Walaupun persiapan saya sudah sangat maksimal sebelum trip ke Hongkong, namun tetap saja ada "drama" yang menyertai. Yah manusia memang bisa berencana, tapi bagaimanapun kuasa Allah tak bisa dilawan.
Pertama, karena bandara Juanda yang sempat ditutup pasca erupsinya gunung Raung beberapa hari sebelum keberangkatan kami. Saya dagdigdug setengah mati sambil memantau berita menanti pembukaan kembali Juanda. Kalau dibuka, galau apakah aman penerbangan kami. Kalau masih ditutup, galau juga karena semua tiket dan voucher hotel non-refundable. Alhamdulillah di hari lebaran pertama Juanda kembali dibuka dan dinyatakan aman.
Eh tapi rupanya bukan itu saja dramanya. Pada hari lebaran pertama atau H-1 keberangkatan, seperti biasa kami berlebaran di rumah mertua. Mama mertua saya terkenal dengan masakan enaknya yang tiada dua. Namun, karena saya memang tak begitu suka masakan bersantan, selama di sana, saya hanya makan kastengel dan bakso.
Sore harinya, saya diare lebih dari 20x sampai lemas bukan main. Mual, begah semua bercampur menjadi satu. Rasanya sih bukan karena food poisoning ya, karena keluarga yang lain (termasuk suami dan Naya) ikut makan bakso dan kastengel tapi tak mengalami apa yang saya rasakan. Mungkin juga karena kondisi tubuh saya yang sedang capek-capeknya sehingga membuat perut sensitif. Maklum deh, ART dan nannya sudah pulang jauh sebelum lebaran. Setiap hari saya harus bangun pagi, menitipkan Naya ke rumah mertua lalu ke rumah sakit. Dari rumah sakit, menjemput Naya lalu beberes , menyiapkan makanan berbuka dll.
Syukurlah saya banyak dibantu Naya yang selalu menghabiskan tanpa sisa masakan saya. Enak banget ini ma, begitu katanya. Padahal saya tahu rasanya biasa banget:)) Plus, karena memang Naya perfeksionis soal kebersihan, dialah yang senang sekali men-supervisi kebersihan lantai, sprei dan segala penjuru rumah.
Kembali ke soal diare dan muntah, malam harinya saya merasa sudah enakan sehingga bisa kembali mempersiapkan perjalanan ke Hongkong. Mungkin saking excitednya, saya tak bisa tidur. Dan mulailah permualan terjadi lagi, meh. Saya membangunkan Naya jam 3pagi, memandikannya sambil lemas bukan main. Pesawat kami berangkat pukul setengah 6 pagi sehingga at least kami harus sampai bandara pukul 4.15.
Suami saya menyadari saya yang tampak pucat dan menawarkan untuk me-reschedule perjalanan ini. Hah? Reschedule? Yang ada paling nanti tak jadi. Ini aja sudah setengah mati mengatur waktu kok. Saya bilang tetap saja berangkat!
Di bandara, semua barang (termasuk ransel saya) dibawakan suami yang baik hati. Saya cuma kebagian membawa bungkusan sisa sarapan Naya (sudah dimakan Naya di mobil, yang dimasak suami juga:p). Tapi, saking lemasnya dan setengah mati menahan muntah, bungkusan tadi terjatuh ke lantai-_-"
Suami saya menawarkan lagi rescheduling namun saya tetap keukeuh ingin tetap bertahan pada rencana semula. Selama di pesawat, saya tidur kurang lebih 2 jam. Sementara saya tidur, Naya bermain dan ngobrol dengan papanya. Begitu bangun, wahh i feel so much better. The power of energy-recharging by sleeping;) Untunglah tak pakai acara reschedulling segala.
Perjalanan ke Kuala Lumpur untuk transit ditempuh selama kurang lebih 2,5 jam. Sampai di Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA2), kami langsung mencari sarapan. Suami saya memesan rendang ayam (rasanya beda dengan rendang di Indonesia), sementara Naya menghabiskan semangkuk mie ayam. Kata Naya, "Uenak buanget!". Saya tak tahu pasti apakah memang lidah saya yang kacau ataukah Naya yang lagi lapar banget karena menurut saya sih kok rasanya aneh ya. Saya sendiri memilih ngemil cupcake saja. Habis tak ada yang sesuai selera. Eh tapi, perlu diingat, di antara kami bertiga, memang sayalah si picky eater:))
Waktu transit memakan 4 jam lamanya. Lamaaaa! Untungnya saya sudah menyiapkan worksheet dan busybag untuk Naya sehingga ia sibuk mengerjakan berbagai aktivitas permainan dan tak bosan.
Setelah itu, kami segera menuju ke Hongkong. Perjalanan Kuala Lumpur- Hongkong ditempuh selama kurang lebih 3 jam 40 menit. Naya menghabiskan seporsi nasi lemak di pesawat, sama dengan suami. Saya? Bingung juga mau makan apa akhirnya malah ngemil Pringles:))
Setibanya di Hongkong, Naya excited sekali karena mendengar dimana-mana orang berbicara dengan bahasa Inggris. Jadilah ia pun ikut-ikutan tak mau berbahasa Indonesia. Gaya amat sih kak:p
Drama lain terjadi di airport Hongkong. Kami menunggu bagasi di belt 4. Koper sih sudah ditemukan, tapi stroller Naya tak ada dimanapun. Lama menunggu, tetap tidak ada. Akhirnya suami saya melapor pada pihak airport yang ternyata memang memisahkan stroller Naya dengan koper-koper di bagasi agar tidak rusak. Yasalam, bikin panik aja pak-_-"
Di airport, tebak siapa yang kelaparan (lagi)? Iyaaa, Nayaaaa. Semangkuk penuh mie ramen dihabiskan beserta sekotak susu. Lalu kami membeli Octopus Card, kartu untuk bepergian dengan bis di Hongkong, menukar uang kecil (uang HKD atau Hongkong Dollar sudah ditukar di Surabaya) dan membeli simcard.
Karena sudah survey sebelumnya, kami sudah tahu harus naik bis yang mana untuk ke hotel. Bis di Hongkong ini adalah bis dua tingkat atau Double Decker. Memang rejeki, kami kebagian tempat di lantai 2 paling depan. Warna-warni lampu Hongkong di malam hari terlihat dengan jelas deh!
Sampai di hotel, saya dan Naya sudah teler ingin segera tidur. Suami saya sih masih berniat keliling dulu. Kami memang sengaja memilih hotel yang berada pas di tengah kota, dikelilingi oleh pusat perbelanjaan. Biar kalau butuh apa-apa gampang.
Mau ke mana saja ya kami selama di Hongkong? Tunggu ceritanya di next post!:)
No comments:
Post a Comment