Sebenarnya, saya masih rajin menulis kok:p Hanya saja memang medianya tak lagi hanya blog saja. Untuk mengedukasi orang tua mengenai kesehatan anak, saya lebih sering menggunakan Instagram Story untuk menulis. Saya juga masih berjuang menyelesaikan draft buku Mommyclopedia seri keempat, dan tentunya penelitian-penelitian ilmiah saya. (Duh, doakan segera selesai sayaaa. Pening akutuuuu)
Oh ya, ngomong-ngomong soal Instagram nih. Jadi, seperti yang saya sebut sebelumnya, tahun ini saya lebih sering menggunakan media Instagram Story untuk mengedukasi orang tua. Why? Kalau sudah mengikuti blog saya sejak dulu mungkin sudah paham benar nih, saya memulai mengedukasi sebenarnya sudah sejak lama, lebih dari 10 tahun lalu. Lewat blog, buku, dan lain sebagainya. Hanya saja, saya merasa selama ini apa yang saya sampaikan masih belum terlalu memberikan dampak bagi banyak orang.
Saya menyadari bisa jadi ini disebabkan minat baca orang Indonesia yang masih sangat rendah (peringkat ke-60 dari 61 negara menurut Central Connecticut State University di New Britain pada 2016). Apalagi saya mengerti bahwa materi kesehatan atau medis lumayan berat untuk orang awam. Dari buku dan blog, saya mencoba lewat Facebook. Walaupun sedikit lebih besar dampaknya daripada blog atau buku, namun masih tidak sebesar yang saya harapkan. Banyak orang yang masih lebih percaya pada selebriti atau selebgram daripada dokter. Hiks. Saya memang tidak dirugikan apa-apa sih. Ada anak yang stunting karena pemberian MPASI yang salah misalnya, kan sebetulnya tak ada efek apapun terhadap saya. Tul engga? Tapi, saya merasa sedih banget. Artinya, salah satu tanggung jawab saya sebagai dokter (yaitu edukasi), masih kurang kepada orang awam. Edukasinya sih sudah, tapi sampainya ini lhoo. Masih kurang masif, begitu.
Suatu ketika, saya iseng-iseng membuat Instagram Story mengenai jurnal ilmiah yang saya baca tentang stunting. Sengaja saya gunakan bahasa sesederhana mungkin, dan saya sertai dengan meme qasidahan yang memang memenuhi gallery handphone saya kala itu (Boleh ditanyakan ke teman-teman dekat saya ya, saya memang suka sekali menggunakan meme untuk menjawab whatsapp hahaha). Tujuannya supaya yang membaca langsung mengerti dan tidak merasa bosan.
Alhamdulillah, respons yang muncul sangatlah besar. Dari issue tentang stunting, saya lanjutkan dengan membahas berbagai hal populer di ibu-ibu dan bapak-bapak kekinian, namun sayangnya tidak sesuai secara ilmiah dengan ilmu yang saya pelajari selama ini.
Sebagai contoh nih, mengenai menu tunggal. Entahlah siapa duluan yang mempopulerkan menu tunggal yang katanya adalah rekomendasi WHO ini, tapi banyak sekali orang tua yang mengikuti "rekomendasi WHO" ini untuk pemberian MPASI anaknya. Padahal WHO sendiri tidak pernah mengeluarkan rekomendasi seperti itu, dan bahkan pemberian menu tunggal justru dapat meningkatkan risiko stunting. Wajar kan ya kalau angka stunting di Indonesia masih sangat tinggi?
Dari yang niatnya hanya ingin mengedukasi follower saya pribadi (waktu itu masih sekitar 6000-an), nyatanya semakin banyak yang sharing akun Instagram saya sehingga follower saya mulai bertambah pelan-pelan hingga kini hampir mencapai 70K.
Ada beberapa hal yang menjadi konsekuensi akan hal ini tentunya. Yang pertama, seumur-umur baru sekali dalam hidup ini saya merasakan tak enaknya dibully! Hahahaha. Bagaimana bentuk bullynya? Oh macam-macam, saudara-saudara. Ada yang menanyakan pada saya tanpa tedeng aling-aling, saya betul-betul lulusan kedokteran atau selebgram yang sok-sok menjadi dokter? (Masa ya saya perlu memposting ijazah saya:))). Ada juga yang meminta bala bantuan rekan-rekan satu komunitas untuk menyerang saya pribadi, karena merasa saya menyerang secara pribadi kepada paham pemberian MPASI yang mereka anut. (Tapi begitu banyak yang balik menyerang dengan menggunakan data, mereka hilaaaang begitu saja hihihi). Ada juga yang menuduh saya disponsori atau diendorse oleh pihak ini itu. Aslik fitnah deh!
Anyway, semua yang saya posting selalu ada bukti ilmiah berbasis Evidence Based Medicine. Karena, tanpa EBM, monmaap, apalah bedanya dokter dan dukun? :D Makanya heran juga kalau jadi ada yang membully saya secara personal. Lah yang saya sampaikan bukan hasil pemikiran atau penelitian saya sendiri padahal. Yasutralah yaa:))
Di awal-awal, saya sempat merasa KZL setengah mati. Super heran kenapa ada orang yang sebegitu suudzonnya pada orang lain. Setiap membuat Instastory, saya selalu pastikan ada disclaimer yang menyebutkan bahwa saya tidak punya conflict of interest terhadap pihak manapun. Saya tidak mendapat keuntungan apapun, termasuk keuntungan finansial. Saya pun sempat mutung alias ngambek, ogah edukasi-edukasian lewat Instagram story lagi. Kalau mau hitung-hitungan nih, kasarnya, justru banyak kerugian yang saya dapat.
Untuk membuat satu seri Instastory, saya membutuhkan waktu cukup lama. Mencari jurnal ilmiah yang update, mengkompilasi dan menyimpulkan isinya, mencari meme atau joke yang sesuai agar pembaca tidak bosan dan tertarik, sampai mentranslate bahasa inggris medis penuh ilmiah ini ke bahasa awam yang sangat sederhana. Rugi waktu dan tenaga, gila! Kalau saja saya manfaatkan waktu tersebut untuk yang lain, kayaknya buku Mommyclopedia seri 4 udah terbit nih sekarang:p
Soal finansial pun saya tak kalah rugi lho! Untuk membeli jurnal ilmiah yang update itu, harganya lumayan mahal karena menggunakan USD atau Euro. Makanya setengah mati sedih kalau ada yang suudzon atau berpikiran macam-macam ke saya.
Waktu bertemu dengan salah satu senior. saya sempat curhat ke beliau penuh drama hahaha. Beliau cuma bilang begini:
"Met, kamu ini akademisi kan? Scientist? Kenapa musti takut kalau yang kamu kemukakan itu hal yang benar? Ada bukti ilmiah berbasis EBM engga? Kalau ada, ya sudah. Kembalikan lagi niat kamu apa? Niatnya itu untuk sharing informasi yang benar demi Indonesia juga kelak. Saya jujur engga punya waktu buat bikin-bikin kayak begituan. Makanya kamu lihat, yang beredar itu bukan yang benar-benar kompeten. Ga heran kalau banyak info yang ga sesuai sama EBM. Mungkin EBM aja pada ga ngerti apaan, Inget, di setiap 1 orang yang kontra sama kamu, pasti ada 100 atau 1000 atau mungkin 10000 orang yang merasa informasi kamu berguna. Ga usah fokus sama yang kontra, fokusnya ke menyebarkan edukasi yang benar sesuai dengan EBM. Hitung-hitung nabung untuk amalan kamu kan? Itu yang kontra, pasti ada alasannya kok. Entah pembenaran, merasa bersalah sebenarnya sama anaknya sendiri alias guilty feeling, denial, jualan, atau emang benar-benar engga tahu ilmu yang benar bagaimana. Engga usah menyerah, kalau memang yang kamu sampaikan benar, lakukan saja terus menerus. Lama-lama orang-orang itu juga bakal tahu sendiri kok yang benar seperti apa. Buktinya, lihat tuh menu tunggal. Saya lihat sekarang makin banyak orang yang mulai ngeh kalau menu tunggal itu salah. Kalau kamu menyerah waktu dibully habis sharing soal menu tunggal, pasti sampai sekarang juga ga banyak yang tahu kan yang benar bagaimana? "*Mendengarkan sambil mimbik mimbik* :)))
Jadilah, saya urungkan niat mutung tadi, dan mulai kembali menata hati kembali ke niat awal. Semoga apa yang saya share ini, bisa menjadi manfaat bagi banyak orang karena bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain? Syukur-syukur, jika ilmu yang berguna ini kelak dapat menjadi amalan saya yang tak terputus kelak, aamiiinnn.
Oh ya, konsekuensi lain adalah endorsement! Masya Allah Tabarakallah, setidap hari adaaaa saja pihak yang menghubungi saya terkait endorsement. Mulai dari produk besar yang menawari saya menjadi Brand Ambassador mereka, hingga produk yang tak ada hubungannya sama sekali dengan kesehatan seperti baju atau sepatu. Im very humbled with those offers, thank you! Tapiiii, untuk menjaga segala macam bentuk conflict of interest, monmaap, saya memang memutuskan untuk tidak menerima endorsement dalam bentuk apapun.
Doakan semoga bisa terus istiqomah yaa! Tanpa saya menerima endorsement pun, saya sudah difitnah macam-macam. Bayangkan kalau saya diendorse? Hyaaaa:))
conflict of interest ini pun termasuk ke dalam kehidupan saya di luar sosial media. Saya pernah difitnah oleh seseorang (yang sayangnya sebenarnya kredibel sebelumnya) di sosial media, dikatakan pernah berbicara di sebuah seminar untuk orang awam yang disponsori produsen susu formula. Eitttss, ini pun tak pernah lho! Sudah saya klarifikasi di twitter waktu itu memention beliau-beliaunya langsung, tapi sayangnya tak direspons. Yasutralah yaaa, cukup tahuu ajaaah;)
Sebagai dokter spesialis anak pun, saya selalu menghindari sponsor berupa pabrik obat atau susu atau apapunlah itu. Kalau memang bisa berangkat mengikuti seminar atas biaya sendiri, ya cuuus, Kalau engga, ya engga maksa buat ikut kok:D
Ada beberapa follower saya yang sempat menanyakan, bagaimana saya bisa sabar menghadapi bullyan yang ada. Hmmmph, setelah mengalami berulang kali, akhirnya saya mulai bisa memanage emosi. Caranya, saya kembali mengingat niat yang memang untuk beramal. Kalau saya terpancing emosi kemudian ikutan julid atau emosi, yaaah rugi besar ada di saya, Sudahlah rugi waktu, tenaga, finansial, maunya amal malah bikin dosa baru. Saya anggap bullyan yang ada justru sebagai "keuntungan" saya. Bukankah Allah pernah berjanji, barang siapa yang dilanda sesuatu tak mengenakkan dan bisa menghadapinya dengan bersabar, akan menjadi penggugur dosa-dosanya? :D
Ya Allah, semoga dosa-dosa saya berguguran semua yaaaa. (CIK ATUHLAH diaminin semua!) AAMIIIINNNN!
Ah ya, karena hari ini betepatan dengan hari Natal, saya mengucapkan selamat hari Natal kepada semua yang merayakannya. Damai di hati, damai di bumi. Saya juga ingin mengucapkan selamat Galungan dan Kuningan kepada umat Hindu, dan selamat berlibuuuur untuk semua. Have a great family time, everyone!:*
11 comments:
Dokter berhati malaikat.. makasih dok, semoga Tuhan selalu merahmati aamiin
Tetap semangat menyebar kebenaran ya dok.. Beneran rugi deh buat yg ngebully, dikasih ilmu gratis + enak dipahami malah disalah artikan. Saya yakin lebih banyak yg merasakan manfaat'y kok dok (termasuk sy), cm kami g vocal, cukup share n ngasih rekomendasi IG dokter ke teman2 lain.
Love you, dok 😘
Lama nunggu postingan dr. Meta.. Akhirnya muncul juga disini. Jgn berhenti menulis ya dok, tetap semangat, sy yakin lebih byk yg terbantu, dibanding yg mendzolimi..
Ditunggu postingan selanjutnya.
finally ada blog baru, tau dr meta dari ig dan ternyata keren orangnya hehe, ayo dok post blog lagi semangat yaaa..
semangat Kak Meta:D
jangan berkecil hati, apa yg disampaikan dr senior kak Meta itu bener banget!! informasi yg dishare kak Meta sangat berguna banget dan sangat mengedukasi para buk ibuk pak bapak yg belum tahu soal MPASI secara benar,termasuk saya hikz:( tapi dari postingan2 kak Meta saya belajar lagi dan insya Allah tidak akan mengulang kesalahan yg sama pada anak kedua saya hhe:D terima kasih banyak sekali lagi. xo xo xo semangat terus mengedukasi...MERDEKA!!!:D
Insyaallah kalo kita tetap tegar dan mengambil hikmah dari bully an orang lain, Kita bukan akan semakin lemah, tapi justru akan semakin kuat.
Well, tetap semangat !!!
Hai dok..
Saya tau IG dokter dari ibu2 yang me- mention dokter di comment Alo D*kter. Langsung cus saya follow. Makasih banyak dok, Allah kasih tau saya lewat baca IGS2 dokter dan finally saya batal beli barang2 yg mungkin justru gak bermanfaat untuk MPASI bayi saya yang baru akan dimulai tanggal 30 januari nanti. Saya senang karena semuanya ada bukti ilmiah bukan hanya katanya2 aja. Dikeluarga saya, ada beberapa anak yang sepertinya pola MPASInya ga sesuai yang saya baca di IGS2 dokter, saya bingung mau kasih tau mereka karena takut dikatain sok tau karena saya gak ada pengalaman, anak saya juga baru satu, jadi ya udah saya diemin aja dok. Makanya saya tidak mau menyiksa anak saya dengan ketidaktahuan saya. Sekali lagi terimakasih dok untuk ilmu yang bermanfaat
sabar mbak meta, semoga informasinya selalu membuat kami para ibu2 ini tercerahkan, keep fighting ya, kan sudah ada pepatahnya dari dulu, semakin tinggi pohon semakin kencang angin bertiup, ciyeeh, hehehehe
Hadapi buliyan dengan sabar. jangan membalas biar tuhan yg akan membalasnya
Thank you the article is very useful and good
Post a Comment