Monday, March 6, 2017

Picky Eater

Ngomongin soal masalah makan pada anak memang tak ada habisnya. Buat orangtua, ini termasuk ke dalam drama sepanjang masa deh hehe. Kemarin, saya diwawancara mengenai masalah picky eater pada anak oleh Jawa Pos. Supaya bermanfaat untuk lebih banyak orang, saya share di sini yaa:D

Untuk yang ingin membaca artikelnya langsung bisa dilihat di sini.


Pilih-pilih makanan adalah salah satu keluhan yang paling banyak dikeluhkan orangtua, terutama saat anaknya usia 1-3 tahun. Kebiasaan pilih-pilih makanan ini disebut dengan food preference, dan spektrumnya luas, mulai picky eater sampai selective eater.


Food preference yang normal banget terjadi pada perkembangan anak disebut dengan fase neofobia atau penolakan pada makanan baru. Neofobia ini sebetulnya mekanisme pertahanan tubuh anak lho, karena membantu anak menghindari makan bahan berbahaya saat ia mulai bisa memilih makanannya sendiri. Tapi kalau berlanjut dan berkepanjangan, bisa jadi masalah makan berupa food preference.


1. Apa sih indikator seorang anak bisa dikatakan picky eater?
Picky eater berarti anak mau mengonsumsi berbagai jenis makanan baik yang sudah maupun yang belum dikenalnya tapi menolak mengonsumsi dalam jumlah yang cukup. Selain jumlah yang tidak cukup, picky eater pun berhubungan dengan rasa dan tekstur makanan. Walaupun pilih-pilih makanan, picky eater masih mau mengonsumsi minimal satu macam makanan dari setiap kelompok karbohidrat, protein, sayur/buah dan susu. Misalnya, walaupun anak menolak makan nasi, tapi ia masih mau makan roti atau mie.

Sementara selective eater adalah anak yang menolak segala jenis makanan dalam kelompok makanan tertentu. Misalnya sama sekali enggan mengonsumsi karbohidrat, baik itu nasi, roti atau mie.

2. Apa faktor yang membuat anak menjadi picky eater?
Selain paparan makanan pada usia dini, tipe kepribadian anak, pengaruh lingkungan, tekanan dalam proses makan juga sangat berpengaruh lho! Maka dari itu, saat menghadapi anak yang sulit makan atau sering pilih-pilih makanan, jangan tambah memaksa atau marah-marah ya!

3. Apa efek samping pengidap picky eater?
Kalau picky eater masih merupakan fase normal dalam perkembangan seorang anak, lain halnya dengan selective eater yang mengakibatkan anak berisiko mengalami defisiensi makro atau mikronutrien tertentu.

4. Apa yang harus dilakukan orang tua terhadap anaknya yang terlanjur
picky eater?
1.Children see, children do. Kebiasaan makan orangtua akan sangat berpengaruh terhadap kebiasaan anak. Jika orangtua enggan makan sayur misalnya, wajar saja jika anak pun meniru enggan makan sayur. Selalu sajikan menu makanan yang berimbang setiap harinya.
 
2.Sajikan makanan dalam porsi kecil.
3.Biasanya, jika anak disuruh memakan sesuatu, mereka akan langsung menolak. Sebaliknya, jika anak yang memegang kendali , mereka cenderung lebih tertarik. Sebaiknya sajikan makanan di meja yang terjangkau.
4. Jika ingin memberikan makanan baru, jangan langsung menyerah jika anak langsung menolak. Paparkan makanan baru tadi pada anak sebanyak 10-15 kali.
5. Berikan contoh makan yang menyenangkan. Jika anak melihat orang lain makan makanan serupa, anak akan lebih tertarik mencoba.
6. Orangtua harus tetap tenang. Jangan panik atau marah-marah saat anak menolak makanan tertentu.

5. Bisakah picky eater berlangsung sampai tua?
Kalau yang dimaksud picky eater sesuai dengan definisi di atas yang mana bisa saja masih masuk ke dalam perkembangan normal anak ya, engga sih, biasanya seiring berjalannya waktu, napsu makan anak dan perilaku makannya akan mencapai keseimbangan.

6. Sekarang, banyak sekali jajanan enak yang dijual di pusat perbelanjaan, berapa usia anak yang aman untuk bisa diajak jajan di mal gitu mbak?
Di atas usia setahun, sebetulnya makanan keluarga dapat diberikan untuk anak. Makanan keluarga artinya makanan apapun yang dimakan oleh ayah, ibu dan keluarga lainnya pun dapat dimakan oleh anak. Walaupun begitu, anak membutuhkan nutrisi seimbang. Terkadang, jajanan yang dijual bebas tidak mengandung nutrisi yang seimbang. Misalnya nih banyak lemak, tapi tidak ada proteinnya. Atau mengandung banyak karbohidrat, tapi tidak ada yang lainnya. Nah ini yang harus dipertimbangkan orangtua sebelum memilih jajanan.

Semoga berguna:)

2 comments:

Laila Fitria said...

Jadi orang tua emang harus pinter pinter kalo masalah anak.

Restu Mande said...

Iya bener banget. jadi orang tua harus lebih pinter untuk menyiasati tingkah anak

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...