Monday, January 25, 2016

Mengejar Maling

Judulnya provokatif banget ya? Hehe, tapi serius saya lagi mau sharing cerita mengejar maling nih! Masih ingat kan cerita saya soal handphone yang dicopet orang?

Nah, saya sudah sangat mengikhlaskan handphone tersebut karena memang merasa sudah bukan rejeki saya. Apalagi karena aplikasi Find My Iphone yang saya punya tidak juga menunjukkan notifikasi dinyalakannya handphone saya tersebut. Ya sudahlah ya.

Sampai hari Sabtu sore, saat saya baru saja pulang menjenguk kerabat yang sedang kritis di ICU rumah sakit, tetiba keluarlah notifikasi di handphone saya (sebetulnya handphone bekas suami yang sudah rusak alias harus dicharge setiap 3 jam sekali haha) bahwa handphone milik saya yang hilang dinyalakan. Akhirnya! Bukan hanya dinyalakan, tapi aplikasi Find My Iphone tersebut menunjukkan GPS tempat handphone saya berada, yaitu di WTC Surabaya.


Saya pikir, wah sudah dijual nih handphone kesayangan. Suami yang masih berada di luar kota untuk prajab langsung menelpon saya karena mendapat notifikasi yang sama. Ia meminta saya menelepon Suara Surabaya -FYI, suami saya pendengar setia SS nih hehe-untuk meminta pendapat apa yang harus dilakukan. Siapa tahu pernah ada pendengar yang pernah mengalami hal yang sama.

Saya sudah apriori duluan sebetulnya. Ah ya sudahlah, kalaupun sudah dijual toh semua data pribadi yang ada di handphone saya itu tak bisa diakses tanpa sidik jari. Lagipula walaupun saya punya bukti otentik kalau handphone tersebut milik saya, kalaupun sudah dijual, memangnya yang membeli mau dengan sukarela mengembalikannya?

Tapi, suami meminta saya tetap bertanya dulu. Siapa tahu masih rejekimu, begitu katanya. Langsung saja saya hubungi nomor telepon gatekeeper Suara Surabaya yang mengatakan bahwa pernah ada kejadian serupa sebelumnya. Sang gatekeeper menyarankan saya mencari handphone tsb ke WTC.

Akhirnya, karena penasaran ditambah teringat ucapan suami "Mana tahu memang masih rejekimu", berangkatlah saya ke WTC bersama mama. Awalnya saya ingin berangkat sendiri dengan gagah berani demi menangkap maling  tapi mungkin karena mama tahu anak perempuannya ini suka nekad dan mantan preman, mama saya berbaik hati mengantarkan.

Sekitar 20 menit setelah notifikasi sampai di handphone saya, kami sudah tiba di WTC. Rupanya di sana tak banyak counter yang menjual handphone seperti milik saya yang hilang sehingga ini mempermudah "pekerjaan" kami. Setelah mengitari WTC, tak kami temukan juga handphone milik saya yang sudah terlanjur dimatikan kembali. Karena sudah dimatikan, saya tak bisa lagi melacak di mana letaknya.

Setelah saya tanya kiri-kanan, sepertinya si maling ini mencoba menjual handphone saya ke beberapa counter namun tak ada yang mau membeli karena tak bisa diakses. (Butuh sidik jari saya). Lah, lalu buat apa beli handphone yang tak bisa dipakai? Sebetulnya bisa saja direset di counter resmi Apple, namun ada syarat harus dapat menunjukkan nota pembelian atau dus resmi (yang mana semuanya ada di rumah saya:p). Akhirnya, supaya tidak menganggur (sudah maling, dosa, eh yang dimaling "sampah" pula), dijuallah handphone saya secara "protolan", dilepasi satu-satu komponennya. Paling mahal, yang bisa ia dapatkan hanya beberapa ratus ribu rupiah.

Memang handphone hilang milik saya tak bisa saya temukan kembali, tapi inshaAllah dapat rejeki lain ya, yang lebih baik, amiiin. Buat yang maling, semoga berguna ya uang hasil penjualan barang orang, saya sudah ikhlas sih, malah jadi kasihan:D

Pelajaran buat saya untuk lebih berhati-hati, dan rajin membackup semua data di handphone nih! Ada-ada saja ya:)))

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...