dicatat ya.

Di tengah-tengah situasi yang engga mengenakkan ini, saya mendapat 'ide cemerlang' dari salah satu pengajarnya. "Ikut trial aja sekarang bu. Jadi nanti kalau-kalau ada yang cancel, Naya bisa masuk." Blah, situ mau jamin ada yang cancel? Kalau saya terlanjur engga daftarin Naya kemana-mana karena nunggu ada yang cancel terus akhirnya Naya engga dapet sekolah situ mau tanggungjawab?

Asli, buang-buang waktu!
Tau gini kan saya bisa langsung daftar sekolah lainnya pas pameran, bisa dapet diskonan banyak, engga usah pusing mikirin ijin ke rumah sakit.
Menurut saya visi misi Whizkids ini bagus banget lho. Sangat disayangkan kalau sampai 'terganggu' hal kayak begini. Sebenernya sepele sih ya, tapi coba kalau anda di posisi saya. Pasti bete juga kan? Kalau saya emak pengangguran yang bisa setiap hari trial atau keliling sekolah buat review sih engga masalah. Lah ini, saya pusing setengah mati ngurusin ijin , ternyata sia-sia semua.
Mengutip kata mama saya, "Kan sudah kelihatan dari pertama kalau sekolah itu artinya engga ngehargain kamu, orangtua (calon) anak didiknya. Bersyukurlah Naya engga jadi sekolah disana. Gimana bisa mereka ngajarin cara menghargai orang lain kalau mereka sendiri memperlakukan orang kaya gitu?" Saya pikir-pikir lagi, benar juga yaa. Seandainya memang ada yang meng-cancel tempatnya di Whizkids untuk kemudian diberikan ke Naya, saya jadi pikir-pikir dulu deh!
Mungkin ini hanya pengalaman saya saja. Mungkin memang kebetulan saya yang sedang 'sial' mendapat perlakuan seperti ini dari pihak ybs. Saya hanya menceritakan pengalaman saya pribadi dan bukan menjelek-jelekkan lho ya. Pilihan tergantung lagi kepada masing-masing orang.
Akhirnya saya memutuskan untuk melihat sekolah inceran saya yang kedua, Bumble Bee. Mumpung saya sudah terlanjur ijin dari rumah sakit. Sesuai cerita saya, Naya sudah mau saya daftarkan di sekolah ini sejak sebelumnya. Hanya saja karena penasaran sama yang lain dan ingin mencoba trial, saya pending dulu. Tapi jodoh emang engga bakal kemana. Ditunda beberapa kali pun, alhirnya kembali lagi ke sekolah yang satu ini.

Alhamdulillah, semua kriteria saya masuk, even better. Lokasinya dekat sekali dari rumah, tempatnya jauh lebih besar dari "yang itu". Bener-bener blessing in disguise deh. Bener juga, selalu ada hikmah di balik segala peristiwa. Hikmah di cerita saya ini, Alhamdulillah Naya justru dapat sekolah yang lebih bagus dari yang sebelumnya. Walaupun diskonnya sudah engga ada karena sudah engga pameran, tapi saya lebih sreg. Saya sudah mendaftarkan Naya di sekolah ini. Semoga Naya betah ya!

Disclaimer:  Ada yang bilang saya lebay waktu saya share soal ini di twitter. "Nyari sekolah buat bayi aja sampe sgitunya amat sih. Sekolah asal pilih aja kan bisa, buat bayi ini."
Menurut saya sih, karena saya engga punya waktu 24 jam sehari sama Naya, saya punya tanggungjawab dan kewajiban 'memilihkan' lingkungan dan kegiatan untuk Naya menghabiskan waktunya saat tidak bersama saya. Walaupun tidak dengan emaknya langsung, saya harus tahu benar apa yang diajarkan di sekolah akan sama persis dengan apa yang akan saya ajarkan di rumah. 
Contoh, saya tidak akan mengajarkan bahasa Mandarin buat Naya di rumah. Makanya saya juga tidak akan mencari sekolah yang mengajarkan bahasa Mandarin.
Buat saya, sekolah di umur Naya yang sekarang BUKAN melemparkan tanggungjawab untuk mendidik kepada orang lain, tapi lebih kepada menyamakan visi dan misi untuk mendidik antara orangtua di rumah dan orangtua di sekolah alias guru.

Jadi saya lebay? I am! Terus kalau gue lebay, so what?

PS: postingan ini diketik dalam keadaaan tanduk di kepala masih muncul;) Tidak untuk menyinggung pihak manapun, kalau ada yang tersinggung ya maap:p
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...