Wednesday, October 14, 2015

Hello (Again), Amsterdam!

Setelah melewati perjalanan yang sangaaaat panjang -serius deh panjang banget!-, akhirnya kami tiba juga di Amsterdam. Pesawat kami, KLM terbang dari Jakarta pukul 18.25, transit selama setengah jam di Kuala Lumpur lalu langsung menuju Amsterdam. Kurang lebih, waktu yang ditempuh selama 18 jam.

Sepanjang perjalanan, saya mengisi waktu dengan tidur, menonton in-flight TV, mendengarkan musik, tidur lagi, dan begitu seterusnya. Beberapa jam sekali, saya menyempatkan diri berjalan-jalan di dalam pesawat, hitung-hitung stretching deh, pegal juga duduk terus.

Tiba di Schiphol pukul 6 pagi waktu setempat (atau 11 siang di Surabaya), kami disambut dengan udara yang luar biasa dingin. Berdasar perkiraan cuaca yang saya browsing jauh hari dari rumah, seharusnya selama kami di Amsterdam, suhunya antara 11-17 derajat Celsius. Nyatanya, pada saat kami keluar dari Schiphol, aplikasi suhu yang ada di iPhone saya menunjukkan 3 derajat Celsius, saudara-saudara! Its freezing! Suami saya sih kesenangan karena memang aslinya makhluk kutub, tapi saya? Aduhhh tersiksa banget-_-"


Untungnya, saya sudah prepare baju berlapis-lapis di dalam backpack. Jadilah semua saya pakai. Serius, paling dalam long john, setelah itu terusan, cardigan, vest dan terakhir sweater, plus coat. Kurang tebal apa coba? Tapi tetap saja saya kedinginan. Mana di Amsterdam anginnya kencang pula, kalau berjalan melawan arah angin seperti ditampar rasanya.

Anyway, apa saja yang kami lakukan di Amsterdam? Di musim Autumn seperti sekarang, matahari baru terbit jam 7.30 pagi. Jadi tentu saja sewaktu kami sampai, masih gelap gulita -dan dingin! *teteup*-. Saya sudah membuat janji dengan Janine, host airbnb kami selama di Amsterdam untuk tiba di tempatnya jam 10.30. Inginnya sih lebih pagi, tapi memang peraturan airbnb kebanyakan check in dimulai sejak pukul 2 siang. Untung saja setelah saya lobi, Janine mengijinkan kami datang lebih dulu.

Kami membeli OV chipkaart dulu di airport. Kartu ini bisa dipakai untuk segala moda transportasi di Belanda. Bisa di-top up dimana-mana, bisa pula dibeli dimana-mana. Harganya 7,5 Euro dan bisa di-top up tergantung kebutuhan. Kartu ini harus dibeli menggunakan kartu kredit. Caranya pun cukup mudah.

Kami menaiki kereta dari platform 3 Schiphol untuk menuju Central Sation. Keretanya sama seperti kereta di negara maju lain, bersih, sepi (orang-orang yang menumpang sepertinya memang sengaja tidak berbicara satu sama lain terlalu kencang) dan modern.

Di Central station, karena kami sudah mulai mati gaya dan bingung harus melakukan apa lagi, untuk membunuh waktu sebelum kami bisa check in ke airbnb, saya dan suami akhirnya memutuskan berjalan kaki dari Central Station ke lokasi airbnb. Jaraknya sekitar 3,5 km, dan dapat ditempuh dengan tram selama 20 menit. Tentu saja supaya perjalanan berlangsung lebih lama (maklum, masih kurang 3 jam-an lagi dari waktu check in), saya dan suami sering kali berhenti untuk berfoto dan sekadar duduk-duduk menikmati pemandangan.

Amsterdam masih sama persis dalam ingatan saya ketika berkunjung beberapa tahun lalu. Sama sekali tak berubah, lho! Semua bangunannya masih persis plek.

Setelah gempor karena harus menggeret koper dan barang bawaan di udara dingin (hidung saya sampai merah mati rasa coba), akhirnya kami tiba di airbnb setengah jam lebih awal dari waktu yang ditentukan. Saya sudah galau saja di depan pintu airbnb. Bunyikan bel atau jangan ya? Untungnya, saat saya putuskan membunyikan bel, Janine membuka dan meminta waktu 15 menit untuk bersiap-siap.

Airbnb tempat kami menginap sungguh enak. Letaknya dekat dengan pusat kota, namun tidak terlalu crowded. Cocok deh untuk tempat menginap. Selain itu, dekat pula dengan supermarket besar dan food centre. Fasilitas yang ditawarkan juga persis seperti apa yang saya cari. Kamar cukup luas, kamar mandi terpisah dan private, heater, pokoknya menyenangkan deh. Sebagai Mrs. Survey sekaligus yang menyusun semua itinerary termasuk airbnb, saya super puas!

Kami mandi dan segera berganti baju, lalu kembali lagi ke pusat kota. Target pertama yang dituju adalah ke Museumplein. Museumplein adalah area yang dikelilingi museum-museum terkenal Amsterdam. Di tengah-tengahnya, ada tulisan IamSterdam yang menjadi landmark dan merupakan tempat wajib berfoto untuk pengunjung Amsterdam. Lalu setelah berfoto-foto, saya dan suami mengikuti Canal Cruise. Selama sejam, kami berputar-putar melihat 100 highlights dari kota Amsterdam dengan kapal mengelilingi kanal. Ada banyak sekali provider yang menyediakan jasa Canal Cruise. Kami memilih Canal Cruise Holand. Biayanya perorang adalah 16 Euro.

Oh ya, dulu sewaktu saya mengikuti Canal Cruise ini, saya sempat berjanji pada diri sendiri. Kelak, kalau ke Amsterdam lagi, saya haruuuuus ber-Canal Cruise dengan suami. Mission accomplished!

Puas berlayar, saya dan suami yang kedinginan setengah membeku langsung mencari makanan panas untuk menghangatkan tubuh. Saya perhatikan, dibanding beberapa tahun lalu, semakin banyak wanita berhijab wara-wiri di Amsterdam. Semakin banyak pula makanan yang dijual dengan label halal. Alhamdulillah, tak rempong deh cari makannya:p

Sehabis makan, kami langsung masuk ke museum terbesar di Amsterdam, Rijkmuseum. Museum ini menampilkan barang-barang bersejarah yang dibagi berdasar tahun terjadinya. Kami menghabiskan waktu beberapa jam mengagumi benda yang ada dalam museum, kemudian langsung memutuskan untuk bersantai di taman Vondelpark. Saya selalu suka deh nuansa dedaunan di musim Autumn. Warnanya cantik!

Setelah itu, seharusnya sih di itinerary yang saya buat, kami menuju Red Light District. Tetapi, karena suami sudah tampak kecapekan, dan saya tak kuat lagi menahan dingin, akhirnya kami putuskan untuk kembali ke airbnb. Masih jetlag mungkin ya.

Selama di Amsterdam ini, saya beberapa kali ber-video call dengan Naya. Aduh kangen bangeeeet! Kangen bau asemnya, kangen bawelnya, kangen karangannya, kangen ceritanya, kangen semuanya! Nanti kapan-kapan kalau ke Europe lagi, semoga pas Naya libur panjang ya biar bisa ikut. Amiiiin.

Eh iya, saya jadi ingat tadi mendapat pengalaman sangat menarik. Jadi ceritanya, dalam perjalanan pulang ke airbnb dengan tram, ada sekumpulan anak-anak kecil -ya tidak kecil amat sih, mungkin SMP atau SMA deh- di dalam tram yang berteriak-teriak sepanjang perjalanan. Annoying? Jelas. Saya sampai bilang ke suami, ampun deh. Apa memang semua remaja begitu ya?

Rupanya, anak-anak tadi sampai ditegur 3 kali oleh supir tram (kalau supir mobil, masinis kereta, tram apa ya?), namun yang ditegur malah tambah berteriak-teriak seperti menantang. Langsung saja supir tram menelpon polisi, dan dalam waktu 3 menit, beberapa polisi datang. Ih serem juga. Tram kami dihentikan kurang lebih 10 menit karena polisi meminta keterangan dari supir tram dan juga beberapa saksi. Katanya sih, anak-anak itu akan diberi hukuman karena mengganggu di sarana umum. Wah, hebat ya! Mungkin sudah waktunya di Indonesia juga begitu. Eh, no?:p

Saya sungguh terkesan lho dengan kejadian tadi. Sedikit banyak mungkin karena itulah yang selalu saya ajarkan kepada Naya. Kreatif harus, bersenang-senang pun boleh, tapi yang paling penting adalah jangan sampai mengganggu orang lain. Mau menonton bioskop? Boleh, tapi saya pastikan dulu Naya tidak akan berteriak-teriak atau berceloteh yang bisa membuat orang lain terganggu. Mau ikut naik kereta atau transportasi umum lain? Boleh, tapi kembali saya pastikan dulu Naya tidak akan mengganggu orang lain. Karena menurut saya, kebiasaan menghargai orang lain harus ditanamkan sejak dini.

Kembali ke soal Eurotrip, besok kami berencana untuk mampir ke Volendam. Nantikan cerita selanjutnya yaa:D

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...