Monday, May 22, 2017

Off to Vienna-Parndorf-Budapest

Setelah semalaman berkutat dengan koper dan bawaan masing-masing, pagi ini kami menuju stasiun kereta api utama, Prague Hlavni Nadrazi untuk pergi ke Vienna dan Budapest. Karena kereta kami dijadwalkan jam 7 pagi, maka sejak jam 6 kurang kami sudah keluar dari apartemen.

Semalaman saya tidak bisa tidur, gaduh gelisah karena takut kebablasan hehe. Alhamdulillah setelah mandi, bersiap-siap, check and recheck, kami bertiga (satu di antara kami pulang ke Jakarta dari Prague) langsung check out dan memesan Uber untuk pergi ke Hlavni Nadrazi. Jarak antara apartemen dengan stasiun ini tidaklah jauh, apalagi karena masih pagi dan bukan hari kerja, perjalanan dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 10 menit saja,

Stasiun Hlavni Nadrazi ini sama halnya dengan bangunan lain di Prague, sangat tua dan tampak kusam. Saya sering sekali membatin selama di Prague, ini kenapa ya kok pemerintahnya tidak mengecat ulang atau merestorasi bangunan-bangunan tua supaya tampak lebih bagus? Ketika kami masuk ke dalam, kami kebingungan bukan main. Tidak ada keterangan yang tertulis dalam bahasa Inggris sehingga kami tak tahu harus menuju ke mana.


Saya menghampiri petugas yang nampak sedang bekerja. Tapi dengan tegas (dan keras:p) ia sudah mengatakan "No English!". Errrr..baiklah. Saya bertanya pada 2-3 orang lainnya lagi yang Subhanallah, tidak bisa berbahasa Inggris juga. Hampir frustasi, karena melihat banyak orang yang turun ke lantai bawah tanah, saya mengajak rombongan kami ikut turun ke bawah. Tapi, rupanya ada satu masalah lagi. Eskalator yang ada tidak berfungsi, sedangkan saya tidak melihat adanya lift di sana. Wah wah wah, bayangkan deh mengangkat koper seberat 17 kg turun ke bawah:)))

Sampai di bawah, kami baru melihat lebih banyak orang yang tampaknya juga ingin bepergian ke tempat lain. Saya berusaha mencari tahu di peron mana seharusnya kami menunggu. Saya mendatangi Information Centre yang menurut saya seharusnya sih ada petugas yang bisa berbahasa Inggris. Sayangnya, walaupun bisa, tapi sangat terbatas. Yang bisa ia katakan hanya "No. No. Wait. There. And. Here. No peron. No peron." (Saya hanya bisa membatin, ini aposeee kamsudnyee).

Karena bertanya pada petugas pun tak membuahkan hasil, saya mencari wajah-wajah kaukasia yang sepertinya bisa berbahasa Inggris. Alhamdulillah, pilihan saya tak salah. Ada satu orang yang berbaik hati menerangkan, bahwa memang peron baru ditentukan 10 menit sebelum kereta berangkat. Jadi saya diminta menunggu sampai 10 menit sebelum berangkat.

Saat saya sedang berbicara padanya, tetiba saya mendengar ada suara "Oh Thank God, finally there's somebody speak in english!". Rupanya, ia pun mengalami hal yang sama dengan saya. Kebingungan tak tahu harus menuju ke mana untuk naik kereta. Ternyata, kereta yang ia naiki sama dengan saya. Jadilah kami berdua bersama-sama menunggu datangnya kereta.

Jessica, begitu namanya, adalah warga negara Amerika yang berdomisili di San Diego. Sebetulnya ia adalah keturunan Taiwan, namun sejak usia setahun, semua keluarganya berimigrasi ke San Diego. Perjalanan kami tempuh dalam waktu sekitar 3 jam, tidak begitu terasa karena saya sibuk ngobrol dengan Jess. Ada yang lucu dalam percakapan kami. Jadi saat kami sedang membicarakan negara masing-masing, ia bertanya:
J: "Hey, i heard about what happened to your president. Its so sad."
M: *kebingungan* "My president?" (lalu merasa heran, ni orang dari Amerika kok tau sesuatu sementara saya yang asli orang Indonesia tak mengerti apa-apa).
J: "Yeah, i read it online and i watched it on television. It had something to do with people sending him lowers, when he was proved guilty or something?"
Dan saya baru ngeh kalau yang ia maksud bukanlah presiden, tapi...Ahok!

Ya ampun! Sampai segitunya lho berita yang beredar:D

Di lain topik,
J: "So what major do you like in school?"
M: (Agak heran, ngapain ya dia bertanya mata pelajaran favorit saya. Tapi ya sudahlah jawab saja) "Mmmm.. i always like English and Math. But when i were in high school, i were really interested in Biology."
J: "Wait, what do you mean were in high school? Arent you now still in high school?"
M: "What? Noooo. I left high school like 15-16 years ago"
J: "Seriously? Thats crazy!"
:))))))))

Dia yang saya sangka berusia 30-an ternyata malah masih berusia early 20's. Hahaha, kocak banget!

Kami tiba di Vienna sekitar 10.30 pagi. Yang pertama saya sadari begitu sampai di Vienna adalah, buseeet kota ini mahal banget ya. Hampir semua harga-harganya 3x lipat dibandingkan di Prague. Jangan ditanya jika dibandingkan dengan di Indonesia ya:p  Begitu sampai, yang kami lakukan di sana adalah mencari luggage locker karena malas membawa-bawa koper yang sedemikian besar dan berat. Setelah menemukannya, kami tinggal memasukkan uang logam euro ke dalam mesin, menaruh koper kami, dan mengambil tiket yang otomatis keluar. Hanya 3 Euro untuk satu lemari, kami dapat menitipkan barang kami selama 24 jam.

Setelah menitipkan koper, kami mengejar kereta untuk menuju Parndorf. Parndorf adalah sebuah kota kecil di Austria yang dapat ditempuh kurang lebih 30 menit dengan mobil atau kereta, Parndorf sangat terkenal karena di sana ada Fashion Outlet dan Designer Outlet. Semua barang branded seperti Aigner, Fossil, Adidas, Karl Lagerfield, Furla, Michael Kors, Coach, dan ratusan brand lain ada di sana. Belum lagi yang fashion brand seperti Mango, North Face, ada semua di sana. Konon katanya sih semua barang di sana dijual 30% lebih murah dibandingkan di outlet.

Untuk menuju ke Parndorf, ada shuttle bus tiap jam yang bisa mengantar pulang pergi seharga 15 Euro perorang. Sayangnya, jadwal kami tidak cocok dengan jadwal shuttle sehingga kami memutuskan untuk naik kereta. Hanya membayar 5 Euro saja, keretanya nyaman, bersih dan bagus sekali. Dari stasiun Parndorf, ada banyak taksi gelap (tak berlabel) yang siap mengantar kita ke outlet. Perorang cukup membayar 3 Euro. 

Saya sendiri bukan orang yang gemar belanja. Apalagi kalau harus jauh-jauh ke luar negeri untuk membeli barang dengan brand yang di Indonesia saja ada. Jadi saat yang lain berbelanja, saya sibuk berfoto-foto sendiri haha.

Tahu tidak, saat sampai di sana, saya terkejut bukan main. Banyak sekali orang yang berbelanja, bahkan banyak juga yang membawa 2 koper besar geret demi membawa belanjaan mereka. Suasananya seperti orang-orang mengantri sembako deh. Padahal yang mau dibeli barang-barang branded yang tak murah harganya. Yang membuat saya lebih terkejut lagi, hampir separuh lebih orang di sana adalah orang Indonesia! Eaaaa. Lucu juga sih, di mana-mana mendengar orang berbicara bahasa Indonesia. Saya jadi membatin, katanya di Indonesia sekarang sedang ekonomi susah ya, tapi di sana yang memborong barang-barang mahal yaaa orang Indonesia juga.

Karena memang tidak berniat belanja, saya hanya berputar-putar saja melihat barang yang dijual di sana. Percaya deh, sama persis dengan di Indonesia. Harganya? Jauh lebih murah kalau beli di online shop, asal tahu saja online shop mana yang trusted dan harga miring. Katanya sih, diskon barang branded di Eropa tak semurah barang-barang di outlet Amerika. Entah benar tidaknya:D

Akhirnya saya memutuskan untuk makan siang saja karena paginya belum sempat sarapan, dan sudah kelaparan. Di sana hanya ada sedikit tempat makan, sehingga penuh di mana-mana. Ada satu tempat makan yang menarik perhatian saya, namanya Asia Cocos. Makanan asia seperti nasi dan lauk bisa ditemukan di sana, Tapi, karena penuh bukan main, saya putuskan untuk membeli Onion Rings dan Chicken Strips di Burger King. Harganya lumayan mahal jika dibandingkan dengan di Prague. Sekali makan (padahal isinya itu saja), saya menghabiskan hampir 10 Euro.

Tepat pada waktu yang ditentukan, kami bertemu di meeting point untuk naik kereta lagi menuju Vienna. Di Vienna, kami mengambil koper dari loker dan bersiap naik kereta menuju Budapest. Saya happy banget sewaktu mencari informasi mengenai kereta yang akan membawa kami ke Budapest. Kenapa? Karena mudah sekali mencari orang yang bisa berbahasa Inggris. Horeeeee.

Dari Vienna ke Budapest membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Jadwalnya kami akan tiba di sana sekitar pukul 21.19. Tapi karena ada sedikit keterlambatan, jadilah kami sampai Budapest hampir jam 10 malam. 

Setiba di Keleti Train Station, kami langsung menukar uang. Mata uang Hungaria adalah HUF atau Hungarian Forint. Sebetulnya saya sudah membaca di banyak forum kalau sebaiknya JANGAN menukarkan uang di stasiun karena ratenya yang sangat mahal. Tapi, karena sudah larut malam dan kami malas berpikir, sudahlah langsung saja tukar di sana. (Yang ternyata betuuul, jauh sekali bedanya dengan rate di tempat lain).

Karena hanya berniat menghabiskan 1,5 hari di Budapest, kami sudah berencana tidak akan membeli Simcard. Kami hanya akan mengandalkan free wi-fi yang tersedia saja. Makanya, begitu sampai stasiun, kami kebingungan mencari alamat apartemen yang katanya sih dapat dicapai dengan 5 menit berjalan.

Untungnya selama di kereta yang ada wi-fi-nya, saya sempat mencari di Google Maps arah menuju apartemen dan men-screenshotnya. Kami mengikuti arah di sana, dan betul saja, ternyata apartemennya dekat sekali!

Pertama kali melihat apartemen ini, saya sudah underestimate duluan. Bangunannya super tua, bau pesing, kotor dan engga banget pokoknya! Pengelola apartemen yang kami sewa, Bugi, sudah menanti di depan pintu dan membukakan apartemen tadi untuk kami.

Tidak ada elevator, namun untungnya apartemennya ada di lantai 1. Lumayanlah menggotong koper satu lantai sendiri:D Begitu Bugi membukakan pintu, waaah kami langsung kompak ber-waaah waaah waaah mengagumi apartemen tersebut. Semuanya didesain dengan sangat high-tech, bernuansa ungu (makanya saya sukaaaaa), dan ergonomis. Kece berat deh. Bayangkan ya, membuka tempat sampah? Cukup dengan melambaikan tangan di atasnya saja. Lampu di seluruh ruangan pun akan mati sendiri jika tidak terdeteksi adanya orang di situ.

Saat hendak memasak, kami sempat mencari-cari peralatan seperti panci. Tak ditemukan di mana-mana, rupanya meja yang kami pakai bisa dimultifungsikan sebagai tempat penyimpanan alat makan. Duh, kereeeen!

Karena sudah sangat lelah dan mengantuk, kami segera istirahat agar keesokan harinya bisa lebih bersemangat mengeksplorasi Budapest. Nantikan ceritanya di postingan besok yaaa:D


No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...