Monday, October 19, 2015

24 Hours in Brussels

Sama seperti hari-hari sebelumnya, kami kembali terbangun di Brussels waktu dini hari. Cek dan upload social media, lalu packing. Rencananya, kami akan check out lebih awal, menitipkan koper lalu kembali untuk mengambil koper sebelum berangkat menuju ke London.

Saya sudah tak fokus sama sekali selama di Brussels. Inginnya segera sampai ke London haha. Cuaca di Brussels sedikit lebih dingin dari di Amsterdam. Saya pakai baju berlapis 6-7 lho!

Hari masih sangat pagi ketika kami keluar dari apartemen. Sekitar jam 08.30 waktu setempat, matahari baru saja muncul sehingga masih sangat gelap dan sepi. Brussels dipenuhi oleh gedung-gedung berasitektur yang sangat indah. Sayangnya, seperti kurang dirawat. Selain itu, vandalisme bisa ditemukan di mana-mana.


Sekitar 7 menit berjalan kaki dari apartemen, kami menemukan gereja St. Catherine. Indah luar biasa, dengan kesan berbeda dibanding gereja pada umumnya. Gothic, mungkin adalah kata yang epat untuk menggambarkan gereja ini. 

Pusat kota Brussels ditandai di Grand Palace, bangunannya indah sekali. Sebetulnya bukan hanya Grand Place sih karena gedung-gedung lain yang sama indahnya berdekatan. Ada Town Hall, stock exchange, dan beberapa gedung lain. Di sana banyak toko-toko kecil yang menjual souvenir atau makanan. Tentu saja, belumlah lengkap kalau berkunjung ke Brussels tidak mencicipi Belgian Waffle dan Belgian Chocolate. Dengan 1 Euro, (ditambah 80 cents untuk topping dark chocolate), kita sudah bisa menikmati makanan khas Belgia ini. Rasanya? Duh, saya tidak keberatan kalau setiap hari harus sarapan itu di Indonesia:p Selain waffle, saya juga mencicipi roti khas Belgia, namanya Maton. Roti berisi krim keju yang empuk ini enak sekali apalagi jika dimakan saat masih hangat. Hmmm yummm!
St Catherine's Church. Gothic kan?

Public transportation card di Belgia  bernama MOBIB. Karena kami hanya berkunjung 1 hari, kami membeli MOBIB 1 day trip yang berlaku untuk 24 jam. Bebas menggunakan moda transportasi apapun selama 24 jam, kami harus membayar 20 Euro (untuk 2 orang).

Kereta dan bis di Brussels banyak yang tua, dan kurang terawat, tidak seperti di Amsterdam. Tempat pemberhentian metro atau keretanya pun terkesan kurang terawat. Sayang sekali deh.

Puas berjalan-jalan di sekitar Grand Place, kami melanjutkan perjalanan ke berbagai gedung tua dengan arsitektur indah. Entah kenapa, sejak dulu saya memang adalah penikmat gedung berarsitektur indah.

Ada Cathedrale St. Michel et Ste-Gudule yang sukses membuat saya terkagum-kagum. Keren banget! Eh iya, karena kami berdua juga sama-sama penikmat public park, di Brussels pun kami mencari public park untuk dikunjungi.

Ada yang lucu pada public park di Brussels. Jadi, hampir di setiap taman kota yang tersebar di seluruh penjuru Brussels, ada alat-alat fitness yang terbuka untuk umum. Gratis, dan bisa dipakai oleh siapa pun! Wah, tak ada lagi alasan untuk tak berolahraga dong ya? (Kalau saya mah tetap malas, dinginnya begini:p)

Pulang berkeliling, suami saya memutuskan untuk masak. (Ya keles, saya yang disuruh masak, mending tak usah makan haha). Kami membeli bahan-bahannya di supermarket seberang airbnb yang kebetulan adalah supermarket milik muslim. Semua yang dijual di sana halal. Wah senang deh! Saya lihat-lihat, di Eropa ini makanan halal (atau tempat sholat) untuk muslim lebih mudah ditemui dari pada di Hongkong.

Jadilah suami masak, sementara saya menghabiskan waktu ber-video call dengan anak gadis. Saya suka sebal deh btw. Bayangkan, untuk ber-video call saya harus menunggu lumayan lama karena perbedaan waktu yang ada. Eh begitu sudah video call, baru juga 3 menit,
Naya: "Mama, sudah dulu ya! I have to go."
Meta: "Lho, mau ke mana kak?"
Naya: "Kakak mau bobo siang dulu. Nanti kan kakak les."
Meta: "Yah kak, kan lesnya masih nanti. Bentar dong, mama masih kangen."
Naya: "Yaa i know. I miss you too. But i have to go. Kalau engga bobo sekarang nanti lesnya ngantuk lho!"
Meta: "Iya, 5 menit lagi deh ya ya ya ya?"
Naya: "Sorry mama, i have to go now. Nanti aja mama telpon kakak lagi ya abis les!"
*ceklik*

Ampun dah unyiiiiil, engga tahu apa emaknya kangen setengah mati!

Karena merasa sudah cukup puas mengeksplorasi Brussels dan saya sudah tak fokus lagi karena ingin segera sampai London, kami memutuskan menanti waktu kereta berangkat di apartemen. Pemilik airbnb kami adalah seorang arsitek, jadi apartemennya ditata dengan sangat nyaman. Keren deh!

Mendekati waktu berangkat ke London, kami naik bus menuju Brussels Midi. Sebelumnya, kami sudah menyiapkan paspor dan kartu kedatangan yang harus diisi sebelumnya. Saya senang sekali deh dengan kebiasaan di Eropa. Bis atau tram atau kereta seringkali terjadwal datang/berangkat pada waktu yang tak genap. Misalnya 16.56, atau 13.08. Tapi, percaya atau tidak, ya memang benar tepat pukul segitu, berangkat atau datang kendaraannya. Demikian pula saat kami mengantri di loket Eurostar, kereta cepat antar negara. Di jadwal tertulis buka pukul 15.30. Saya (kan super iseng:p) sudah hadir jauh sebelumnya dan melihat para petugas sudah menempati tempat masing-masing sejak 15.20, lalu tepat 15.30 (tidak lebih sedetik pun), dibukalah loketnya. Aaaah sukaaa!

Perjalanan ke London ditempuh dalam waktu 2 jam (kami berangkat pukul 16.56 dan tiba pukul 17.08 waktu London, London dan Brussel memiliki perbedaan waktu satu jam). Saya sangat excited, karena sebentar lagi sampai juga di London, woohoooo!

Tiba di London, kami turun di St. Pancras International. Senang sekali karena mendengar logat British di mana-mana. Saya langsung mencari kiri kanan, siapa tahu ada mas Benedict Cumberbatch *ngarep*:))

Hari sudah malam dan gelap, tapi dibanding Amsterdam dan Brussels, London lebih ramai, lebih "hidup", lebih menyenangkan buat saya deh! (I might be very biased, but idc :p)

Kami langsung menuju airbnb. Rencananya memang malam ini kami akan beristirahat supaya keesokan pagi sudah bisa memulai petualangan di London. Airbnb kami terletak di lantai 4 sebuah rumah yang tidak terletak di pusat kota tapi masih ada di Zone 2 London. Jessica dan Elliot, host kami baru sebulan menikah dan sangat ramah. Saya sangat terkesan dengan orang-orang di London. Sejak pertama turun dari kereta, ada saaaaaja orang yang menyapa atau sekadar mengatakan "Good day Miss!", perhatian banget ya! *baper* :))

Host airbnb kami pun ramah dan helpful. Kami mengobrol selama beberapa waktu, ternyata ayah Elliot adalah seorang dokter spesialis anak terkenal di London. Sedangkan kedua orang tua Jessica juga dokter. Dokter kulit dan dokter umum. Seru deh ngobrolnya.

Besok pagi, kami berencana mulai berkeliling London. Ahhh i cant wait!

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...