Sunday, December 21, 2014

Children See Children Do

Cukup lama juga ya saya engga mengupdate blog. *lap debu*
Harap maklum, saya memang sedang disibukkan oleh banyak hal nih. Selain saya sendiri akan menghadapi ujian dalam waktu -sangat- dekat *freaking out*, Naya libur sekolah sangat panjang dan menempel terus pada sang emak, saya juga masih harus mengurus printilan pasca pindah rumah yang entah kapan selesainya-_-"

Oh ya, terima kasih banyak atas doa dan perhatian untuk keponakan saya. Sampai saat ini, keponakan saya masih belum sadar dan masih harus menggunakan mesin untuk membantu napasnya. Ini merupakan ujian yang sangat berat untuk keluarga kami. Setelah 2 minggu dirawat, belum ada perbaikan yang sigifikan sehingga -seperti yang pernah saya tulis sebelumnya- doa maupun pikiran positif masih sangat dibutuhkan. Please, send your prayers and positive thoughts to him owkay:D

Anyway, beberapa waktu yang lalu Naya ikut pentas balet yang diadakan di Empire Palace, Surabaya. Biaya yang kami keluarkan untuk membayar seragam sampai membeli tiket masuk untuk menonton tidaklah sedikit. Wajar saja sih, acaranya kan diadakan di gedung yang wah. Untuk event yang diadakan setahun sekali, saya tidak keberatan sama sekali.

Dari awal, para orangtua telah diingatkan bahwa tidak diperkenankan untuk mengambil gambar atau foto dalam bentuk apapun. Kamera SLR/kamera saku/handphone/tablet/smartphone/video recorder, tidak diperbolehkan. Lagi-lagi, menurut saya peraturan seperti ini sangat wajar. Namanya konser yang bersifat "formal", agar dapat dinikmati semua pihak memang harus ada peraturan seperti ini. Kalau orangtua berminat untuk menyimpan dokumentasi, pihak sanggar menyediakan vendor profesional yang menjual DVD konser.

Karena harga tiket cukup mahal, saya pikir siapapun yang mampu membeli seharusnya sih mengerti mengenai etika dan sopan santun termasuk dalam mengikuti peraturan. Seharusnya. Eh, ternyata tidak. Rupanya tidak ada hubungan langsung antara tingkat sosial ekonomi dengan etika ya. Di tempat ballroom dimana kursi tertata sangat apik, pada saat pentas, banyak lho ibu-ibu yang tidak tahu malu merekam anak-anaknya pentas padahal jelas ada peraturan yang bolak/i ditekankan. Engga main-main pula, merekamnya pakai tablet segede talenan, sambil berdiri! Kurang mengganggu bagaimana lagi, coba?:)))

Saya -maaf ya bu!- menegur ibu tersebut karena merasa terganggu. Saya tidak bisa melihat apa-apa di depan saya selain tubuh sang ibu yang heboh merekam anaknya pentas. Untungnya walaupun saya sempat dijudesin, sang ibu menyadari kesalahan dan duduk biarpun sambil tetap merekam menggunakan talenan.

Saya jadi ingat beberapa bulan lalu, tempat les Naya menyelenggarakan lomba fashion show. Begitu mendengar ada acara ini, Naya semangat sekali meminta saya menyiapkan bajunya yang seperti princess berenda-renda bergambar Mickey Mouse-iya nih, unyil lagi suka sekali Mickey Mouse and friends- Saya kaget juga karena tahu pasti kalau Naya bukan tipe anak yang percaya diri di atas panggung. Berkali-kali saya yakinkan Naya, "Benar nih mau ikut fashion show?". Naya bolak/i bilang "Iya mama, kakak mau!".

Karena itulah saya segera menghubungi pihak tempat les untuk mendaftarkan Naya. Ternyata, saya diberitahu bahwa saat lomba fashion show, semua peserta diwajibkan menggunakan kaos bertuliskan nama tempat kursus tsb yang merupakan seragam. Saya menjelaskan pada Naya bahwa untuk lomba fashion show, Naya tidak bisa memakai baju kesukaannya ala-ala princess itu tapi harus mengenakan baju seragam. Naya agak sedikit sedih, tapi karena tahu semua temannya juga harus pakai seragam akhirnya mengerti dan tetap minta ikut lomba fashion show.

Acaranya diadakan di salah satu clubhouse yang elit di kawasan Surabaya Timur. Pada saat lomba fashion show akan dimulai. saya kaget setengah mati karena semua peserta lomba fashion show TIDAK ADA yang mengikuti aturan mengenakan seragam. Hanya Naya saja. Teman-temannya mengenakan baju Elsa-Frozen, Cinderella, dan lain sebagainya. Saya menangkap raut muka Naya yang langsung berubah.

Saya tanya Naya, "Kakak masih mau ikut lomba? Kalau engga juga engga apa-apa kok."
Naya: "Kenapa cuma kakak yang pakai seragam?" *sedih*

Saya bertanya pada salah satu ibu yang anaknya ikut lomba. Jawabannya kurang lebih begini, "Iya sih, memang aturannya pakai seragam tapi anaknya engga mau tuh, pengin pakai baju Elsa katanya. Ya udahlah, lagian seragamnya kan jelek juga ya, masa fashion show pakai seragam?"

-_______________-"

Saya langsung protes pada pihak penyelenggara, tapi rupanya karena hanya Naya yang pakai seragam, mau tak mau lomba tetap berlangsung walaupun yang lain tidak mengikuti aturan. Oh ya, saat acara dimulai, semua ibu yang anaknya ikut lomba lari ke depan panggung *literally*, sibuk merekam menggunakan talenan masing-masing dan berteriak-teriak menyemangati anaknya tanpa peduli bagaimana yang lain bisa menonton. Yang penting gue liat anak gue jelas, yang di belakang keliatan apa kagak emang urusan gue?

Saya bangga sekali Naya mau tetap naik ke atas panggung dan menjalankan bagiannya berlenggak-lenggok walaupun saya tidak bisa melihat dengan jelas. Pandangan saya dipenuhi oleh punggung ibu-ibu yang heboh sendiri.

Entah ya, mungkin saya adalah ibu yang aneh. Yang terlalu menuruti peraturan, padahal mungkin jaman sekarang peraturan dibuat untuk dilanggar. Mungkin. Tapi saya yakin bahwa disiplin pada peraturan adalah salah satu cara kita menunjukkan kemampuan menghargai pihak lain, berempati,  bersopan santun dan beretika.

Saya percaya kalau children see children do. Cara terbaik mengajarkan sesuatu pada anak adalah dengan mencontohkannya. Seandainya kelak anak kita tumbuh menjadi anak yang tidak sopan, tidak disiplin, tidak bisa diatur, sudah sepatutnya kita melihat diri sendiri dulu. Sudahkah kita berempati? Sudahkah kita berdisiplin? Sudahkah kita teratur?

Semua orangtua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Saya pun inginnya Naya ikut fashion show dengan baju terbaik, terbagus yang dimiliki, saya juga ingin mempunyai foto atau rekaman Naya saat balet, saya ingin menyemangati Naya dengan berteriak-teriak agar Naya tahu saya ada di sampingnya. Siapa yang tidak ingin? Tapi terlepas dari itu semua, yang saya inginkan adalah Naya menjadi anak yang berempati, punya attitude, bisa berdisiplin dengan peraturan, menghargai orang lain, bersopan santun, dan punya etika. Siapa yang bisa mengajari Naya kalau bukan saya?

Saya juga agak "tegas" mengingatkan orang lain yang jelas-jelas tidak mengikuti peraturan yang berlaku karena buat saya, membiarkan kesalahan sama saja dengan melakukan kesalahan tersebut. Rupanya apa yang saya lakukan, saat ini mulai dicontoh oleh Naya.

Jangan kaget ya kalau melihat ada anak unyil yang tidak sungkan menegur orang tak dikenal di mall saat antriannya diserobot, atau anak unyil yang mengingatkan tanpa malu bapak-bapak tak dikenal saat sedang merokok di dekatnya. Jangan bingung juga kalau menyadari ada anak 3 tahun yang menegur ibu-ibu tak dikenal membuang sampah sembarangan:))) Yes, she's my baby and im proud of her:D

2 comments:

Anugrah Rahmayani said...

I totally agree with this statement, "Tapi saya yakin bahwa disiplin pada peraturan adalah salah satu cara kita menunjukkan kemampuan menghargai pihak lain, berempati, bersopan santun dan beretika." :)

Keren!
Sama seperti ketika kita datang tepat waktu, tetapi orang lain tidak. Rasanya menyakitkan, tapi jikakita mengikuti mereka yang tidak menghargai waktu, nilai kita akan turun.

So, I'm proud of myself, too. Biar saja dianggap aneh dan tidak memiliki 'teman' karena yang lain datang terlambat, yang penting SAYA TIDAK IKUT BURUK :)

Anugrah Rahmayani said...

I totally agree with this statement, "Tapi saya yakin bahwa disiplin pada peraturan adalah salah satu cara kita menunjukkan kemampuan menghargai pihak lain, berempati, bersopan santun dan beretika." :)

Keren!
Sama seperti ketika kita datang tepat waktu, tetapi orang lain tidak. Rasanya menyakitkan, tapi jikakita mengikuti mereka yang tidak menghargai waktu, nilai kita akan turun.

So, I'm proud of myself, too. Biar saja dianggap aneh dan tidak memiliki 'teman' karena yang lain datang terlambat, yang penting SAYA TIDAK IKUT BURUK :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...