AUTHOR: Meta
TITLE: PertanyaanUntukMahasiswaFK
STATUS: Publish
ALLOW COMMENTS: 1
CONVERT BREAKS: 0
ALLOW PINGS: 0
DATE: 10/16/2007 07:30:42 AM
-----
BODY:
Selama kuliah di FK, banyak pertanyaan yang dilontarkan kepada penulis, dan kepada semua mahasiswa kedokteran secara umum, dari orang-orang yang mungkin maksudnya basa-basi untuk membuka pembicaraan atau memang sebagai pertanyaan serius.
-banyakan yg basa-basi d tp kynya-:p
Pertanyaan seputar perkuliahan kedokteran ini dapat saja dilontarkan
dari sanak saudara, teman-teman yang tidak berkuliah di fakultas kedokteran atau total stranger yang mengajak penulis untuk ngobrol.
Biasanya semua pertanyaan dan dialog ini diawali
dengan pertanyaan, “Mbak/mas ini kuliah di mana ya?” dan setelah itu serentetan pertanyaan klise -BENAR2 KLISE!!,hehehe Red-pun mulai digulirkan.
Pada tulisan kali ini, penulis merangkum 10 pertanyaan yang pernah
dilontarkan, paling tidak, kepada penulis dan berusaha memberikan
penjelasan jawaban yang lazim.
Demikian diharapkan kepada para pembaca kaum sipil (non fakultas kedokteran) dapat menemukan jawabannya dalam tulisan ini sehingga untuk kesempatan tatap muka berikutnya dengan seorang mahasiswa kedokteran, tidak perlulah lagi basa-basi dengan bertanya mengenai
kehidupan kami sebagai mahasiswakedokteran yang -konon katanya...so they said!-penuh kesibukan,romantika dan misteri ini.
-hmph...agak berlebihan yaaa?-:p
“Kuliah di kedokteran? Pintar dong”
Pertanyaan ini biasanya didahului oleh jawaban “di kedokteran (masukkan nama universitas) ,” terhadap pertanyaan paling dasar, “kuliah di mana?”.
Menurut pengalaman penulis, pertanyaan ini tergolong retorik dan sangat basa- basi karena pada kenyataannya tiada gading yang tak retak. Berkuliah di kedokteran bukan berarti orang tersebut pintar, mengingat definisi pintar ituluas sekali dan tidak semua orang
pintar laik untuk berkuliah di kedokteran. Lagipula, dapat saja seseorang mengaku-ngaku berkuliah di fakultas kedokteran seperti pengalaman dari seorang narasumber, entah biar dianggap pintar atau berguna.
-ps: ga ptg bgt kan?-
“Kuliah di kedokteran? Lama dong”
Lagi-lagi pertanyaan berupa pernyataan yang retorik dan menyiksa sanubari si tertanya. Semua orang terdidik sudah tahu bahwa kuliah kedokteran tergolong lama dibandingkan jurusan lain. Penulis tidak mengerti apa yang penanya harapkan dari si tertanya atas pertanyaan berupa pernyataan ini, apakah harus kesal, sumringah atau harus menampar penanya. -huahahahahaha....-
Bentuk pertanyaan serupa yang menyinggung lama perkuliahan seperti
yang biasa dilontarkan kepada mahasiswa laki-laki -well..perempuan juga ding-, “kapan nikahnya?”.
Sekali lagi ini pertanyaan ini menimbulkan pemikiran mengenai apa pentingnya pertanyaan ini. Apakah si penanya bermaksud mencarikan jodoh bagi si tertanya atau si penanya sedang bercermin kepada diri sendiri mengenai betapa lamanya pendidikan kedokteran, yang pasti ini merupakan pertanyaan retorik dan-anywaaayyy- punya urusan apa si penanya bertanya mengenai hal pribadi macam ini.
“Sudah semester berapa?”
Sebenarnya pertanyaan ini tidak hanya dilontarkan kepada mahasiswa kedokteran saja, sehingga menurut penulis pertanyaan ini paling terkesan basa- basi.
Berbeda dengan nonfakultas kedokteran,FK termasuk dalam perkuliahan yang telah terjadwal tiap tahunnya, bukan tiap semesternya. Tiap tahun akan dijadwalkan mata kuliah yang pasti
wajib diambil mahasiswa denganjumlah SKS-nya yang rerata per tahun adalah 48 SKS.
Singkatnya, jadwal kuliah telah disusun untuk setahun dan cukup berbeda dibanding kan fakultas lain. Biasanya mata kuliah ini berjalan tidak secara paralel, misalnya mata kuliah B baru akan dimulai setelah mata kuliah A selesai. Pula tidak jarang satu mata kuliah masih berlangsung dalam 2 semester yang berbeda, misalnya mata kuliah C selama 12 minggu yang dilaksanakan pada akhir semester gasal dan selesai pada pertengahan semester genap, sehingga kadang tidak disertai libur antarsemester.-hikssss-
Mahasiswa kedokteran tentu akan malas menjawab mereka sudah kuliah di semester berapa, selain karena pendidikan kedokteran yang memakan waktu antara 6-7tahun sehingga akan merepotkan bila dikonversi ke bentuk semester, juga karena rotasi mata kuliah itu sendiri dijadwalkantidak dibagi per semester melainkan pertahun penuh.
Pelontar pertanyaan ini juga dapat dianggap sebagai orang yang tidak
mengerti keadaan di fakultas kedokteran dan patut dimaklumi keawamannya.
“Ambil jurusan apa?”
Karena pertanyaan ini sering timbul setelah pertanyaan, “Kuliah di mana?” atau “Fakultas apa?”, penulis sangat prihatin dan bingung dengan pertanyaan ini karena entah apa yang dipikirkan penanya sebelum menanyakan pertanyaan ini.
Sepertinya hampir semua orang terdidik mengerti bahwa pendidikan dokter umum rerata terdiri atas 4 tahun pendidikan sarjana kedokteran (S.Ked) dilanjutkan 2 - 2,5 tahun pendidikan profesi dokter untuk menjadi dokter umum (dr.) tanpa ada penjurusan karena ini adalah pendidikan dokter umum. Lantas apa yang mereka maksud dengan jurusan pada fakultas kedokteran? Memang di fakultas lain
memiliki berbagai penjurusan dan peminatan, tetapi dalam konteks kuliah kedokteran , pertanyaan ini sangat amat menempatkan si penanya benar-benar sekadar basa-basi tidak peduli dengan
jawabannya … dan terkesan dudul.
“Ambil spesialis/spesialisasi apa?”
Pertanyaan ini merupakan usaha yang bagus untuk memperhalus kebodohan dalam berbasa-basi dibandingkan menanyakan jurusan kuliah tetapi perlu diketahui jenjang -jenjang pendidikan dokter
seperti dijelaskan di atas. Untuk menjadi dokter spesialis, perlu lulus
dokter umum dulu dan itu pun baru boleh setelah mengikuti berbagai prosedur misalnya mengikuti program pegawai tak tetap (PTT) sebagai dokter puskesmas di daerah-daerah atau di rumah sakit umum daerah.
Pertanyaan ini juga dilontarkan oleh orang-orang yang mengerti dengan kehidupan mahasiswa kedokteran terutama bagi mereka yang lebih menghargai eksistensi dokter spesialis dibandingkan dokter umum yang sebenarnya merupakan lini pertama dalam usaha kesehatan masyarakat.
Tetapi pertanyaan ini tentu saja aplikatif kepada mahasiswa pendidikan dokter spesialis sehingga penulis yang masih dalam pendidikan dokter umum, tidak berkompeten untuk menjabarkan
pengalaman seputar hal ini.
“Berapa IP-nya?”
Sekali lagi, pertanyaan seputar Indeks Prestasi (IP) merupakan pertanyaan tidak penting dan sekadar basa-basi yang dapat dialami pula oleh mahasiswa manapun . Penanya terutama yang bukan
seorang akademisi tentunya tidak akan merespon balik dengan membantu memanipulasi IP agar menjadi bagus, membantu mencari lahan pekerjaan dengan IP yang mungkin kurang bagus dan
sebagainya yang berguna. Mereka hanyabasa-basi dan ini harus -JELAS-dibungkam.
“Sudah pernah bedah mayat?”
Penulis menemukan pertanyaan ini adalah yang paling sering dilontarkan dan diulang-ulang . Semenjak penulis masuk
ke jenjang klinik, penulis semakin bingung dengan pertanyaan ini.
Menurut pengalaman penulis, “mayat” dapat berupa kadaver sebagai sediaan praktikum anatomi atau mayat sebenar-benarnya mayat dalam pembahasan mata kuliah forensik. Praktikum anatomi
sendiri bertujuan untuk mengenali organ-organ tubuh manusia dari ujung rambut sampe ujung kaki, sementara praktikum forensik lebih ditekankan kepada masalah-masalah yang dapat terjadi dalam tubuh manusia terutama dari aspek sebab kematian dan medikolegal.
Anatomi menekankan kepada hapalan sementara forensik menekankan kepada analisa temuan dari tubuh manusia, baik dari dalam tubuh manusia maupun yang berasal dari luar tubuh.
Persepsi lain yang penulis pikirkanadalah bedah mayat yang dimaksud adalah bedah kodok. Mahasiswa FK tahun pertama mengikuti mata
kuliah BioMed yang juga mengadakan praktikum bedah cavia cobaya -hiks..kasiaaann- sebagai perkenalan dengan anatomi organ di dalam tubuh. Setiap sediaan ini disiapkan sendiri oleh mahasiswa sehingga dapat dibilang sebagai bedah mayat.
Praktikum dengan kodok juga digunakan dalam mata kuliah Fisiologi Kedokteran untuk mengamati gerak otot paha dari kodok yang juga untuk mendapatkan otot paha kodok, dilakukan bedah mayat kodok.
Bila pun dijelaskan perbedaan kadaver dengan mayat segar beserta tujuan mempelajari mayat-mayat tersebut kepada penanya, penulis meragukan mereka akan mengerti dan mendengarkan jawabannya.
Bahkan ada penanya sinting yang bertanya, “kadavernya ada yang cantik gak?” yang menunjukkan bahwa penanya laik untuk dijauhi dan difitnah sebagai penggemar mayat ataupun nekrofilia.
“ Sering lihat orang mati/kecelakaan?”
Menurut penulis, ini adalah pertanyaanyang dapat merusak hak pribadi para pasien dan mengusik kompetensi mahasiswa kedokteran. Sebagai dokter maupun mahasiswa yang bekerja di bangsal rawat inap maupun bangsal gawat darurat, adalah suatu rutinitas dan tak
terelakkan untuk menghadapi pasien akibat kecelakaan maupun menghadapi kematian pasien baik karena keadaan gawat tak tertolong maupun telah melalui proses resusitasi.
Untuk tujuan apa penanya menanyakan hal tersebut? Si penanya akan bertanya penyebab kematian si pasien, tak sadar telah mencabik-cabikkan hak pribadi almarhum pasien beserta keluarganya
yang sedang berduka. Pertanyaan ini sekaligus mengolok-olok seorang
mahasiswa kedokteran, seolah-olah pengalaman yang telah dialami mahasiswa tersebut mengada-ada dan semata-mata demi basa-basi karena si penanya,menanyakan sesuatu yang sudahpasti.
“Kenal dengan si (masukkan sembarang nama)?”
Ini merupakan pertanyaan basa-basi paling universal sepanjang jaman.
Teknik jual nama semata-mata untukmemvalidasi bahwa si penanya ingin dianggap dengan menanyakan seseorang yang juga berkuliah di fakultas yang sama dengan si tertanya ataupun rekaan semata atas nama basa-basi.
Dapat pula yang ditanyakan adalah nama-nama dokter/profesor yang beken misalnya yang sering muncul di televisi, padahal si penanya belum tentu memiliki hubungan komunikasidengan dokter/profesor tersebut.
“Cewek-cewek/ cowok-cowoknya cakep gak?”
Pertanyaan ini terbilang cukup universal dan basi, tetapi kemungkinan
dari pertanyaan ini akan timbul proses perjodohan tidaklah jarang. Pertanyaan ini menurut penulis adalah satu-satunya pertanyaan basa-basi yang penting untuk terus diterapkan baik terhadap mahasiswa kedokteran maupun mahasiswa jurusan lain karena paling tidak pertanyaan ini dapat mengubah dialog monoton basa-basi menjadi ajang tukar menukar info yang seru dan menegangkan.
-hahhh? maksudnyeeeeeeeeeeee??-:p
Saran
Akhir kata, penulis menyarankan kepada para penanya untuk bertanya hal yang lebih berbobot kepada mahasiswa kedokteran, sesuai pengalaman penulis,
seperti:
“Obat xxx isinya apa toh?”
“Kulit kena cacar itu kan berbekas,bisa ilang cepet gak?”
“Obat AIDS yang dapet gratis dari pemerintah, merknya apa aja sih?”
“Diet itu harus berarti gak makan ya?”
“Lebih baik makan tomat langsung atau dibuat jus ya?”
“Obat jantung kok macam-macam ya? Memang efeknya apa saja?”
“Saya pengen ikut KB tapi lain waktu saya pengen hamil lagi, KB apa yang harus saya ikuti?”
“Cewek-cewek/ cowok-cowoknya cakep
gak?”
Dan sebagainya.
Janganlah malu untuk bertanya seputar masalah kesehatan kepada mahasiswa kedokteran walaupun mungkin si tertanya baru masuk tahun pertama. Dengan dihadapkan kepada pertanyaan yang pintar, walau maksudnya basa-basi pun, akan melatih kemampuan para mahasiswa kedokte ran dan menghargai eksistensi kami. Anda pun harusnya bangga karena terlibat dalam proses pembelajaran kami , mahasiswa kedokteran, dengan
bertanya;)
-----
EXTENDED BODY:
-----
EXCERPT:
-----
KEYWORDS:
-----
COMMENT:
AUTHOR: tYa bonJeP
EMAIL: purple_poiple@yahoo.com
IP: 203.142.85.201
URL: http://www.friendster.com/16799296
DATE: 10/20/2007 04:05:35 AM
mau nanya pertanyaan berbobot,,klo keloid gmn cara ngobatinnya yaaa? gw bulan lalu main gokart trus nabrak yg alhasil menyayat paha gw sepanjang 7 cm dan bekasnya ga ilang. huhuhuhuhuhu
-----
COMMENT:
AUTHOR: Meta
EMAIL: metaterus@yahoo.com
IP: 86.52.208.37
URL: http://www.friendster.com/18617919
DATE: 10/20/2007 11:52:27 AM
huahahahahahahahahhaha..konsulgratis ni yeee:p gini aja dep, kamu k surabaya, sini biar meta ilangin -ga ilang si..at least kurangin d- keloidmu itu nak... lagian main gokart ga ngajak2 meta si:p
-----
No comments:
Post a Comment