Pengertian panik di atas saya ambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online.
Memasuki umurnya yang hampir 4 tahun lebih 6 bulan, saat ini Naya sangat mudah panik. Benar lho, sampai terkadang kepanikannya pun menular pada saya-_-"
Mungkin ini berhubungan dengan sifatnya juga yang perfeksionis banget. Percaya tidak, setiap hari Naya bisa bangun jam 4 pagi lalu sibuk membangunkan seisi rumah sambil merengek-rengek karena...takut terlambat sekolah-_-". Padahal sekolahnya baru masuk jam 8 pagi.Saat panik, Naya menangis dan seperti orang bingung. Tidak bisa diajak bicara deh!
Bukan cuma sekolah, dalam hal apapun Naya panikan sekali. Panik takut terlambat les, panik takut tidak kebagian tempat parkir saat pergi ke suatu tempat, panik saat mengerjakan sesuatu karena takut tidak sempurna, panik terhadap apapunlah.
Naya sangat mengikuti dan menaati peraturan. Benar-benar "lurus" dan harus sesuai. Enak sih buat saya, karena mudah sekali memberi tahu Naya. Sekali diberi tahu dengan logis, pasti akan terus diikuti olehnya.
"Kalau mau makan permen, jangan banyak-banya, nanti giginya bolong. Boleh sih sesekali, tapi langsung sikat gigi." --> sampai sekarang pun ditawari permen ia pikir-pikir dulu sebelum menggelengkan kepala.
Itu salah satu contohnya. Saya tak perlu ngotot-ngototan memberi tahu apalagi ketakutan Naya melakukan apapun secara sembunyi-sembunyi.
Menyenangkan? Iya betul. Tapi terkadang susah juga lho! Naya tidak mau ijin sekolah kalau bukan karena sakit. Sakit pun ia masih pikir-pikir pantas tidaknys ijin tidak masuk sekolah. Padahal terkadang saya ingin sekali mengajak Naya ke luar kota saat saya bekerja di hari sekolah. Mumpung masih TK kan ya. Susahnyaaaa ampun-ampun!
Pernah satu malam Naya demam, batuk tak henti, hidung buntu sampai rewel bukan main.
M: "Besok kakak engga usah sekolah ya, mama buatin surat."
N: "Kenapa? Kakak mau sekolah."
M: "Lho kan tapi kakak sakit."
N: "Yes i know that. Tapi kakak masih bisa nulis atau belajar biar sakit."
M: "Kasian temennya kakak, nanti kalau ketularan gimana?"
N: "Lho, yang lainnya juga sakit batuk pilek tapi tetep masuk kok. Kakak ini ketularan temen-temen kakak."
M: "Nah, engga enak kan ketularan? Makanya jangan sampai nularin. Sudahlah ijin sakit sehari aja kak."
N: "Lho kakak ketularan dari temen kok. Yang nularin itu mereka ma, bukan kakak. Kakak mau nularin siapa lagi kalau semua udah nularin duluan? Nanti kalau kakak jadi engga tau apa-apa gimana?"
M: *sudah mulai habis kesabaran* Okelah gini, besok kita cek suhu kakak ya. Kalau ga demam, batuk pilek sudah membaik, boleh deh masuk. Tapi kalau engga, ijin lho kak."
N: "Kalau besok ternyata kakak demam, masih batuk pilek tapi kakak kerasanya sehat gimana? Boleh masuk?"
-____________________-"
(Kan malas ya lama-lama)
Sangat taat aturan ini pun berlaku pada hal lain seperti mewarnai. Naya akan sangat fokus mewarnai tidak keluar garis. Begitu ada sedikiiiit saja yang keluar garis, ampun deh paniknya. Seperti ada gempa bumi saja. Serius, engga lebay!
Saya masih punya banyak PR buat Naya nih, salah satunya adalah me-manage kepanikan alias anxiety-nya ini. Semoga diberikan kesabaran melimpah ya, amiiiin!
1 comment:
nayaaa cerdasssnyaaa, cocok banget nih kalau jadi pengacara, hihi
Post a Comment