Wednesday, December 31, 2014

Renungan Akhir Tahun

Belakangan ini ibu pertiwi kembali dirundung duka. Setelah tanah longsor di Banjarnegara, banjir, pasar Klewer yang terbakar, beberapa hari lalu pesawat dari salah satu maskapai yang terkenal dengan keamanannya dinyatakan "menghilang". Kurang dari 72 jam setelahnya, tim pencarian berhasil menemukan serpihan pesawat dan jenazah yang mengapung di wilayah selat Karimata.

Jujur, saya tidak pernah menonton televisi lokal, termasuk acara berita. Tetapi saya tetap berusaha terus update dari membaca kabar yang beredar di linimasa. Walaupun begitu, karena saya sungguh penasaran mengikuti perkembangan, akhirnya saya pun mulai menyalakan televisi lokal yang meliput berita ini. Its heartbreaking to see their families in such grief. Tanpa terasa, saya pun ikut menangis menyaksikan foto-foto relasi yang histeris menunggu kepastian anggota keluarganya. Tampak jelas duka yang mendalam tergambar di wajah masing-masing. Bingung menunggu ketidakpastian, ditambah "harapan palsu" yang berasal dari berita hoax mengenai telah ditemukannya pesawat tsb dengan semua penumpang yang selamat. Saya benar-benar engga habis pikir. Di sela bencana seperti ini kok ya adaaaaaa manusia yang begitu teganya menyebarkan kabar palsu entah apa maksudnya. Buat saya sih, ini jelas menunjukkan kurangnya kadar empati kepada sesama.

Ada pula yang "sempat-sempatnya" menggunakan musibah ini sebagai bahan candaan, dan yang lebih parah lagi, mendoakan keburukan para penumpang pesawat tersebut. Ya Allah, how come?

Saya memang tidak mengenal secara personal satu pun penumpang Air Asia QZ8501. Tapi sebagai manusia, saya merasa ikut bersedih mendengarnya.

Hari ini mereka yang mendapat musibah. Besok, lusa atau entah kapan bisa saja kita yang ada di posisi mereka. Atau anak kita. Atau orangtua kita. Atau keluarga kita.

Sungguh ini kembali mengingatkan saya bahwa umur, sama halnya dengan rejeki dan jodoh adalah benar-benar rahasia Allah Swt. Tidak ada yang tahu, tidak ada yang bisa mengubah. Entah berakhir di mana hidup kita, di laut lepas, di udara tinggi, di tempat tidur, di rumah sakit, di masjid, di tempat dugem, sungguh hanya Allah yang Maha Mengetahui.

Saya pun diingatkan bahwa sesungguhnya tidak ada yang kita miliki sebenarnya. Tidak anak kita, tidak orangtua, tidak suami/istri, tidak juga satu pun. Karena kita bukan milik mereka, dan mereka pun bukan milik kita. Hanya Allah Swt yang kita miliki.

Saya turut berbelasungkawa yang sedalam-dalamnya untuk semua penumpang dan staf Air Asia QZ8501. Semoga diampuni semua kesalahannya, dan diberikan tempat terbaik.Amiiiin yra.

Monday, December 22, 2014

Review 2014

Benar-benar engga terasa ya dalam hitungan hari, tahun 2014 akan terlewati dan digantikan tahun 2015. Buat saya, tahun 2014 ini benar-benar roller coaster, deh!  There are so many ups and downs.

Masih ingat resolusi 2014 saya? Alhamdulillah, saya merasa berhasil menjalani hidup dengan lebih positif tahun ini. Saya sudah tidak pernah melihat infotainment, tidak membaca tabloid gosip, juga  meng-unfollow akun instagram atau twitter beberapa seleb yang sering dihujat oleh haters. Saya membiasakan positive thinking, saya berusaha memulai setiap hari dengan positive attitude. I believe that positive attitude will bring you a positive life!:D

Saya memulai tahun 2014 dengan sakit. Alhamdulillah tidak sampai harus masuk rumah sakit, tapi saya ingat betul rasanya menderita karena panas tinggi dan paranoid ketakutan terkena dengue lagi:p
Di saat yang sama, saya mendapat pencerahan untuk move on dan melupakan seseorang yang sukses benar membuat saya sakit hati selama ini. Saya percaya, move on-nya saya ini merupakan awal yang sangat baik untuk hidup yang lebih positif:D

Entah ada hubungannya atau tidak dengan usaha saya untuk hidup positif,  saya merasa mendapat banyak rejeki tahun ini. Rejeki engga selalu berbentuk materi kan ya?:D Buku saya, "Dont Worry to be A Mommy!" tahun ini banyak diresensi oleh berbagai media seperti Tabloid Mom and Kiddie , Good Housekeeping Indonesia , Family Guide, sampai Tabloid Nakita. Saya juga mendapat pengalaman dipercaya sebagai model cover majalah Dokter Kita. Alhamdulillah.
Oh ya, ngomongin soal media, tahun ini pula saya dipercaya Jawa Pos for Her dan Jawa Pos untuk ditulis sebagai artikel. Thank you, Jawa Pos! Selain itu, per tahun ini, saya pun diberi kesempatan oleh Detik.com menjadi konsultan kesehatan di DetikHealth. Menyenangkan sekali lho! Saya bahkan diberi kesempatan ditampilkan menjadi satu artikel sendiri:))) Terimakasih yaaa Detik.com!


Tahun ini pula saya berhasil menyelesaikan thesis alias penelitian karya akhir dengan nilai memuaskan -buat saya- setelah menguras tenaga, emosi, peluh, darah dan air mata *lebay* selama setahun lebih.
Keliatan stress engga?:p Mana acak-acakan pula lagi ga ada ART dan nanny:)))

Masih soal pekerjaan, di awal tahun 2014 saya dipercaya bertugas di Soe, salah satu kabupaten di NTT. Walaupun harus berjauhan dengan keluarga -sampai Naya ngambek dan mogok ngomong sama emaknya hiks-, banyak sekali pelajaran yang saya ambil dari pengalaman tersebut. Betapa saya harus sangat bersyukur dengan hidup saya dan bukannya selalu membandingkan dengan mereka yang berada di atas.

Tahun 2014 adalah tahun pertama kami merayakan ulangtahun Naya. Alhamdulillah, benar-benar rejeki buat kami karena venue yang kami pilih ternyata mau tutup sehingga harga yang kami bayar jauh di bawah rerata. Alhamdulillah pula, acaranya berlangsung meriah.

Seperti yang saya tulis di atas, tahun ini benar-benar roller coaster buat saya. Saya mengetahui ada apa dengan Naya tepat setelah Naya berulangtahun ke-3. Sepertinya, inilah highlight of the year untuk saya:D
Knowing to be a parent to gifted child:D

Syukurlah, saya dapat mengetahui sejak dini karena dengan demikian saya dapat segera merencanakan segalanya untuk Naya. Setengah mati mencari sekolah, alhamdulillah lagi-lagi kami mendapat rejeki karena ada sekolah yang mau dan bisa menerima Naya di kelas yang lebih tinggi dari seharusnya. Walaupun begitu, tetap saja saya merasakan naik turunnya emosi dengan sangat cepat karena ternyata banyak juga masalah yang dialami Naya di sekolah. Saya harus bolak/i menghadap psikolog, dokter tumbuh kembang sampai kepala sekolah dan guru Naya untuk berkonsultasi. Kalau dihitung-hitung, mungkin tahun ini saya sering sekali merasa deg-degan, sedih, kesal, gembira, takut dan khawatir. Semua emosi tadi digabung menjadi satu deh:D Alhamdulillah, sepertinya saat ini Naya sudah bisa beradaptasi dan bersosialisasi dengan baik.

Masih soal Naya, saya bersyukur tahun ini bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama Naya. Bukan sekadar jalan-jalan ke mall -:p-, tapi beraktivitas positif sekaligus menstimulasi Naya untuk #PlayAndLearn. Ini juga menjadi salah satu bentuk rejeki lain saya. Pluuuus, karena sering menghabiskan waktu dengan Naya, menginspirasi saya menulis buku terbaru yang inshaAllah akan terbit awal tahun depan:D

Rejeki lain datang saat lebaran tiba. Alhamdulillah, setelah sekian lama -hampir sewindu cyiiin!- jadi anak hilang, saya dan keluarga bisa merayakan lebaran bersama keluarga saya di Bandung. Senang sekali rasanya bisa sungkem pada mama dan shalat Ied bersama:D Kami juga memanfaatkan moment pulang kampung ini untuk berlibur. Senang sekali, Alhamdulillaaaaaah:D

Selain pada saat lebaran, saya dan Naya juga sempat berkunjung ke Semarang untuk menghadiri acara keluarga. Senang! Biasanya sih boro-boro, dengan jadwal saya yang ketat acara keluarga model apa pun tidak bisa dijadikan alasan untuk ijin. Lain ceritanya dengan tahun ini:D

Seperti tahun lalu, tahun ini pun saya masih dipercaya menjadi pembicara di acara Speak Up yang diadakan mahasiswa FK Unair Surabaya. Bedanya dengan tahun kemarin, tahun ini saya mengajak Naya yang entah bagaimana ceritanya setelah menyaksikan saya berbicara di depan audiens, jadi terlihat lebih percaya diri berbicara dengan orang lain, Alhamdulillah.

Tahun ini pula, kami sekeluarga pindah rumah ke tempat baru. Walaupun banyak kekurangan di sana-sini, tapi rumah ini sangat nyaman untuk kami, syukurlah:)

Tahun ini ditutup dengan musibah dan ujian sangat berat untuk saya dan keluarga. Keponakan saya tetiba tidak sadar tanpa keluhan apapun sebelumnya. Tidak panas, tidak diare, tidak kejang, tidak sakit apapun. Bahkan beberapa jam sebelumnya masih tertawa-tawa saat dibawa berjalan-jalan. Kakak kandung saya menikah cukup lama sebelum mempunyai anak yang saat ini berusia 6 bulan itu. Tentu semua menjadi shocked dan sedih. Sampai dengan sekarang saat saya menulis postingan ini, keponakan saya masih tidak sadar, terpasang pipa selang napas di parunya dan harus dibantu dengan mesin untuk life-supportnya karena belum kuat bernapas sendiri. Di rumah sakit, saya menghadapi banyak sekali pasien dengan kasus yang sama. Sepertinya memang lagi musim ya, -Ingatkan saya menulis soal penyakit ini ya kelak!- tetapi rasanya sungguh sangat berbeda apabila "pasien" nya adalah keponakan sendiri yang selama ini sudah saya anggap anak saya sendiri.

Memang masih ada beberapa hari lagi sebelum tahun 2014 resmi berakhir. Saya berharap semoga keluarga kami mendapat rejeki dengan sembuhnya keponakan saya sesempurna mungkin. Well, semoga.

Secara garis besar, saya bisa menyimpulkan bahwa tahun 2014 ini benar-benar menguras emosi saya, as a person and a mother. Alhamdulillah banyak sekali rejeki yang saya dapat tahun ini, walaupun ada juga ujian dan musibah. Words to describe 2014= Roller coaster! :D

Saya percaya, everything happens for a reason. Termasuk rejeki yang diberikan Allah pada saya dan juga musibahNya. Dengan memberikan rejeki, Allah ingin mengingatkan saya untuk bersyukur dan bersedekah karena di balik rejekiNya, ada hak orang lain juga. Dengan memberikan musibah,Allah ingin melatih saya untuk lebih sabar dan mengingatkan saya lebih mendekatkan diri padaNya. Terima kasih, ya Allah, terima kasih 2014!

Sunday, December 21, 2014

Children See Children Do

Cukup lama juga ya saya engga mengupdate blog. *lap debu*
Harap maklum, saya memang sedang disibukkan oleh banyak hal nih. Selain saya sendiri akan menghadapi ujian dalam waktu -sangat- dekat *freaking out*, Naya libur sekolah sangat panjang dan menempel terus pada sang emak, saya juga masih harus mengurus printilan pasca pindah rumah yang entah kapan selesainya-_-"

Oh ya, terima kasih banyak atas doa dan perhatian untuk keponakan saya. Sampai saat ini, keponakan saya masih belum sadar dan masih harus menggunakan mesin untuk membantu napasnya. Ini merupakan ujian yang sangat berat untuk keluarga kami. Setelah 2 minggu dirawat, belum ada perbaikan yang sigifikan sehingga -seperti yang pernah saya tulis sebelumnya- doa maupun pikiran positif masih sangat dibutuhkan. Please, send your prayers and positive thoughts to him owkay:D

Anyway, beberapa waktu yang lalu Naya ikut pentas balet yang diadakan di Empire Palace, Surabaya. Biaya yang kami keluarkan untuk membayar seragam sampai membeli tiket masuk untuk menonton tidaklah sedikit. Wajar saja sih, acaranya kan diadakan di gedung yang wah. Untuk event yang diadakan setahun sekali, saya tidak keberatan sama sekali.

Dari awal, para orangtua telah diingatkan bahwa tidak diperkenankan untuk mengambil gambar atau foto dalam bentuk apapun. Kamera SLR/kamera saku/handphone/tablet/smartphone/video recorder, tidak diperbolehkan. Lagi-lagi, menurut saya peraturan seperti ini sangat wajar. Namanya konser yang bersifat "formal", agar dapat dinikmati semua pihak memang harus ada peraturan seperti ini. Kalau orangtua berminat untuk menyimpan dokumentasi, pihak sanggar menyediakan vendor profesional yang menjual DVD konser.

Karena harga tiket cukup mahal, saya pikir siapapun yang mampu membeli seharusnya sih mengerti mengenai etika dan sopan santun termasuk dalam mengikuti peraturan. Seharusnya. Eh, ternyata tidak. Rupanya tidak ada hubungan langsung antara tingkat sosial ekonomi dengan etika ya. Di tempat ballroom dimana kursi tertata sangat apik, pada saat pentas, banyak lho ibu-ibu yang tidak tahu malu merekam anak-anaknya pentas padahal jelas ada peraturan yang bolak/i ditekankan. Engga main-main pula, merekamnya pakai tablet segede talenan, sambil berdiri! Kurang mengganggu bagaimana lagi, coba?:)))

Saya -maaf ya bu!- menegur ibu tersebut karena merasa terganggu. Saya tidak bisa melihat apa-apa di depan saya selain tubuh sang ibu yang heboh merekam anaknya pentas. Untungnya walaupun saya sempat dijudesin, sang ibu menyadari kesalahan dan duduk biarpun sambil tetap merekam menggunakan talenan.

Saya jadi ingat beberapa bulan lalu, tempat les Naya menyelenggarakan lomba fashion show. Begitu mendengar ada acara ini, Naya semangat sekali meminta saya menyiapkan bajunya yang seperti princess berenda-renda bergambar Mickey Mouse-iya nih, unyil lagi suka sekali Mickey Mouse and friends- Saya kaget juga karena tahu pasti kalau Naya bukan tipe anak yang percaya diri di atas panggung. Berkali-kali saya yakinkan Naya, "Benar nih mau ikut fashion show?". Naya bolak/i bilang "Iya mama, kakak mau!".

Karena itulah saya segera menghubungi pihak tempat les untuk mendaftarkan Naya. Ternyata, saya diberitahu bahwa saat lomba fashion show, semua peserta diwajibkan menggunakan kaos bertuliskan nama tempat kursus tsb yang merupakan seragam. Saya menjelaskan pada Naya bahwa untuk lomba fashion show, Naya tidak bisa memakai baju kesukaannya ala-ala princess itu tapi harus mengenakan baju seragam. Naya agak sedikit sedih, tapi karena tahu semua temannya juga harus pakai seragam akhirnya mengerti dan tetap minta ikut lomba fashion show.

Acaranya diadakan di salah satu clubhouse yang elit di kawasan Surabaya Timur. Pada saat lomba fashion show akan dimulai. saya kaget setengah mati karena semua peserta lomba fashion show TIDAK ADA yang mengikuti aturan mengenakan seragam. Hanya Naya saja. Teman-temannya mengenakan baju Elsa-Frozen, Cinderella, dan lain sebagainya. Saya menangkap raut muka Naya yang langsung berubah.

Saya tanya Naya, "Kakak masih mau ikut lomba? Kalau engga juga engga apa-apa kok."
Naya: "Kenapa cuma kakak yang pakai seragam?" *sedih*

Saya bertanya pada salah satu ibu yang anaknya ikut lomba. Jawabannya kurang lebih begini, "Iya sih, memang aturannya pakai seragam tapi anaknya engga mau tuh, pengin pakai baju Elsa katanya. Ya udahlah, lagian seragamnya kan jelek juga ya, masa fashion show pakai seragam?"

-_______________-"

Saya langsung protes pada pihak penyelenggara, tapi rupanya karena hanya Naya yang pakai seragam, mau tak mau lomba tetap berlangsung walaupun yang lain tidak mengikuti aturan. Oh ya, saat acara dimulai, semua ibu yang anaknya ikut lomba lari ke depan panggung *literally*, sibuk merekam menggunakan talenan masing-masing dan berteriak-teriak menyemangati anaknya tanpa peduli bagaimana yang lain bisa menonton. Yang penting gue liat anak gue jelas, yang di belakang keliatan apa kagak emang urusan gue?

Saya bangga sekali Naya mau tetap naik ke atas panggung dan menjalankan bagiannya berlenggak-lenggok walaupun saya tidak bisa melihat dengan jelas. Pandangan saya dipenuhi oleh punggung ibu-ibu yang heboh sendiri.

Entah ya, mungkin saya adalah ibu yang aneh. Yang terlalu menuruti peraturan, padahal mungkin jaman sekarang peraturan dibuat untuk dilanggar. Mungkin. Tapi saya yakin bahwa disiplin pada peraturan adalah salah satu cara kita menunjukkan kemampuan menghargai pihak lain, berempati,  bersopan santun dan beretika.

Saya percaya kalau children see children do. Cara terbaik mengajarkan sesuatu pada anak adalah dengan mencontohkannya. Seandainya kelak anak kita tumbuh menjadi anak yang tidak sopan, tidak disiplin, tidak bisa diatur, sudah sepatutnya kita melihat diri sendiri dulu. Sudahkah kita berempati? Sudahkah kita berdisiplin? Sudahkah kita teratur?

Semua orangtua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Saya pun inginnya Naya ikut fashion show dengan baju terbaik, terbagus yang dimiliki, saya juga ingin mempunyai foto atau rekaman Naya saat balet, saya ingin menyemangati Naya dengan berteriak-teriak agar Naya tahu saya ada di sampingnya. Siapa yang tidak ingin? Tapi terlepas dari itu semua, yang saya inginkan adalah Naya menjadi anak yang berempati, punya attitude, bisa berdisiplin dengan peraturan, menghargai orang lain, bersopan santun, dan punya etika. Siapa yang bisa mengajari Naya kalau bukan saya?

Saya juga agak "tegas" mengingatkan orang lain yang jelas-jelas tidak mengikuti peraturan yang berlaku karena buat saya, membiarkan kesalahan sama saja dengan melakukan kesalahan tersebut. Rupanya apa yang saya lakukan, saat ini mulai dicontoh oleh Naya.

Jangan kaget ya kalau melihat ada anak unyil yang tidak sungkan menegur orang tak dikenal di mall saat antriannya diserobot, atau anak unyil yang mengingatkan tanpa malu bapak-bapak tak dikenal saat sedang merokok di dekatnya. Jangan bingung juga kalau menyadari ada anak 3 tahun yang menegur ibu-ibu tak dikenal membuang sampah sembarangan:))) Yes, she's my baby and im proud of her:D

Tuesday, December 16, 2014

#PrayForZaza

These few past days have been really hard for me, and my family. Well, especially for my brother.

After married for a couple years, my brother finally has a very handsome boy. Im really happy for them. My nephew is cute and adorable. Naya always calls him as her little brother.

On Sunday night, my mother called me hysterically and told me that my nephew was taken to hospital due to unconscious. I was really shocked, just as shocked as his parents and grandparents. He had no fever before, he was really healthy, without any complain like diarrhea, seizure or even cough. Really healthy. Out of sudden, he was just unconscious. There was no history of trauma either.

I booked a flight to go there, but unfortunately, there was no flight available so i had to wait until Wednesday morning.

On Tuesday afternoon, my mother called to tell me there's something weird about my nephew. But she could not explain what kind of weirdness. I asked my mom to calm down, but i got panic myself, i grabbed my purse and ran to the airport to buy a go-show plane ticket. It was heavy raining in Surabaya, the traffic were very crowded. I prayed all the time. Alhamdulillah, i got the ticket.

Right after i landed in Bandung, I went to hospital just in time my nephew was gasping. All of my family were there, without any sanity left. I meant it. I could not talk to anyone of them, so i thought i should be the one that think rational.

I saw my nephew struggled. Double intravenous lines were inserted, a endotracheal tube also was inserted to clear his airway. There were so many cables attached to his small tiny body. He was powerless. As a doctor, ive been dealing with same cases like a lot. But it felt different when the baby was your family.

After so many physical, laboratory, radiology and additional examinations, my nephew was diagnoses with bacterial meningoencephalitis. We didnt know how he got this disease since there was no risk factor in him. His nutritional status was good, he got full immunizations, and he was taken care by his own mother without any helper.

Anyway, days passed, and up until now (the 11th day) my nephew is still hospitalized, unconscious, with ventilator machine to support his life.  The treatments are already given maximally, and all we can do now is waiting for a miracle. I believe in the miracle of prayers. I believe in the miracle of  positive thoughts. I believe in Allah SWT. Please pray and send your positive thoughts for him.

#PrayForZaza

Saturday, December 6, 2014

Complete Version Jawa Pos 24 Nov 2014

Sesuai janji saya di sini, ini adalah versi lengkap harian bersangkutan:D
Btw, saya memang rajin mengupdate blog ini dengan hal-hal yang paling sepele sekalipun supaya tersimpan rapi, maunya sih supaya Naya kelak bisa membaca-baca sendiri segala hal yang terjadi padanya.


PS: Kak, kalau baca postingan ini, masih inget engga kakak disuruh senyum pas foto susahnya minta ampun? Pas korannya terbit, kakak sebel karena fotonya "jelek" (engga smile, engga happy). Jadilah pagi-pagi banget, mama papa belum baca, korannya udah disembunyiin kakak entah di mana. Untung ada beberapa temen mama yang kirim capture-an korannya jadi mama bisa kira-kira gimana isinya. Mama bilang, "Salahnya kakak sendiri kenapa pas difoto engga mau senyum?", kakak jawab "Lho, kan kakak itu lagi sibuk kerjakan soal, kok malah disuruh senyum. Lagi konsentrasi tau!". Hahahaha, okelah, btw akhirnya mama nemuin korannya di belakang lemari kamar mama, makanya baru bisa mama scan hari ini. Lain kali kalau mau nyembunyiin, jangan di kamar mama dong sayang:p

Thursday, December 4, 2014

FAQ Imunisasi

Semakin lama semakin banyak saja email yang masuk di inbox saya menanyakan soal imunisasi. Serius lho, saking banyaknya saya sampai menyimpan draft jadwal dan FAQ imunisasi di handphone sehingga bisa langsung dicopy-paste saja.

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan mengenai imunisasi.

1. Saya bingung karena jadwal imunisasi di posyandu, rumah sakit atau beberapa dokter anak berbeda. Jadi sebenarnya yang benar yang mana? Yang terbaik diikuti yang mana?
Perbedaan penjadwalan imunisasi pada anak memang bisa saja terjadi karena adanya modifikasi untuk memudahkan orangtua atau pertimbangan khusus tergantung keadaan bayi saat itu. Selama imunisasi dilakukan pada rentang waktu yang direkomendasikan IDAI, baik kok.

2. Anak saya batuk pilek nih dok. Boleh engga diimunisasi?
Boleh. Batuk pilek ringan tanpa demam boleh diimunisasi, kecuali bayi sangat rewel, bisa ditunda seminggu.

3. Kalau sedang minum antibiotik bagaimana? Boleh engga diimunisasi?
Boleh, antibiotik tidak menganggu potensi vaksin.

4.Anak saya alergi, sering sekali terkena serangan asma. Aman diimunisasi engga?
Pasien asma, pilek alergi boleh-boleh saja diimunisasi. Tapi seandainya ada riwayat alergi berat terhadap telur, pernah ada riwayat anafilaktik terhadap telur (Kemerahan luas di kulit, sulit napas, suara napas ngik ngik sampai syok), jangan lupa menyampaikan ke dokter yang mengimunisasi. Ada beberapa vaksin seperti influenza, demam kuning yang kontra indikasi pemberiannya adalah anak dengan riwayat anafilaktik terhadap telur.

5. Anak saya sejak bayi rutin imunisasi sesuai jadwal. Tapi kok masih bisa terkena cacar air ya dok? Apa imunisasinya percuma?
Anak yang telah diimunisasi MASIH DAPAT tertular penyakit tersebut, namun akan jauh lebih ringan dibanding mereka yang belum diimunisasi.

6. Kalau habis diimunisasi polio yang diteteskan ke mulut, harus menunggu berapa lama sebelum anak minum susu?
Untuk susu formula, boleh langsung diberikan begitu diimunisasi. Tapi untuk ASI, kalau anak sudah berusia di atas seminggu boleh langsung disusui. Di bawah usia seminggu sebaiknya ditunggu sebentar sebelum disusui. Kolostrum pada ASI yang biasanya terdapat sampai bayi berusia seminggu dapat mengikat vaksin polio oral.

7. Sehabis disuntik BCG, anak saya jadi bisulan kemudian seperti koreng. Malpraktik ya?
Bisul yang biasanya timbul 4-6 minggu pasca imunisasi BCG adalah normal, merupakan reaksi tubuh terhadap vaksin BCG. Bisul ini dapat membesar dan menjadi koreng setelah 2-4 bulan lalu menyebuh perlahan dan menimbulkan scar. Jangan khawatir, cukup dikompres menggunakan cairan salin saja kok:D

8. Anak saya sudah kena campak waktu umur 5 bulan, apa perlu divaksin lagi saat 9 bulan?
Boleh. Banyak penyakit yang menyerupai campak sehingga belum tentu yang diderita anak sebelumnya benar-benar campak. Walaupun ternyata memang benar campak, pemberian vaksin campak tidak merugikan bayi kok:D

9. Benar engga imunisasi MMR menyebabkan anak autis?
Tidak. Berita ini sebetulnya bermula ketika ada seorang ilmuwan yang mempublish hasil penelitiannya bahwa ada hubungan antara MMR dengan autis pada anak. Tapi setelahnya diketahui bahwa ilmuwan ini memberikan data palsu sehingga jurnal tersebut dicabut dari "peredaran". Setelahnya banyak ilmuwan yang melakukan penelitian serupa dan tidak satu pun yang berhasil membuktikan. Dont worry!:)

10. Anak saya sering banget batuk pilek nih. Kalau diimunisasi influenza bisa sembuh engga ya dok?
Perlu dicatat, imunisasi influenza hanya untuk mencegah penyakit influenza berat yang disebabkan virus influenza A dan B jenis tertentu yang berbahaya. Vaksin ini tidak dapat mencegah batuk pilek karena virus lain, alergi atau iritasi.

11. Saya ditawari imunisasi DTP yang katanya engga pakai demam, tapi harganya mahal banget. Memang lebih bagus pakai vaksin DTP tanpa panas ya dok?
Vaksin DTP ada 2 macam, DTwP (yang banyak ditemukan di posyandu atau puskesmas) dan DTaP (yang disebut engga pakai panas). Keduanya sama-sama mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Bedanya hanyalah pada komponen antigen untuk pertusis. Vaksin DTwP berisi sel bakteri pertusis utuh yang berisi ribuan antigen termasuk yang tidak diperlukan sehingga seringkali menimbulkan panas, bengkak, merah atau nyeri di tempat suntikan. Vaksin DTaP berisi bagian pertusis yang jarang menimbulkan demam (bukan pasti tidak demam ya!). Proses pembuatan DTaP lebih rumit sehingga harganya lebih mahal.

12. Katanya ada jadwal imunisasi 2014 yang baru ya dok. Bedanya apa dengan yang sebelumnya?

Ada beberapa perbedaan seperti pemberian vaksin hepatitis B yang sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir, kemudian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan dengan optimal 2 bulan. Pada prinsipnya hampir sama kok.

13. Ada ringkasannya engga dok, umur segini imunisasinya apa? Saya suka bingung liat jadwalnya.
Berikut saya ringkaskan jadwal imunisasi sesuai umur. Tapi ingat ya, jadwal bisa dimodifikasi tergantung keadaan anak masing-masing. Untuk lebih jelasnya, diskusikan dengan dokter anak anda:D
14. Imunisasi wajib itu yang mana saja ya dok? 
Imunisasi semua adalah wajib. Tapi kalau yang disubsidi pemerintah berhubungan dengan program pemerintah adalah hepatitis B, polio, BCG, DTP, Hib, Campak dan dT.

15. Katanya imunisasi itu haram lho dok. 
Sepengetahuan saya, hukum suatu benda itu ditentukan berdasarkan keadaannya yang terakhir. Bukan ditentukan berdasarkan asal muasalnya. Misalnya buah anggur itu halal. Tetapi bila sudah difermentasi jadi wine hukumnya berubah jadi haram. Padahal asalnya halal.  Bila wine yg haram itu lalu difermentasi jadi cuka. Maka hukumnya berubah jadi halal kembali. Hal itu harus dilihat keadaan terakhirnya. Iya kan ya?

Ada vaksin yang dalam prosesnya pembuatannya menggunakan enzim babi, tapi hasil akhirnya tidak mengandung produk babi. Jadi menurut saya tidak haram ya:)

Semoga membantu:D

Monday, December 1, 2014

Kamus Besar Bahasa Indonesia

..versi online adalah salah satu web yang paling sering saya buka akhir-akhir ini. Alhamdulillah, thanks to technology, saya tidak perlu berepot-repot membuka buku yang beratnya minta ampun itu karena sudah ada versi onlinenya.

Bukan karena saya sedang menulis buku, bukannya juga karena sedang menyusun karya ilmiah. Satu-satunya alasan saya rajin mengakses KBBI online ini tak lain dan tak bukan karena makhluk kecil berjudul Naya.

Sejak dulu, saya memang sudah selalu kewalahan menjawab pertanyaan Naya yang beragam di segala bidang dan tak berbatas. Tidak ada hentinya.

"Mama, kenapa Allah bikin manusia hidup kalau nanti pasti meninggal juga?"
"Kata Mama Allah itu Maha Pintar, kalau memang betul kenapa Allah bikin manusia yang nakal yang harus masuk neraka? Mustinya kalau Allah pintar bikin manusianya yang pintar semua dong."
"Mama orang yang pertama kali bisa baca siapa? Yang bikin huruf-huruf itu siapa?"
dsb..dsb.. *emaknyamewek*

Selain pertanyaan-pertanyaan "kompleks" macam itu, sekarang Naya justru sedang hobi sekali menanyakan hal-hal sederhana yang basic. Tapi justru karena sederhananya, saya terkadang kesulitan menjelaskan artinya pada Naya.

Misalnya saja,
Naya: "Mama, benda itu artinya apa sih?"
Saya: "Benda itu barang kak, sesuatu yang berwujud."
Naya: "Wujud itu apa?"
Saya: "Wujud itu bentuk kak."
Naya: "Bentuk itu apa mama?"
Saya: "Bentuk itu lingkaran, kotak, segitiga, macam-macam kan."
Naya: "Kalau angin itu bukan benda?"
Saya: "Benda kak."
Naya: "Emang apa bentuknya kalau angin?"
Saya: "Errrrrr... *bingung sendiri*

Setelah mencari di KBBI, saya jelaskan pada Naya bahwa benda adalah semua yang bermassa (punya berat) dan berwujud, bisa benda padat, cair maupun gas. Duh terbantu sekali saya dengan KBBI online ini, woohooo!

Kesempatan lain,
Naya: "Mama cita-cita itu apa?"
Saya: "Cita-cita itu keinginan kak. Misalnya kakak kalau sudah besar mau jadi dokter, nah artinya cita-citanya kakak jadi dokter."
Naya: "Kalau kakak pengin makan es krim, berarti cita-cita kakak makan es krim ya ma?"
Saya: ................ *tariknapaspanjang*

Belum lagi setiap Naya mengenal lagu baru yang di dalam syairnya terdapat kata-kata baru. Wah bisa dipastikan pertanyaannya bertambah panjang.

"Mama terbentang itu apa?"
"Kalau arahan itu apa?"
"Kalau bimbingan?"

ZzzzZZZzzzzz... hahaha, terimakasih KBBI!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...