Friday, February 21, 2014

Kejang Demam

Di antara segala macam jenis keluhan yang sering saya dapatkan saat praktik, ada satu yang sepertinya sangat menakutkan bagi para orangtua. Apalagi kalau bukan kejang:D

Saya sering kedatangan pasien kejang yang orangtuanya panik luar biasa. Jangankah orang lain, saya sendiri pun pernah mendapat laporan Naya kejang saat demam tinggi. Waktu itu saya sedang memeriksa pasien. Nanny di rumah menelpon saya sambil menangis kencang "Buu, kakak kejaaang!". Saya langsung loncat dari meja periksa, menitipkan pasien ke teman, lari dan ngebut pulang ke rumah. Karena penyakit yang menyebabkan kejang ada banyak, saya ingin memfokuskan kepada yang paling sering terjadi, yaitu kejang demam.

Sebetulnya apa sih kejang demam itu?
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat ada kenaikan suhu tubuh (suhu 38 derajat celcius ke atas jika diukur menggunakan termometer di rektal) yang disebabkan proses ekstrakranium atau di luar kepala.

Kejang demam terjadi 2-4% pada anak berumur 6 bulan-5 tahun. Artinya, apabila terdapat kejang pada anak dibawah 6 bulan atau diatas 5 tahun, bisa jadi bukan suatu kejang demam.

Kejang demam sendiri ada dua macam. Yang sederhana serta yang kompleks. Kejang demam sederhana berlangsung singkat, kurang dari 15 menit (walaupun untuk ibu biasanya subyektif, bisa terasa seperti satu jam. Namanya juga melihat anaknya kejang), dan tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana ini adalah 80% dari seluruh kejang demam.

Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang lebih dari 15 menit, berulang atau lebih dari 1x dalam 24 jam, atau kejang sebagian tubuh.

Apakah setelah kejang demam, anak bisa mengalami kecacatan kelak?
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi dari kejang demam TIDAK PERNAH dilaporkan. Demikian pula dengan perkembangan pasien, akan tetap normal pada mereka yang sebelumnya memang normal. Jadi tenang saja;)

Apakah ada kemungkinan anak bisa meninggal karena kejang demam?
Kematian karena kejang demam pun TIDAK PERNAH dilaporkan.

Saya khawatir anak saya kenapa-kenapa setelah kejang demam. Apa boleh minta foto rontgen atau sekalian CT Scan kepala untuk memastikan tidak ada apa-apa?
Foto x-ray atau CT scan biasanya hanya dikerjakan atas indikasi seperti:
-Kelainan yang menetap (Misalnya anggota badan lemah sebelah, kaki lumpuh, dll). Jika tidak, maka foto kepala tidak perlu dikerjakan.

Anak saya sebulan lalu kejang demam. Apakah bisa berulang?
Yes. Bisa banget. Faktor risiko berulangnya kejang demam:
1. Riwayat kejang demam pada ayah, ibu atau keluarga lain.
2. Usia kurang dari setahun.
3. Temperatur yang rendah saat kejang. (Pakai termometer yaa, bukan tanganmeter;p)
4. Cepat kejang setelah demam.
Kalau seluruh faktor diatas ada, kemungkinan berulang kembali adalah 80%. Jika tidak semua ada pun masih mungkin berulang, 10-15%.

Kalau kejang harusnya diapakan?
1. Walaupun terdengar impossible, tetap tenang. Jangan panik.
2. Longgarkan pakaian anak yang ketat terutama sekitar area leher.
3. JANGAN memasukkan APAPUN ke dalam mulut. (Contoh: sendok, kasa, kapas, tissue, sapu tangan dll.)
4. Posisikan anak terlentang dengan kepala miring.
5. Ukur suhu, catat berapa lama kejangnya.
6. Berikan diazepam rektal. (Obat anti kejang yang dimasukkan lewat anus.)

Apakah benar memberikan anak kopi bisa mencegah kejang demam?
Tidak. Jangan yaaa..

Saya takut mengimunisasi anak saya. Takut demam terus kejang. Sebetulnya boleh engga sih?
 Tidak ada kontra indikasi untuk vaksinasi pada anak yang mengalami kejang demam. Jadi boleh. Seandainya memang ada riwayat kejang demam, jangan lupa bilang ke dokter yang mengimunisasi agar meresepkan diazepam oral dan parasetamol.

Anak saya bolak-balik kejang, tapi tidak demam. Apa bisa dibilang kejang demam?
Tidak. Apabila kejang berulang tanpa demam, anak harus diperiksa lebih menyeluruh untuk mengetahui kemungkinan penyebab. Bisa jadi epilepsi.

Berikut adalah beberapa FAQ mengenai kejang demam. Semoga bermanfaat!:D

Wednesday, February 19, 2014

Anak Tunggal

"Halo mama? Kakak Aya bosen sama Noyolo. Dibuang aja kelincinya boleh engga?"

Suara unyil pagi ini sukses membangunkan saya. Saya yang malas-malasan melek gegara hujan dan angin badai di Soe dan lebih memilih berbalut selimut tebal langsung terbangun.

"Halo kakaaaaak. Kenapa kok mau dibuang?"

"Abis sayulnya kakak tuh dimakanin telus sama kelinci ma. Namanya udah kakak ganti. Jadi Plincess Happy, bial dia happy telus."

"Nanti bilang papa beli sayurnya yang banyak biar bisa dimakan berdua."

"Engga mau. Sayulnya semua halus kakak yang makan. Plincess ga usah ikut-ikut makan punya kakak."

-___________-"

Saat saya ceritakan hal ini pada seorang teman, dia bilang "Wah kamu harus cepat punya anak lagi biar anakmu engga egois. Anak tunggal itu kasihan, Met. Kamu inget kan waktu kita kuliah jiwa dulu? Salah satu faktor risiko gangguan kejiwaan kan anak tunggal. Biasanya anak tunggal itu mau menang sendiri, manja, bossy, selalu minta diperhatikan, drama queen, engga mau susah, engga mau kerjasama, dan sejuta stereotip negatif lainnya. Kamu tau kan si ******? Atau si *******?" Dia menyebutkan beberapa nama teman yang adalah anak tunggal. Entah kebetulan atau tidak ya, tapi sejujurnya, nama-nama yang disebutkan memang berkelakuan persis plek seperti stereotip negatif tsb.

Saya langsung deh kepikiran semalaman. Saya sendiri inginnya punya anak dua. Tapi mengingat kondisi saat hamil dan melahirkan Naya, sepertinya saya pun harus mempertimbangkan bahwa bisa jadi Naya akan menjadi anak tunggal. -BISA JADI. Please do re-read it- Tentu saja, sebagai orangtua, saya engga pengin Naya kelak jadi anak yang manja, egois, drama queen dll dll dll yang termasuk ke dalam stereotip negatif tadi. Benarkan anak tunggal selalu seperti itu?

Saya pun mengingat-ingat, siapa tahu ada kenalan atau keluarga saya yang anak tunggal dan tidak bersifat negatif yang melekat pada gelar anak tunggalnya. Ternyata...Ada!!!

Saya punya teman waktu kecil dulu, seorang anak tunggal. Walaupun dia adalah satu-satunya anak untuk orangtuanya, tapi Alva -panggil saja namanya begitu- dididik sangat keras. Ibunya benar-benar disiplin pada Alva. Saya ingat, dulu sekolah kami sering mengadakan bazar dimana banyak penjual mainan, makanan dan buku.  Alva harus menabung dulu sekian lama hanya untuk membeli komik Doraemon kesukaannya. Padahal ayah ibunya pengusaha yang cukup berhasil dan kaya raya. Untuk anak satu-satunya, apalah arti uang senilai tiga ribu rupiah? (Dulu harganya komik Doraemon masih segitu. Gila, jaman sekarang uang segitu bisa buat beli buku macam apa yak?)

Setiap Alva hendak membeli mainan pun, ia harus menabung sendiri dari uang jajannya. Terkadang untuk berhemat, dia mau lho jalan kaki sepulang dari sekolah supaya uang angkotnya bisa digunakan menambah tabungan.

Sewaktu SMP saat sekolah kami mengadakan karyawisata ke Jakarta, Alva pun rela tidak jajan beberapa bulan agar bisa ikutan. Dulu sih saya pikir kasian banget nih anak, orangtuanya kaya raya tapi pelit:p -Maaf ya, pikiran anak kecil-:)))

Bukan hanya soal uang, orangtua Alva pun sangat keras terhadap nilai-nilainya. Alva pernah cerita pada saya kalau ia harus mendapat nilai baik setiap ulangan karena kalau tidak bisa dihukum oleh ibunya. Saya juga tidak bertanya sih hukumannya apa, tapi tetap saja buat saya saat itu, buset orangtuanya kejam banget. -but again, it was my opinion as a child;)-

Saya engga pernah punya masalah dengan Alva. Sebagai "saingan" dalam memperebutkan ranking 1, menurut saya Alva sangat sopan, tidak egois, bisa diajak kerjasama, fun, asyik, mau diajak susah, punya banyak teman dan segala yang tidak termasuk ke dalam stereotip negatif tadi. Terbukti dong, engga semua anak tunggal begitu?;)

Karena kami sudah lama banget tidak berhubungan, saya tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang. Gegara penasaran -baca:kepo- langsung deh saya jadi private investigator, saya pengin tahu sudah jadi apa Alva sekarang. Hasilnya..wow, Alva saat ini sudah jadi pengusaha yang sukses, dan kalau dilihat dari foto-fotonya di social media sih, bahagia:)

Di sisi lain, saya juga punya -banyak- teman yang manja, drama queen, attention wh*re, bossy, egois, engga mau diajak kerjasama yang -surprise surprise!- BUKAN anak tunggal:D

Kesimpulannya, menurut saya, mau tunggal atau bukan, yang terpenting adalah bagaimana seorang anak dididik. Jika orangtua mendidik dengan sangat memanjakan, anak tunggal atau tidak, tetap saja akan tumbuh menjadi anak manja. Sesungguhnya benar banget, anak dilahirkan seperti selembar kertas putih bersih. Mau digambari apa, diwarnai apa atau dibentuk menjadi apa, tergantung orangtuanya.

Saya engga akan memanjakan Naya, for sure. -Catat itu baik-baik, Dum!;p-
Saya ingat sekali bagaimana susahnya hamil dan melahirkan Naya. Saya ingat bagaimana perjuangan menyusui, merawat dan mengasuh Naya. Saya engga pengin "mengorbankan" semua perjuangan itu untuk menjadikan Naya anak manja kelak.

-Naya, if you read this later, please do understand why i always hard on you. Its not because i dont love you, but it means i love you even more;)-


Friday, February 14, 2014

The Pendant

Setelah menulis ini beberapa hari yang lalu, saya kebanjiran pertanyaan lewat email atau BBM mengenai pendant yang dihadiahkan suami.

Sekalian sajalah ya saya tulis di sini. Oh ya, saya sertakan juga foto-foto secara detailnya.
Kata suami saya, pendant ini dipesan di www.anyaalmira.com. Harganya saya engga tahu, suami juga kayaknya engga berminat ngasih tahu:p

Thank you perhatiannya yaaa:D





Tiga Dekade

Alhamdulillah, tepat hari ini usia saya bertambah satu lagi, resmi memasuki kepala 3:p

Setiap berulang tahun, saya selalu menyempatkan diri untuk berefleksi. Apa saja sih yang sudah saya kerjakan sepanjang hidup ini? Apa sudah berhasil mencapai cita-cita saya sendiri? Apa sudah sukses membahagiakan orangtua? Apa saya sendiri sudah bahagia? Apa yang sudah saya lakukan untuk keluarga dan orang lain?

Tahun ini, karena saya sedang berada jauh dengan keluarga dan disibukkan dengan kegiatan rumah sakit, saya tidak berniat berefleksi. Rencananya, saya ingin menonton Castle saja semalaman:p

Rupanya niat saya tidak tercapai dengan baik karena sore hari, tetiba saya diminta memberikan kuliah keesokan paginya mengenai resusitasi bayi baru lahir untuk segenap bidan, perawat, dokter umum serta direksi rumah sakit. Eaaaaaa.. engga kurang mepet ya waktunya?-_________-"

Tapi saya menyadari pentingnya materi ini untuk karyawan rumah sakit, makanya langsung saja saya iyakan. Setelahnya, baru panik:)))) Untung saja ada internet. Saya bisa browsing bahan-bahan terkait. Saat sedang asyik browsing, saya ingat kalau pernah menyimpan materi resusitasi di harddisk external. Saya utak/i-lah harddisk external saya dan malah menemukan file wishlist saat saya masih kecil:)))

Saya memang sangat organized, termasuk pada tulisan-tulisan saya. Kalau mau membaca tulisan saya sejak kecil, pasti masih tersimpan rapi. Saya bahkan masih menyimpan tulisan pertama saya saat pelajaran Bahasa Indonesia saat kelas 3 SD. Waktu itu kami diberi tugas mengarang dan saya menulis soal mama. Semua tulisan sudah diketik ulang dan disimpan dalam disket, kemudian di-convert ke bentuk file setelah disket terbilang barang langka:p

Anywaaaay, tulisan wishlist yang saya temukan itu ditulis tahun 1994, saat masih berusia 10 tahun dan duduk di kelas 6 SD. Judulnya adalah "Dreams".

Kira-kira begini isi mimpi saya saat itu:
1. Sekolah di SMA favorit se-Jawa Barat dan termasuk 10 besar SMA favorit se-Indonesia, SMAN 3 Bandung.
2. Jadi dokter spesialis anak.
3. Keliling Eropa.
4. Umroh.
5. Kerja di majalah.
6. Jadi penyiar radio.
7. Jadi penyiar tv.
8. Get married to Prince William Arthur Phillip Louis.--> MashaAllaaaaah, saya ngakak sejadi-jadinya baca yang ini:))) Alay bener yak, Nayaaaa jangan ditiru ya!:))))
9. Ke UK.
10. Bikin buku.
11. Dapetin tandatangan semua personelnya Spice Girls. --> Ngakak lagi:))))

Well, coba lihat. Hampir semuanya sudah tercapai, alhamdulillah. Saya dulu bersekolah di SMAN 3 Bandung, -hampir- jadi dokter spesialis anak (walaupun sempat terdistraksi ingin menjadi dokter spesialis bedah sebelumnya kembali ke niat awal:p), sudah keliling Eropa karena program pertukaran pelajar kedokteran, sudah umroh, sempat kerja di majalah remaja Olga selama beberapa tahun, dan menjadi kontributor di blog web majalah Ayahbunda, hampir 11 tahun menjadi penyiar radio, hampir 10 tahun menjadi penyiar tv, sudah bikin 4 buku (hopefully, menyusul yang selanjutnya. Kalau engga malas:p), dan sudah dapetin tandatangan semua personelnya Spice Girls karena berhasil memenangkan Request of The Day di Mtv Asia saat Artist of The Month-nya Spice Girls;)

Ada dua sih yang tidak dan belum tercapai. Yang -jelaslah gila!- tidak tercapai, menikah dengan Prince William. Hahahaha, serius saya ngefans banget sama putra sulung Prince of Wales ini. Saking ngefansnya, saya sampai bela-belain mendalami segala macam soal British dan akhirnya jatuh hati pada UK alias United Kingdom. Dulu saya sampai hafal letak geografis, sejarah negara dan serba-serbi kerajaan Inggris lho! #niat 

Yang belum tercapai, pergi ke UK! Sebenarnya waktu internship di Eropa, saya mati-matian ingin sekali menyempatkan diri ke UK. Sayangnya, sulit sekali mengurus visa untuk ke sana:( Saya yakin, mimpi yang ini inshaAllah pun akan tercapai;)

Alhamdulillah, Allah baik sekali sama saya. Hampir semua mimpi saat saya masih kecil dulu sudah tercapai. Bahkan Allah memberi saya lebih. Jauh lebih baik dari yang pernah saya mimpikan. Padahal saya sendiri engga pernah menyangka lho! Makanya judul tulisan itu adalah Dreams. Saya pikir semua itu hanyalah mimpi yang terlalu tinggi untuk bisa saya capai.  Mungkin memang benar kata ungkapan, If you can dream it, you can do it! (Kecuali bagian Prince William-nya ya.. LOL).

Alhamdulillah, di tiga dekade hidup ini, saya merasa bahagia. Saya berhasil meraih mimpi-mimpi saya sejak kecil. Sebagai tambahan yang jauh lebih baik, selain keluarga, saya punya suami yang selalu mendukung saya. The bestfriend, the partner in crime, the debate partner, the handy man, the supporter, the advisor, my everything:) Dannn, tentu saja saya punya Naya. The apple of my eye, the sunshine of my life, the water to my stream, the smile to my day, the beating to my heart:)

Ngomong-mgomong soal Naya, setelah 18 hari ngambek dan mogok ngomong, pagi ini saya dikejutkan oleh telepon di pagi hari darinya. Naya menyanyikan lagu Happy Birthday untuk saya. Antara lebay dan kangen banget, saya mbrebes miliiiii:')
Hahahaha, kemudian lagu itu disambung dengan: "Mama, jangan lupa bawakan kadonya buat kakak Aya dari Soe nanti ya! Kado ulang tahun buat kakak! Sama balon! Kakak Aya juga mau nasi kuningnya ya ma! Jangan lupa!"
-___________________________________________________________________________-"

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Alhamdulillah:)

Thursday, February 13, 2014

Terpesona Ibu Risma

Kemarin, saya gaduh gelisah semalaman karena kedatangan pasien "jelek", seperti bom waktu yang tinggal menuggu waktu meledak saja. Seorang anak berusia 7 tahun, berat "hanya" 9 kg, datang karena tidak mau makan sejak 3 bulan lalu, BAB darah sejak sebulan, muntah setiap makan atau minum, demam sejak 3 bulan, dan hanya minum air teh selama 3 bulan belakangan.

Sebelumnya, ibu tidak pernah membawa anaknya ke dokter atau puskesmas. Cukup dibawa ke dukun yang memijat perut sang anak. Saat saya periksa, perut pasien ini membesar, tidak terdengar bising ususnya, anak tampak lemah dan seputih kapas, literally. Pantas, karena hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar Hb-nya 3 saja. Entah sudah berapa lama perdarahan yang terjadi, tapi waktu di ruangan, anak ini masih terus-terusan BAB darah, hitam seperti petis. Saya rasa, kalau dicek lagi setelah perdarahan itu pasti Hb-nya sekitar 1 atau kurang.

Saya langsung memesan darah. Tapi ternyata stok darah tidak ada. Saya minta keluarga mencari donor yang bergolongan darah sama sesegera mungkin. Keluarga yang ada malah terlihat enggan. Ternyata setelah saya selidiki, ayah sang anak baru saja meninggal dunia karena HIV. Saya bingung. Tanpa ada darah, tampaknya percuma saja saya beri obat atau oksigen untuk anak ini. Saya rencanakan untuk merujuk ke RS yang lebih besar, tapi tertunda karena surat-surat administrasi yang tidak lengkap. Saya hanya bisa menunggu surat-surat administrasi selesai entah kapan karena rumah pasien berjarak 6 jam dari rumah sakit. Maka itu, saya mirip seperti setrikaan deh,  bolak-balik dari rumah ke ruangan untuk melihat keadaan pasien ini.

Karena tidak bisa tidur tenang, saya putuskan menonton televisi sambil menunggu kabar dari pasien tadi.

Awalnya saya sedang menantikan episode terbaru Asia's Next Top Model. Namun saat iklan saya ganti channel beberapa kali dan terhenti di Metro TV saat Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa memperkenalkan ibu Tri Rismaharini, walikota Surabaya sebagai bintang tamunya. Saya selalu mengagumi bu Risma sebagai pemimpin. Saya menyaksikan secara langsung bagaimana Surabaya berubah ke arah yang lebih baik di tangan bu Risma.

Sungguh saya sangat terpesona dengan bu Risma. Penampilannya sangat sederhana. Bahkan, saya baru kali ini melihat bu Risma dengan make-up, walaupun hanya sekadarnya. Jauuuuh kalau dibandingkan dengan Ratu Atut atau Airin:p  Alur pemikiran bu Risma juga sederhana, sesederhana pilihan katanya saat berbicara. Jauuuuuuuh deh dibandingkan dengan pejabat-pejabat yang kalau bicara terkadang menggunakan kata-kata sulit yang "tinggi". Tapi saya bisa melihat apa yang membedakan bu Risma dengan pejabat-pejabat lain. Bu Risma terlihat sekali bekerja dengan hati.

Saya ikut menangis saat bu Risma menangis. Saya tak sampai hati melihat pemimpin kota saya ternyata merasa tertekan. Tampak jelas bahwa bu Risma "lelah". Momen yang paling mengharukan buat saya adalah pada saat beliau bilang engga bisa mengurus anaknya sendiri karena sibuk mengurus Surabaya. Duh, saya mbrebes mili deh mendengarnya. Sebagai ibu yang juga bekerja -dan sibuk-, saya bisa banget merasakan apa yang ibu Risma rasakan. I feel you, bu! I do.

Tapi saya pun setuju dengan apa yang bu Risma bilang selanjutnya. "Saya yakin jika saya mengurus Surabaya karena Tuhan, anak-anak saya akan diurus oleh Tuhan." :')

Mungkin ini bisa saya contoh saat ada orang nyinyir "Kamu kok sibuk ngurusin anak orang melulu, anak sendiri engga diurusin?":p

Entah kenapa, saya langsung teringat dengan tulisan saya sebelumnya ini. Ibu Risma adalah ibu yang bekerja. Apakah karena sibuk mengurus Surabaya dan tidak mengurus anak-anaknya sendiri beliau tidak bisa dibilang ibu yang mulia? Buat saya sih, beliau mulia sekali. Sebagai ibu kandung dari anak-anaknya, dan ibu dari kami semua, anak-anaknya se-Surabaya. Yang tidak mulia mungkin yaaa -yang katanya- motivator yang bikin kultwit begitu padahal engga pernah merasakan jadi ibu:p #sikap #teteuuuup :)))

Ibu Risma,
Saya sangat mengagumi kepemimpinan ibu. Seperti jutaan orang lainnya, tentu saya pun ingin ibu tetap menjalankan tugas sebagai walikota dan tidak mundur. Kami masih membutuhkan ibu. Tetapi, melihat betapa tertekannya ibu, betapa galaunya hati ibu, saya sih tidak tega bu. Shalat istikharah saja bu, minta petunjukNya. Apapun keputusan ibu kelak, pasti akan saya dukung. Kalau ibu ingin mundur, saya ikhlas bu. Ibu tidak mundur, Alhamdulillah. Yang terbaik menurut ibu saja yang mana.  Semoga Allah SWT selalu memberikan ibu kesehatan dan umur panjang, amin.

PS: Karena banyak yang menanyakan apa kabar pasien saya itu, akhirnya surat-surat administrasi lengkap tapi keluarga menolak dirujuk. Alasannya tidak punya uang untuk biaya hidup selama di RS tujuan. Pasien ini meninggal tanggal 14 Februari dengan Hb kurang dari 1, tak terbaca di alat pengukur, dan tidak mendapat donor darah sampai detik terakhir hidupnya. 

Wednesday, February 12, 2014

Surprise Surprise:')

Saat visite ruangan pagi ini, saya dikabari oleh perawat yang bertugas bahwa ada paket untuk saya di kantor tata usaha. Saya tak yakin dengan omongan ini, sampai berulang kali bertanya. "Paket buat saya mbak? Ada tulisannya untuk dr. Meta? Yakin itu dr. Meta yang dimaksud saya? Atau ada lagi yang bernama Meta di sini?"

Perawat yang ditanya tertawa terbahak-bahak.
"Iya dok, namanya jelas. Untuk dr. Meta, dokter residen anak di RSUD Soe. Tak mungkinlah salah."

Ha? Ada paket buat saya? Di Soe? Memangnya siapa yang tahu saya sedang ada nun jauh di sini? Pembaca blog saya? Okelah bisa jadi. Tapi siapa yang tahu alamatnya? Kok agak aneh ya.

Karena -sangat- penasaran, saya segera bergegas menuju kantor tata usaha. Benar saja, begitu melihat kehadiran saya, pegawai bagian administrasi langsung menyodorkan sebuah bingkisan berwarna putih, terbungkus plastik transparan berlogo Tiki. Tertulis jelas dengan rapi di sana nama saya. Saya membalik paket tadi untuk melihat nama pengirimnya. Anya Almira, begitu tulisannya. Errrrrr... siapa ya? Anya Almira? Saya yakin engga mengenal orang bernama demikian. Berulang kali mencoba mengingat, tetap saja tidak ada satu pun orang bernama tadi melintas di pikiran.

Apa paket tsb hasil dari online shopping saya ya? Ah kayanya engga deh. Saya engga pernah belanja online dan memakai alamat di sini untuk pengiriman. Saya engga tahu juga alamat penginapan dan bahkan baru tahu Tiki bisa mengirimkan barang ke sini.

Saya timang paket tadi. Siapa tahu ada petunjuk kira-kira barang apa yang terbungkus rapi di dalamnya. Hasilnya nihil. Tidak ada suara, tekstur empuk atau apapun yang membuat saya tambah clueless. Penasaraaaaan!

Setelah mengucapkan terima kasih pada pegawai yang memberikan paket tadi, saya pulang ke rumah. Begitu sampai, pokoknya akan langsung saya buka!

Sesampainya di rumah, saya buka hati-hati paket tadi. Jangan sampai kalau ternyata bukan untuk saya -somehow-, bungkusannya sudah rusak. Sebuah kotak berwarna pink dihiasi pita emas langsung terlihat dililiti bubblewrap.

Saya lepas bubblewrap tadi, dan membuka kotak cantik itu. Sebuah kartu putih bergambar hati pink terletak di dalamnya.So cute! Saya buka kartunya, ya ampuuuun! Dari suami sayaaaaa:))))))) Iya, dari suami yang saat ini sedang berada ratusan ribu kilometer jaraknya dengan saya. -Kok ya sempet-sempetnyaaaa- :')

Di dalam kotak, saya melihat sebentuk kalung dengan liontin yang cute banget. It was a personalised jewellery. Ada saya, suami dan Naya sedang bergandengan tangan, kemudian ada tulisan "Happy Birthday!" di belakangnya. Its uber sweeeeeetttt:')

Barulah saya tahu siapa itu Anya Almira. Dari kartu nama yang ada di belakang kotak, Anya Almira ternyata adalah jewellery designer yang membuat kalung pesanan suami saya hahaha.

What a surprise! Thank you dear, i love you!:*

PS: Masih 2 hari lagi ulang tahun saya. Yaaa anggap saja its an early birthday present ya:p

Tuesday, February 11, 2014

Time Machine

If you had a time machine, what would you do? You may only have one answer.
Saya sedang blogwalking saat menemukan tulisan dengan judul ini. Rupanya sang penulis ingin sekali kembali ke masa lalu dan mengulang masa kanak-kanaknya yang -menurutnya- sangat menyenangkan. Di bawah tulisan ini, terdapat deretan komentar dari sesama blogger yang ikut berandai-andai, apa yang akan mereka lakukan kalau punya mesin waktu.

Ada yang ingin pergi ke masa depan untuk melihat siapa gerangan jodohnya :)))), ada yang ingin pergi ke masa lalu supaya tahu harus menjawab apa saat ujian, ada yang ingin mengulang pesta ulangtahunnya ke-17, sampai ada juga yang ingin pergi ke setiap hari Minggu agar bisa berlibur terus. *pas baca bagian ini saya ngakaaaak:)))))*

Selesai membaca, saya otomatis bertanya pada diri sendiri. "Kalau kamu Met, mau ngapain kalau punya mesin waktu?"

Berpuluh-puluh ide jawaban lewat di kepala saya. Saya ingin kembali ke masa kecil saya, ke saat dimana kekhawatiran terbesar adalah pekerjaan rumah yang belum diselesaikan. Tidak ada stress, tidak ada tekanan apa pun, selain bermain dan bermain.

Saya juga ingin kembali ke waktu saya masih les piano. Saya akan belajar piano dengan serius, dan rajin. Saya menyesal nih, tidak sungguh-sungguh saat les dulu. Coba kalau serius, mungkin Maxim juga lewaaaaaat sama saya:p (Lewat depan rumahnya maksudnya:p)


Saya ingin kembali ke saat pertandingan taekwondo SMP. Pertandingan itu meninggalkan bekas luka yang enggan hilang sampai sekarang di kaki saya, hiks. Kalau saja saya tahu akan tertendang dengan sukses sampai luka, saya engga bakal mau ikut pertandingan itu.

Saya ingin kembali ke saat masih bersahabat dengan orang yang akhirnya menjadi backstabber saya. Seandainya saya tahu kelak dia akan mengkhianati saya, tentu saya tidak akan mau repot-repot menganggapnya sahabat.

Saya juga ingin sekali mengulang masa kuliah yang menyenangkan. Rasanya tanpa beban terlampau berat. Saya bisa ketawa-ketiwi dengan sahabat, siaran hampir seharian penuh, syuting sepuasnya, ngMC sesukanya, menyenangkan!

Di atas segalanya, saya ingin kembali ke saat ayah saya masih ada. Saya ingin lebih sering bersamanya. Saya akan lebih sering mengungkapkan betapa saya menyayanginya. Saya akan lebih menghargai waktu bersamanya. Saya akan terus merawat beliau saat sakit dan pasti akan berada di sampingnya saat beliau akhirnya dipanggil. Sungguh, sampai sekarang saya selalu menyesali hal ini. If only i could turn back time.

Pada akhirnya, coba tebak mana yang akan saya pilih?

Tidak satu pun yang tersebut di atas:)

Saya sadar bahwa hidup saya selama ini adalah proses pembelajaran dan sudah diatur sedemikian rupa oleh Sang Khalik. Kegagalan, kesedihan, penyesalan saya di masa lampaulah yang akhirnya membentuk kepribadian saya sekarang. Bayangkan, seandainya seumur hidup kita selalu merasa senang. Everyone wants happiness, no one wants pain or sadness. But you can not have rainbow without rain.

If you wish for a life without pain, you'll never see the beauty of rainbow after the rain;)

Dalam kitab suci agama saya dikatakan, ".. dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula).." (Al-An'aam:59)

Saya yakin tidak ada satu pun kebetulan yang terjadi di dunia karena semua pasti sudah diatur-Nya. Demikian pula dengan kejadian-kejadian yang membuat saya menyesal, sedih, terluka, semua pasti ada hikmah yang mendewasakan saya saat ini.

I dont need a time machine, i have The Owner of this universe;)

Kabur!

Hari ini diawali dengan kejadian yang kurang mengenakkan buat saya. Pagi buta -subuh sih ya tepatnya-, saya dibangunkan oleh telepon dari UGD. Dokter umum yang berjaga melaporkan kedatangan bayi berusia 4 bulan, mencret sejak semalam. Menurut sang ibu, dalam semalam sudah lebih dari 10 x anaknya mencret. Bayi ini masih mau minum, tapi sebelum berangkat ke UGD sempat muntah 1x. Ibu sang bayi khawatir sekali dan meminta anaknya diinfus. -ps: jangankan di sini, di Surabaya saja masih banyak orang tua yang beranggapan infus=sembuh-

Masalahnya adalah, karena bayi ini gemuk (beratnya hampir 7 kg), pembuluh darahnya sulit sekali terlihat. Menurut dokter jaga, kurang lebih sudah dicoba 30x memasang infus, tusuk sana-sini, namun gagal. Begitu menutup telepon, saya langsung mengganti baju dan setengah berlari ke UGD. Iyaaa, engga pakai mandi dulu.

Mendengar kalau mencretnya sudah lebih dari 10 x sejak semalam, saya berpikir setidaknya bayi ini sudah dehidrasi sedang atau berat. Nyatanya, saat tiba di UGD, saya melihat kondisi bayi yang masih segar. Masih menangis keras, masih banyak pipisnya walaupun memang masih mencret. Setiap kali mencret, ternyata yang keluar hanya sedikit-sedikit, kurang dari satu sendok teh. Ubun-ubunnya tidak cekung, matanya pun tidak cowong. Singkatnya, saya yakin bayi ini tidak dehidrasi.

Saya mengedukasi sang ibu untuk mengobati anaknya terlebih dahulu sebelum diinfus. Saya bilang, "Bu, ini saya kasih obat muntah dulu yaa. Nanti setelah ditetesi obat muntah, diberi minum. Kalau memang nanti muntah lagi, ya saya infus karena takut kurang cairan, Tapi kalau sekarang sih anaknya engga apa-apa bu. Yang penting tidak kurang cairan. Ibu engga perlu khawatir mencret berapa kali pun asal bisa minum ya engga apa-apa. Muntah juga baru sekali kan? Sudah dicoba minum lagi?

"Belum bu dokter. Beta takut dia muntah lagi."

"Kita coba dulu ya. Infusnya tadi sudah bolak/i dicoba sulit sekali terpasangnya. "

"Pokoknya beta mau diinfus saja bu dokter."

Sang ibu masih menangis, bersikukuh bahwa anaknya harus diinfus supaya sembuh. Saya yang tadinya yakin untuk mengobati dulu tanpa infus jadi agak ragu mengingat tingkat edukasi ibu yang rendah. Saya khawatir, si ibu tidak mau memberi anaknya minum karena takut muntah dan justru malah jadi dehidrasi nantinya.

Ya sudahlah, diinfus saja pun tidak ada salahnya. Dengan alat seadanya, saya serta beberapa orang perawat ikut mencoba memasang infus. Benar-benar sulit! Bayi ini meronta-ronta, menendang ke segala arah dengan kuatnya -yang menunjukkan benar-benar bukan dehidrasi:p-. Saya bahkan memanggil rekan saya dokter anestesi untuk membantu, Hasilnya nihil. Kedua tangan dan kaki sudah dicoba habis-habisan tanpa hasil. Hampir dua jam lebih kami berupaya, sampai-sampai berkeringat di tengah udara yang super dingin. Saya memutuskan untuk mencoba memasang infus di kepala tapi ibu tidak setuju dan meminta menunggu bapak sang bayi datang dulu.

Sambil menunggu bapaknya datang, saya meminumkan obat muntah lalu memberikan minum pada sang bayi. Bayi ini melihat minuman yang saya sodorkan dengan berbinar-binar. Tampak sekali kalau dia capek habis menangis dan meronta-ronta. Sebotol air oralit yang saya berikan habis tak bersisa, dan tidak muntah. Lalu bayi ini tertidur dengan tenang:)))))

Saya bilang "Bu, nanti sebentar lagi kalau ibu memang pengin benar-benar diinfus, kami coba lagi ya. Sementara kasihan anaknya tidur dulu, toh sudah ga muntah dan sudah berkurang banyak mencretnya, sambil tunggu bapaknya datang. Jangan khawatir, yang penting engga dehidrasi bu. Saya yakin kok sekarang ini engga kenapa-kenapa. Tapi ya tetap harus diawasi di sini yaa, pasti diopname. Kalau muntah lagi, minumannya tidak bisa masuk atau mencret terus memang harus diinfus secepatnya Bu"

Sang ibu tersenyum senang, bolak-balik mengucapkan terimakasih pada saya. Sepertinya ia lega melihat sang anak enakan. Sembari menunggu, saya kembali ke penginapan untuk mandi. Setelah mandi, saya bergegas kembali ke UGD, siap-siap memasang infus.

Sampai di UGD, saya disambut perawat yang mengatakan "Dok, pasiennya melarikan diri."

HAH?

Jadi rupanya, saat perawat dan dokter jaga sedang hectic mengurusi pasien lain yang terkena serangan jantung, si ibu tadi membawa anaknya yang sudah enakan itu keluar entah kemana dan tak kembali, meninggalkan tagihan alat-alat pemasangan infus (ps: jumlahnya lebih dari 10 set secara susah banget masangnya), plus obat-obatan. Coba tebak siapa yang melunasi tagihan tadi? Yang pasti bukan pemerintah;;) :p

Sejujurnya, saya sempat mangkel berat. Bukaaaan, bukan soal biaya. Saya merasa tidak diberi kesempatan menyelesaikan tugas saya dengan baik. Gemas. Saya khawatir dengan keadaan bayi tadi.  Menurut saya, apapun alasannya, tindakan ibu tadi tidak mencerminkan itikad baik. Kalau memang masalah biaya, dikomunikasikan saja, pasti ada win-win solutionnya kok. Di rumah sakit pemerintah seperti di sini, cukup membawa kartu keluarga, surat keterangan tidak mampu dan KTP, sudah bisa mendapat Jamkesmas kok. Hampir semuanya gratis. Yang penting kan anaknya selamat dulu.

Yah, akhirnya sih saya cuma bisa berdoa semoga saja tidak apa-apa ya, semoga bayi tadi sehat selalu. Amin.

Semakin lama saya bertugas di sini, saya semakin menyadari bahwa PR pemerintah dalam hal pendidikan dan kesehatan sungguh masih sangat banyak. Yah semoga bukan cuma saya -yang bukan siapa-siapa ini- yang menyadari. Seandainya tidak sibuk instagraman atau twitteran, bikin album lagu baru dan launching buku, mungkin yang -jauh- lebih berwenang bisa lebih menyadari hal ini dari saya? #UHUK :)))))

Monday, February 10, 2014

Kompromi

Saat mengetahui saya akan bertugas di Soe, teman-teman saya yang sebelumnya pernah bertugas di tempat ini langsung menyodorkan daftar untuk saya. Daftar yang dioperkan ini berisi nama tempat-tempat yang bisa dijadikan tempat wisata dan juga nama-nama makanan untuk dicoba saat berwisata kuliner. Mulai dari Faatumnasi, Bukit Cinta, Air terjun Oehala, sampai nama makanan seperti Se'i, Bo'se, semua tertulis rapi.

Suami saya pernah juga bertugas di Soe setahun yang lalu sebagai dokter kandungan. Dia hanya tersenyum manis melihat saya memegang daftar tadi. "Ayo, berani taruhan, pasti engga ada satu pun dari tempat dan makanan itu yang kamu datangi dan coba." Ujarnya yakin.
Saya hanya tertawa. We'll see. Masa sudah jauh-jauh engga dicoba sih? Sayang banget!

Eh tapi rupanya suami sudah sangat mengenal saya. You know me so well, dear. too well:p Hampir dua minggu saya bertugas di sini, dan suami saya benar. Tidak ada satu pun nama tempat atau makanan yang sudah saya coret di daftar tadi penanda sudah saya kunjungi atau coba.
Teman-teman dalam tim saya yang sudah. Hampir setiap weekend mereka berjalan-jalan dan berwisata kuliner. Saya? Selalu tinggal di rumah saja. Bersih-bersih, ngeblog, membaca majalah via Scoop atau menonton DVD.

Bukannya apa-apa, saya ingin juga mengetahui tempat wisata di sini sebenarnya. Tapi saya si ratu survey ini sudah bertanya-tanya ke banyak orang. Beberapa tempat wisata yang teman-teman kunjungi memang indah, saya hanya lihat dari fotonya. Benar-benar masih alami. Tapi mendengar perjalanannya yang penuh perjuangan membuat saya kalah sebelum maju perang. Teman saya bercerita bahwa jalanan di sini masih jelek dan berliku-liku. Jalan untuk ke Faatumnasi misalnya, hanya cukup untuk dilintasi satu mobil. Saat musim hujan deras seperti sekarang, jalanannya licin dan rawan longsor. Teman saya yang sudah ke sana bilang ia kapok tidak mau ke sana lagi. Hahaha. Jalanan dari Kupang ke Soe yang menurut ukuran orang sini sudah sangat bagus saja sukses membuat saya muntah-muntah, berkeringat dingin dan bolak-balik berzikir memohon keselamatan kok:p

Soal kuliner, seperti yang pernah saya tulis di sini, saya memang menganggap makan sebagai kebutuhan bukan untuk rekreasi. Di Soe, mayoritas penduduknya beragama Kristen/Katholik, hanya sedikit yang muslim. Jangan heran kalau dimana-mana bisa kita temukan babi yang dimasak beraneka ragam. Saya agak ragu mencoba makanan khas sini karena tidak yakin dengan kehalalannya. Misalnya di rumah makan yang menyediakan Se'i (daging bakar) sapi, ada juga pilihan Se'i babinya. Mendingan engga saja deh. Ada beberapa warung Jawa yang penjualnya muslim, tapi tidak menyediakan menu kuliner khas penduduk NTT. Jadi yaaaa.. lewaaaat! Saya belum pernah mencoba semuanya hahaha.

Kemarin, saya ngobrol-ngobrol dengan teman yang juga sangat mengenal suami saya. Rupanya dia kebingungan karena menurutnya, saya dan suami sungguh berbeda, hampir di semua aspek. Tapi -mengutip persis kata-katanya- yang paling jelas, suami itu tipe petualang sementara saya bukan petualang sama sekali. Kok bisa sih?

Entahlah, mungkin benar saya memang bukan orang yang adventurer. Kalau kata suami, saya itu tipe "cari aman". Bisa jadi;) Mungkin karena saya orangnya pemikir, saya tidak bisa melakukan hal yang spontan. Segala hal pasti saya pikirkan benar positif-negatifnya. Kalau memang lebih banyak negatifnya, ya sudah, tidak akan saya lakukan.

Hal ini berbeda 180 derajat dengan suami. Suami saya sangat berjiwa adventurous. Sebagai anak pecinta alam saat kuliah dulu, hobinya memang hiking, diving, parasailing atau apalah yang mengerikan buat saya. Saya pernah bilang ke suami, seandainya saya dibayar 10 juta pun untuk parasailing, saya engga bakal mau. Terimakasih:p Sementara, suami saya justru sebaliknya. Dia rela membayar 10 juta untuk bisa ber-parasailing. Beda banget kan ya?:)))

Suami juga sering membuat jantung saya tidak karuan hanya karena tetiba dia mengajak pergi ke luar kota. Tanpa rencana sebelumnya. Menurutnya hal seperti ini asyik dan membuat hidup lebih hidup.Buat saya si well-organized, well-planned, well-thought-out ini, apa yang dilakukan suami tidak ada asyiknya sama sekali dan hanya membuat migren saya kambuh.

Lalu teman saya bilang "Kamu kok engga asyik banget sih, Met? Hidupmu engga hidup sama sekali." Begitu katanya.

Menurut saya, "asyik" itu relatif, berbeda definisinya bagi setiap orang. Mungkin saja kegiatan seperti hiking, diving, parasailing itu mengasyikkan buat sebagian orang, tapi bisa jadi tidak menarik buat sebagian yang lain. Bisa saja membaca atau menulis itu kegiatan paling membosankan buat orang tertentu, tapi tidak menutup kemungkinan ada yang menganggap kegiatan tsb menyenangkan.
Kalau pengertian "asyik" sama, engga kebayang deh. Pihak penyedia kegiatan petualang alam pasti laris manis dong ya, full-booked setiap saat. Atau bisa saja perpustakaan di seluruh Indonesia penuh.

Buat saya yang engga terlalu menyukai kegiatan outdoor, saya bisa juga kok menikmati dunia lewat membaca dan menulis. Bahkan, saya merasa hidup saya lebih hidup dengan kegiatan yang mungkin buat banyak orang membosankan itu:p Saya juga menganggap siaran atau syuting mengasyikkan. Kalau saya "dipaksa" bertualang, saya yakin saya bukannya merasa hidup lebih hidup, tapi justru tersiksa:p

Alhamdulillah suami saya pun mengerti. Saya engga pernah memaksa suami membaca atau menulis. Percaya engga, dia belum pernah membaca buku saya lho. Jangankan buku deh, blog saya saja engga pernah-_______-" Bahkan pernah ya, dia disapa sejawatnya yang baru membaca tulisan saya di blog. Dia engga mengerti sama sekali sampai menelpon saya untuk menceritakan apa yang saya tulis. -__-"
Sebaliknya, suami saya juga engga pernah memaksa saya mengikutinya berolahraga jantung itu. 

Kami sama-sama menghargai pilihan dan definisi "asyik" masing-masing. Bukankah kunci dari pernikahan itu adalah kompromi?;)





Sunday, February 9, 2014

Buat Kakak Aya


Assalamualaikum Wr Wb,

Halo kakak Aya anak solehahnya mama yang paling cantik dan pintar sedunia!
Apa kabar? Kakak Aya sehat kan? Kata utie, kakak pintar sekali ya makannya? Kemarin utie cerita ke mama kalau kakak makannya banyak. Minta roti, rawon, soto, kentang goreng sampai alpukat, dan semuanya dihabiskan. Wah, thats my girl! Itu baru anak mama! Memang harus begitu kak, supaya tetap sehat. Tapi, kok utie bilang kakak juga suka minta kerupuk sama teh kotak? Kakak engga lupa sama yang sering mama omongin kan? Boleh-boleh aja, tapi jangan banyak-banyak. Nanti batuk lagi kan repot.

Kakak Aya sayang,
Mama sekarang masih ada di Soe. Itu lho, tempat yang waktu itu mama ceritain ke kakak. Yang jauuuuuh sekali. Inget? Kan kakak Aya yang anterin mama ke bandara pas mau berangkat. Mama inget kakak nangis teriak-teriak minta ikut mama. Maaf ya nak, mama engga bisa ngajak kakak ke sini biarpun mama mauuuuuuu banget. Soalnya di sini banyak nyamuk jahat, namanya malaria. Kalau kakak digigit nyamuk ini nanti kakak bisa sakit. Terus, di sini juga susah air bersih. Buat mandi aja mama harus beli air lho! Selain itu, jalan ke sini jauuuuh banget kak, berkelok-kelok. Mama aja ampai muntah-muntah pas dateng. Kan kasian kakak nanti kalau ikut mama. Kakak engga marah sama mama kan? Mama janji deh, nanti abis mama pulang dari sini, kita jalan-jalan berdua aja sepuasnya ya! Janji!

Di sini banyak anjing kak. Kalau kita jalan, pasti di kiri kanan ada anjing. Tapi, engga ada kelinci yang kakak suka. Kata papa, minggu lalu kakak dibeliin papa kelinci ya? Wahhh kakak pasti seneng. Mbak Lastri bilang kelincinya suka diuwel-uwel terus ditarik-tarik telinganya sama kakak ya? Kasian kak, jangan dong. Nanti kelincinya sedih, kan sakit kalau ditarik-tarik. Mendingan kakak ajak main sama dikasih makan aja. Oh ya, masa nama kelincinya Noyolo sih? Biar mirip sama Nayara? Terus kalau nanti mama pulang, mau manggil kakak sama kelinci jadinya tinggal teriak " Nayaaa, Noyoooo!' gitu?:)))

Kakak Aya sayang,
Mama kangeeeeeeeeen sekali sama kakak. Setiap hari pasti minimal 3-4x nelepon rumah buat nanyain gimana kakak ke mbak Lastri, mbak Siti atau utie. Mama tuh sebenernya pengin dengerin suaranya kakak. Tapi, kakak engga pernah mau jawab teleponnya mama sih. Engga apa-apa kak, kadang-kadang mama nyuruh utie ngajak ngobrol kakak pas mama telepon biar mama bisa dengerin suara kakak. Kakak Aya tambah pinter ngomong ya, mama suka ketawa sendiri dengerin kakak ngobrol sama utie. Mama tau lho kakak Aya sering ngerayu utie nyalain tv di kamar mama. Hayooooo.. Engga boleh sering-sering ya nak! Mama juga tau kakak Aya sekarang lagi suka nyanyi lagu "Pergi ke Bulan". Pasti diajarin sama utie ya?

Kemarin mama pergi ke kota sama om Faisal dan om Yusuf. Di sana mama lihat ada stiker tweety kesukaannya kakak. Di Surabaya kan susah banget ya kak nyarinya. Makanya mama langsung belikan 3 buat kakak! Mama juga beli puzzle gambar Mickey Mouse sama Ariel the Mermaid. Nanti kita mainin sama-sama kalau mama udah pulang ya.

Pasien mama di sini banyak kak. Biasanya karena mencret, batuk pilek. Tapi bukan karena kebanyakan teh kotak sama kerupuk. Memang karena air bersih jarang, jadi kebersihannya kurang. Masa ya kak, ada pasien mama belum mandi sejak sebulan. Kasian kak, bajunya kotooor, badannya apalagi. Bau banget. Akhirnya ya itu, mencret bolak-balik. Ada juga yang engga pernah minum susu. Cuma minum air santan aja. Itu lho kak, yang suka dimasak mbak Siti kalau bikinin kakak soto. Padahal kan rasanya ga enak. Makan juga engga kaya kakak Aya yang bisa minta segala macem. Pasien mama di sini engga bisa pilih mau makan apa kaya kakak. Engga bisa milih minta soto, rawon, sate atau ayam KFC. Karena mama papanya engga punya uang, makannya ya itu-itu aja. Bose, dibuat dari jagung gitu atau bubur yang cairrrr banget, lebih banyak air daripada berasnya.

Makanya kakak Aya harus banyak bersyukur. Alhamdulillah, kakak Aya masih bisa minta makan apaaa aja. -Tapi kalau kerupuk sama teh kotak engga banyak-banyak ya!-. Besok-besok kalau kakak Aya engga mau ngabisin makannya kakak, inget cerita mama ini deh. Ada lho temen kakak yang mau makan aja susah padahal udah kelaparan. Kakak Aya sih enak, kalau lapar, makanan udah dimasakin mbak Siti, anget pula, tinggal buka mulut aja. Makanan yang engga kakak abisin itu pasti udah mewah banget buat anak-anak di sini.

Kakak Aya sekarang minum susu juga masih bisa. Tinggal minta aja langsung mama beliin. Di sini susah lho kak. Apalagi mandi. Kalau kakak Aya nangis-nangis engga mau mandi coba inget cerita mama ini lagi. Ada lho temen kakak Aya yang mau mandi aja susah banget karena engga ada air bersih. Kakak Aya tinggal masuk ke kamar mandi, air bersih udah ada di bak, kok pake nangis-nangis segala?

 Kakak Aya,
Mama tau kakak Aya pasti sedih engga ada mama sama papa di rumah. Mama di Soe, papa di Austria. Tapi kan ada utie, ada mbak Lastri sama mbak Siti juga di rumah. Baik-baik ya nak. Makan yang banyak, yang pinter, nurut sama utie.

Jangan kelamaan marah sama mamanya ya sayang. Mama pergi ke sini, ninggalin kakak sebulan tuh bukan karena mama engga sayang kakak. Mama sayang sekali sama kakak. Tapi kasian anak-anak di sini kalau engga ada mama, engga ada dokternya. Kakak Aya pernah ngerasain sakit kan waktu mau tumbuh gigi itu? Engga enak banget kan? Anak-anak di sini juga kalau sakit pasti ngerasa engga enak kayak gitu. Tapi mamanya anak-anak itu bukan dokter, kayak mamanya kakak, jadi engga bisa ngobatin sendiri. Makanya mama yang harus bantuin.  Begitu tugas mama selesai di sini, pasti mama langsung pulang buat main sama kakak. Nanti kakak Aya yang jemput mama di bandara sama utie ya?

Baik-baik ya sayang!
I love you:*

Wassalamualaikum Wr. Wb.,
Mama

Saturday, February 8, 2014

Kontra Jawa Pos for Her

Berhubung saya lagi berada nun jauh di sana yang tidak ada Jawa Pos, saya engga tahu kalau ada tampang saya nongol lagi di Jawa Pos for Her edisi tanggal 6 Februari 2014 kemarin. Terimakasih @akustiqa yang sudah ngasih tahu lewat twitter;)

Btw, pertanyaannya waktu itu: Setuju engga Angel Lelga nyaleg?:))))


Friday, February 7, 2014

Hi There, Stilo!

Tulisan ini dibuat dalam rangka ikutan Surat Untuk Stiletto.


Hi Stilo!
Maafkan baru bisa ikut menulis surat untukmu sekarang ya, very last minutes. Harap maklum, saya sedang berada nun jauh di sana:)))

Saya ingin mengawali surat ini dengan mengingat kisah perkenalan kita untuk yang pertama kalinya. Jujur, sebelumnya saya engga tahu Stilo sama sekali. Mendengar namamu pun belum pernah. Sampai suatu saat, teman saya meretweet salah satu tweetmu yang sedang mempromosikan buku A Cup Of Tea for Writer.

Saat membaca judul tersebut, saya tertarik karena saya memang menyukai buku-buku populer inspiratif. Saya langsung mencari buku itu di toko buku dan menamatkan membacanya hanya dalam waktu singkat. Entah bagaimana, saya merasa jatuh cinta pada "pembacaan" pertama *halah* dan bertekad untuk mengirimkan naskah saya padamu. Sebagai seorang perempuan yang ingin sekali berbagi memberikan inspirasi bagi perempuan lain, saya merasa satu visi dan misi denganmu;)

Saya masih ingat ketika mengirimkan outline naskah pertama kali padamu. Saat itu, saya mengetik email di tablet sambil menggendong Naya di sela-sela mengerjakan tugas ilmiah saya. Mommy power banget kan ya?:p

Sebulan kemudian, saya mendapat balasan email darimu yang meminta saya mengirim hardcopy naskah 30 halaman pertama. Wah senang sekali rasanya! Lebih senang lagi ketika beberapa saat setelahnya saya tahu kalau Stilo bersedia menerbitkan naskah saya. YAY!

Proses penerbitan buku "Dont Worry to be a Mommy!" berlangsung sangat cepat dibanding buku saya sebelumnya. Tambahan atau revisi yang harus saya buat tidak terlalu banyak. Mbak Dewi sebagai kepala suku -:p- benar-benar sangat membantu dan mengerti keterbatasan saya sebagai penulis -terutama keterbatasan waktu. Huhuhu maafkan ya mbak!-. Selama ini memang kita hanya berkomunikasi lewat email atau BBM tapi Alhamdulillah tidak ada hambatan yang berarti. Saya sih yakin, hubungan yang berjalan lancar tuh artinya memang jodoh:p

Sungguh, saya merasa sangat beruntung mendapatkan kesempatan menjadi bagian dari keluarga besarmu, dear Stilo. Saya merasa dimanjakan banget deh olehmu, hahaha. Mulai dari proses pembuatan buku sampai promosi didukung penuh olehmu. Sesungguhnya perasaan nyaman yang saya rasakan denganmu ini priceless. Terimakasih banyak yaaa penerbit nomor satu di hati saya;)
Semoga kerja sama kita akan terus berlanjut, dan di usia yang ke-3 ini, Stiletto Book akan selalu dapat menginspirasi perempuan Indonesia. Happy Birthday, Stilo!

Love,
Meta

Sorry

Saya hampir tidak pernah meninggalkan Naya lebih dari 3 hari. Saat tugas luar di Balung, Jember, saya memboyong Naya ikut. Sewaktu tugas yang kedua kalinya, saya sering sekali ijin untuk pulang-pergi Surabaya-Jember agar tidak terlampau lama jauh dari Naya. Sepertinya, baru kali ini saya (terpaksa) berjauhan dengan Naya lebih dari 3 hari:(

Saya kangen sekali. Kangen bau asemnya, kangen bawelnya, kangen lagu-lagu ciptaannya, kangen cerita-cerita yang dikarangnya, kangen genitnya, kangen protesnya, kangen semua pertanyaannya yang selalu kesulitan saya jawab, kangen ciumannya di pagi hari yang selalu membangunkan saya, kangen rewelnya kalau mengantuk, kangen sok tahunya, kangen celotehnya yang seperti orang tua, kangen tarian ciptaannya, kangen omelannya setiap saya tidak rapi:p, kangen semuanya! Saya kangen Naya!

Setiap kali ke kota untuk membeli amunisi dapur, saya selalu menyempatkan diri membeli pernak-pernik untuk Naya. Puzzle, stiker, krayon, apa saja. Padahal saya yakin di Surabaya pasti lebih banyak pilihannya:p Setiap hari, lebih dari sepuluh kali saya mengulang melihat video Naya. Setiap saat bertemu dengan pasien, apalagi yang seumuran Naya, saya selalu terbayang wajah usil si anak gadis. Bahkan, saya bolak-balik seperti mendengar suara Naya memanggil saya. Hahahaha, sampai halusinasi:))))

Sedihnya, Naya tidak pernah mau menjawab telepon dari saya sejak hari pertama:(
Saat saya telepon, Naya selalu berteriak "Engga mau ngomong sama mamaaaaaa!"dan menolak menerima telepon saya. Saya sedih sekali. Patah hati. Saya tahu Naya masih ngambek karena tidak mengabulkan keinginannya ikut bersama saya. Jadilah hampir setiap saat saya "meneror" mama yang menjaga Naya untuk mengirimkan foto-foto Naya lewat Whatsapp.

Hampir setiap saat di sini, saya merasa sangat bersalah. Saya sedih karena tidak sampai hati meninggalkan Naya begitu lama. Tapi saya juga merasa lega tidak membawa Naya begitu ingat keadaan di sini yang begitu tidak mendukung. Sulit air bersih, jalanan yang luar biasa memabukkan, sering mati lampu, banyak nyamuk malaria, jauh dari mana-mana, angin puting beliung, cuaca dingin dsb dsb dsb. Saya juga kepikiran banget, kenapa ya Naya engga mau ngomong sama saya. Segitu marahnyakah?:(

Kemarin, akhirnya saya mendapat jawabannya. Suami saya bercerita, Naya menangis keras saat mendengar lagu kesukaannya yang sering saya nyanyikan untuknya. Naya selalu berlari kencang setiap mendengar bunyi mobil di halaman rumah kami dan rewel bukan kepalang setelah melihat bukan saya yang keluar dari mobil. Naya menangis setiap mendengar suara tukang roti langganan saya lewat di depan rumah kami. Naya menangis setiap pagi saat mengetuk pintu kamar untuk membangunkan saya dan tidak menemukan saya menyambutnya di balik pintu.

Bukan, bukan marah atau ngambek seperti yang selama ini saya kira. Naya tidak ingin berbicara dengan saya karena setiap dia mengingat saya sedang tidak bersamanya, dia akan merasa sedih:'(

Maaf ya nak:"(
Im sorry that i could not be beside you all the time. Trust me, you're always in my heart wherever i go.


Thursday, February 6, 2014

A Note From East Indonesia;)

Hari ini adalah hari ke-10 saya di Soe. Saya sudah mulai terbiasa menyalakan kompor minyak tanah setiap hari -hahaha, prestasiiii!;p-, sudah terbiasa juga melihat anjing liar berkeliaran dimana-mana.
Untuk pasien yang datang, saya sudah terbiasa kedatangan pasien gizi buruk.

Kemarin saya kedatangan pasien berusia hampir 2 tahun. Berat badannya "hanya" 5 kg, sementara berat waktu lahir 3,5 kg. Anak ini hanya dapat minum air teh dan air santan sejak lahir. Ayahnya seorang guru SD-yang sebenarnya saya harapkan lebih teredukasi-, sementara ibunya ibu rumah tangga. Sewaktu saya tanya kenapa tidak pernah diberi susu, sang ayah menjawab karena setiap minum susu, anaknya selalu diare. ASI ibu menurut ayah, tidak keluar sejak lahir. Anak ini lemah sekali. Tulang-tulang iganya terlihat jelas terbungkus kulit, mata cowong, dan bahkan tidak bisa menangis, entah sejak kapan. Sewaktu perawat memasang infus, anak ini tidak bereaksi sama sekali saking lemahnya.

Keesokan harinya, saya kedatangan lagi pasien gizi buruk. Usianya sudah 11 tahun, beratnya "hanya" 10 kg saja. Sama seperti pasien sebelumnya, anak ini pun tidak pernah mendapat susu, baik ASI atau formula karena tidak mampu. Jadi selain air teh, air gula, air santan, anak ini hanya mendapat air putih seumur hidup. Sungguh miris hati ini melihatnya.

Selain itu, penyakit yang paling sering membawa anak di Soe datang ke rumah sakit adalah diare. Kesadaran menjaga kebersihan personal atau  lingkungan di daerah ini menurut saya masih  sangat rendah. Jangan heran, saya hampir tidak pernah melihat pasien anak yang kukunya tidak hitam dan kotor. Jangan kaget juga kalau mendengar terakhir kali mereka mandi adalah sudah sebulan yang lalu atau lebih.  Selain karena dingin, air bersih juga masih langka di sini.

Saya pernah kedatangan pasien berusia 6 bulan dengan diare, anggap saja namanya Alfonso. -PS: oh ya, nama orang di sini keren-keren macam di telenovela lho! Mungkin karena masih ada hubungan dengan Portugis ya;)- Menurut ibu, anaknya ini sering sekali diare. Setelah saya selidiki, ternyata Alfonso sejak lahir hanya punya satu botol susu dengan satu dot. Tidak pernah direbus, boro-boro disteril. Setiap pagi, hanya disiram air panas. Satu kali saja setiap hari. Saat saya lihat, dotnya penuh jamur, dengan banyak bintik-bintik hitam di sekitarnya. Beberapa hari opname, akhirnya Alfonso sembuh, sudah tidak diare lagi. Saya mengedukasi orangtua untuk membeli dot baru, setidaknya 6 botol. Atau lebih baik lagi tidak usah pakai botol dan dot, dari gelas saja. Saya minta perawat untuk mendampingi saya menerangkan edukasi ke orangtua dengan bahasa daerah agar lebih gampang dimengerti. Apa yang terjadi? Hanya satu hari setelah dipulangkan, Alfonso sudah kembali opname karena diare. Dan coba tebak, dotnya masih satu itu, yang penuh dengan jamur dan noda hitam di permukaannya-___________-"

Saya pun masih sering melihat bayi yang dipanggang. Mungkin aneh ya menurut kita, tapi ternyata kebiasaan ini memang sudah sangat membudaya. Kemarin, ada bayi berusia 1 minggu yang datang kontrol ke rumah sakit setelah lahir. Berat lahirnya 1,7 kg. Saat ditimbang, beratnya turun jadi 1,2 kg. Saya yakin karena dehidrasi. Bau asap tercium dari tubuhnya. Saat saya balik, tampak kulit punggungnya seperti luka bakar. Sedih ya:( Ibunya bilang, agar bayi ini tidak meninggal karena kedinginan, ia dibakar di atas bara api. Dan ternyata, dari cerita yang saya dengar, rupanya kebiasaan panggang memanggang ini tidak hanya diperuntukkan bayi tapi juga ibu hamil. Ada budaya yang serupa untuk ibu hamil, yaitu dipanggang di atas bara api agar roh jahat yang dapat menempel di bayi dalam kandungan pergi. Saya sampai merinding mendengarnya.

Ada lagi bayi lain yang kontrol saat usia 2 minggu. Berat lahirnya 3 kg, tapi saat kontrol turun menjadi 2,1 kg. Bayi tampak kuning seluruh tubuh. Saya tidak bisa memeriksa kadar bilirubinnya karena tidak ada alat di sini, tapi kalau melihat dari kuningnya, saya yakin kadar bilirubin total pasti diatas 20 mg/dl.
Saya: "Ibu, kenapa bayinya turun berat banyak sekali?"
Ibu: "Sonde tahu, bu dokter." (Tidak tahu, bu dokter.)
Saya: "Karmana minum ASI-nya? Banyak?" (Bagaimana minumnya? Banyak?)
Ibu: "Ho'e. Pintar sekali." (Iya, pintar sekali)
Saya: "Sehari menetek berapa kali?"
Ibu: "Banyak bu dokter."
Saya: "Berapa kali?"
Ibu: "Bisa sampai 2 atau 3 kali."
Saya: -____________________________________-"
FYI, seharusnya newborn minum 2-3 jam sekali setidaknya;)

Soe, Nusa Tenggara Timur ini masih merupakan wilayah Indonesia. Perjalanan dari kota besar di pulau Jawa pun tidak memakan waktu sampai berhari-hari. Cukup 2 jam dengan pesawat terbang, dilanjutkan kurang lebih 3 jam dengan mobil. Transportasi masih bisa didapatkan dengan mudah. Kenyataannya, pendidikan dan kesehatan penduduk di sini sangat jauuuuuuuuuhhhhhh tertinggal dibanding di pulau Jawa. Di Surabaya pun saya masih sering menemukan anak dengan gizi buruk, memang. Tapi, karena pelayanan dan fasilitas kesehatan yang memadai, banyak pula kasus anak gizi buruk yang dapat ditangani.Di sini?:(

Saya memang hanya sebulan bertugas di sini. Tapi saya sangat berharap setidaknya kehadiran saya dapat memberikan sedikit pencerahan dan manfaat bagi masyarakat sini. Semoga. Doakan ya!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...