Sunday, January 17, 2016

The Lost Phone

Sore itu, saya masih bermalas-malasan di tempat tidur ketika Makni, ART di rumah bertanya. "Bu, kapan belanja bulanan? Semuanya sudah habis nih". Terus terang, saya malas sekali pergi ke supermarket untuk belanja. Bukannya apa-apa, saya merasa badan remuk redam dan butuh istirahat sekali. Tapi, karena tentulah saya tak boleh egois, demi kepentingan orang banyak, saya jawab "Sebentar lagi ya Mak, saya tidur-tiduran dulu. Setengah jam aja."

Mungkin saking capeknya, niat awal yang hanya tidur-tiduran itu membuat saya bablaaaas jadi tidur sungguhan. Anehnya, dalam tidur yang sesingkat itu, saya bermimpi buruk. Saya, Naya dan nanny-nya mengalami kecelakaan dalam perjalanan ke supermarket. Terkejut, saya terbangun dari tidur. Tak ada pikiran buruk sedikit pun yang mampir dalam benak saya. Saya pikir, mungkin karena kecapekan dan malas itulah saya bermimpi seperti itu.


Tadinya, saya tidak ingin mengajak Naya serta ke supermarket. Namun, anak gadis setengah memaksa. "Kakak itu hobinya memang ngintil mama. Karena kakak sayang." Ya sudahlah yaaa hahaha. Jadilah bak rombongan sirkus, saya, Naya, Makni dan nanny Naya berangkat ke supermarket langganan. Karena masih mengingat-ingat mimpi buruk tadi, saya menyetir dengan sangat berhati-hati. Makanya, jarak rumah ke supermarket yang biasanya bisa ditempuh dalam waktu 15 menit, jadi setengah jam!

Sewaktu memasuki tempat parkir, saya melihat teman yang sedang berjalan memasuki pusat perbelanjaan. Saya sempatkan diri menyapa sambil berteriak dari dalam mobil. Waktu itu, saya sudah berencana untuk segera me-whatsappnya.

Biasanya, handphone adalah satu benda yang tak pernah lepas dari tangan saya. Saya khawatir ada pasien gawat, keluarga yang membutuhkan, atau kabar penting yang harus segera saya ketahui, 24 jam ON deh:D Tapi entah kenapa, sore itu saya lebih memilih memasukkan handphone ke dalam tas. Saya sempat menunjukkan foto kepada Naya sebelum memasukkan handphone ke tas.

Kemudian, berbelanjalah kami. Untuk menghemat waktu, kami berpencar. Saya mencari keperluan makanan mulai dari susu segar, buah sampai pudding. Sementara ART, nanny dan Naya mencari keperluan bersih-bersih rumah. Kami menghabiskan waktu lumayan sebentar. Hanya sekitar 45 menit, selesailah sudah belanja bulanan ini. Memang, supermarket tak seramai biasanya.

Sewaktu berbelanja, saya berkali-kali menyadari kalau ada seseorang, bapak-bapak dengan postur tinggi kurus, putih dan sipit, berusia sekitar 50-60 tahun seperti mengikuti saya. Kemanapun saya pergi, pasti ada beliau di sebelah saya. Saya sempat risih juga sih. Ini bapak-bapak semacam pervert atau apa sih, kok bawaannya mepet melulu-_-"

Rupanya kecurigaan tak hanya saya sendiri yang merasakan, karena nanny saya pun merasa terheran-heran. Siapa sih bapak tsb kok seperti mengikuti saya terus? Tapi, namanya juga supermarket, memang cuma saya yang boleh belanja?:p

Di kasir, saat hendak membayar, saya kebingungan. Lho, kok handphone saya tak ada? Jreeeng. Dari tadi saya ingat betul tidak memegangnya sama sekali, dan saya masukkan dalam tas. Lumayan panik, saya mencoba tracking kembali tempat-tempat yang saya lewati selama berbelanja. Hasilnya? Nihil. Saya coba telepon menggunakan handphone milik nanny Naya. Lah, kok dimatikan? Waduh, feeling saya sudah tak enak. Akhirnya saya laporkan kehilangan handphone pada pihak sekuriti supermarket.

Alhamdulillah, petugas sekuriti yang berwenang sangat membantu. Sayang sekali saya lupa menanyakan siapa namanya. Beliau melihat dari rekaman CCTV, ternyata benar sekali, handphone saya diambil oleh bapak tadi. Saya bingung juga, kok bisa ya membuka tas, mengambil handphone lalu menutup kembali tas tanpa terasa oleh saya yang memakai? Just FYI, tas saya beritsleting dan saya selempangkan di samping badan. Wallahualam. Mungkin memang belum rejeki saya, mungkin bapak tadi memang lebih membutuhkan. Semoga berguna ya pak! Anyway, saya juga bingung bagaimana bisa berguna buat bapak tadi, karena handphone saya tsb dilock dan hanya bisa dibuka menggunakan sidik jari saya.

Saya masih sangat bersyukur karena kami semua dalam keadaan sehat dan selamat. Tahu sendiri kan jaman sekarang, kriminalitas dimana-mana dan menyeramkan. Kita sudah hati-hati tapi masih saja bisa apes:D

Bagaimana dengan Naya? Naya sediiiiih sekali. Berulang kali ia melihat saya, untuk memastikan emaknya ini sudah tak bersedih. Btw, saya memang sedih, apalagi karena handphone itu merupakan hadiah dari suami waktu saya berulang tahun. Tapi, karena sudah punya back upnya (walaupun sudah lama), saya merasa lebih tenang. Selain itu, mengingat mimpi saya yang jauh lebih menyeramkan, saya malah tak henti-hentinya bersyukur. Nah, Nayalah yang sedihnya banget! Kasihan juga saya melihatnya.

Sesekali, ia melihati saya, kemudian memeluk, mencium dan mengelus-elus saya.
N: "Mama, dont be sad, owkay! You can buy a new handphone. Dont worry about the money. Kita ke BCA yaa besok!"
M: "Hah? Ngapain ke BCA kak?"
N: "Ya ambil uang yang banyak dari ATM."
(Dikata orang boleh bebas apa ambil uang dari ATM:)))))

Kata suami saya, waktu saya masih sibuk blokir sana-sini dan mengabari teman serta keluarga, Naya ngobrol dengannya.
N: "Papa, mama kasihan ya. Im so sad to hear that."
P: "Iya kak, tapi itu musibah."
N: "Whats that? Musibah?"
P: "Iya kejadian yang ga kita inginkan tapi terjadi juga."
N: "Terus kalau handphone mama engga ketemu gimana pa? Boleh beli lagi? Tapi mama engga punya uang lho pa."
P: "Iya gpp nanti papa tambahi"
N: "Kakak juga mau nyumbang ya pa buat mama. Kakak kan celengannya ada 3, tadinya mau buat anak panti asuhan. Kalau satu aja celengannya cukup buat beli  handphone?"
P: "Cukup kak."
N: "Oke, 1 celengan buat mama, 2 buat panti asuhan ya. Im sad when mama's sad, papa."

So sweet banget ya anak gadis kesayangan saya:')

Untuk sementara, nomor saya tidak bisa dihubungi dulu yaa. Saya masih harus mengurus ini-itu sebelum bisa kembali menggunakan nomor tersebut. Sila menghubungi saya lewat email di metahanindita@yahoo.com atau lewat inbox di Facebook jika ada kepentingan. Doakan keluarga kami diberi kesehatan dan keselamatan, serta rejeki berlimpah:)

2 comments:

Unknown said...

Mudah-mudahan diganti dengan yang lebih bagus ya bu dokter, so sweet banget kakak naya, sudah pinter bersedekah :)

Meta Hanindita said...

Amiiiin, terima kasih yaaa:D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...