Saturday, May 27, 2017

Motivasi Menulis

Tahu tidak, saya sering kali mendapat pertanyaan dari banyak orang. "Bagaimana sih caranya menulis buku?' Tentu, motivasi masing-masing berbeda. Ada yang ingin pasiennya tambah ramai setelah menulis buku, ada yang ingin jadi terkenal, ada juga yang ingin menjadi kaya.

Pertanyaan-pertanyaan tadi mengingatkan diri saya sendiri, apa sih motivasi menulis saya?
Sumber: Google
Pada dasarnya, saya suka menulis sejak kecil. Saya ingat, sejak baru pertama kali bisa menulis, saya suka sekali menulis cerita pendek, puisi, atau sekadar jurnal harian. Saya menulis di sobekan kertas, di belakang kertas bekas milik papa, di tissue, di manapun yang bisa ditulis deh. Saya merasa lebih dapat mengekspresikan pendapat saya, apa yang saya pikirkan, apa yang saya rasakan lewat tulisan. Tidak pernah terbayang waktu kecil kalau kelak saya akan membuat buku.



Saya pun suka sekali membaca. Saat kecil, selain bersekolah, bisa dipastikan saya selalu sibuk membaca. Keluarga saya memiliki perpustakaan sendiri yang penuh dengan buku. Memang, papa, mama dan kakak saya suka sekali membaca. Tak ada habisnya saya membaca semua jenis bacaan yang ada di sana.

Membaca memang selalu erat hubungannya dengan menulis. Menurut saya, membaca adalah "modal" utama seseorang untuk menulis. Jika tidak pernah membaca, bagaimana seseorang mengerti kosakata untuk menulis dengan baik? Nah, karena memang membaca dan menulis adalah kesukaan saya, passion saya, tak pernah saya merasa tertekan, misalnya wah harus jadi buku nih!  Justru kalau sedang stress, pelariannya ya membaca dan menulis:D

Ada satu ungkapan yang saya quote dari pak Pramoedya Ananta Toer,
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian
Hal ini sesuai dengan ungkapan yang cukup sering terdengar,
Write a book and you will live forever
Kalau dipikir-pikir, benar juga sih. Saat seorang penulis meninggal, karya-karyanya masih dapat dibaca oleh orang banyak sekian tahun ke depan. Dan tulisannya tadi dapat membuat pembaca merasa sang penulis masih hidup. Contoh yang paling sederhana nih, Enid Blyton, salah satu penulis buku favorit saya sejak kecil.

Enid Blyton meninggal di tahun 1968, jauuuuh sebelum saya lahir. Tapi karena buku-buku yang beliau tulis, saya selalu merasa beliau masih ada. Percaya tidak, saya masih ingat betul semua cerita-cerita dalam bukunya lho! Mulai dari kumpulan cerita lepas, Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu, Mallory Towers dan semuanya. Ceritanya klasik dan everlasting:)

Mungkin karena itu banyak juga yang jadi termotivasi untuk menulis buku. Ingin meninggalkan sesuatu yang bisa dikenang lebih lama. Tapi, bukan itu pula motivasi saya. Lalu apa?

Sekali lagi, menulis adalah passion saya. Jadi saya selalu happy saat menulis, itu adalah perasaan yang tak bisa terlukiskan deh ya. Masalah kemudian nantinya menjadi buku, itu sih saya anggap bonus. Yang jelas, saya tidak mencari ketenaran (nothing will last forever anyway), kekayaan (tahu tidak sih royalti buku berapa jaman sekarang?:p), pasien yang banyak (bukaaaan banget), dsb dsb itu.

Saya merasa dengan menulis buku (sama seperti menulis blog ini), saya dapat memberikan informasi yang terpercaya sebagai dokter spesialis anak kepada semua orangtua yang bisa jadi tidak memiliki privillege untuk dapat bertanya detail pada dokter. Sebagai dokter, salah satu kewajiban kami selain megobati adalah juga mencegah dan mengedukasi. Kalau hanya mengedukasi pasien yang ditemui saat praktik, tentu tidak bisa banyak orang yang tercakup. Tapi dengan tulisan, saya merasa cakupannya akan lebih luas, dan mencapai lebih banyak orang lagi.

Kalau bukan untuk alasan komersil, mengapa bukunya tak digratiskan saja, Met? Hahaha, maunya sih begitu. Nanti kalau saya sudah jadi konglomerat ya:p Perlu diketahui kalau dalam membuat buku, saya tidak bekerja sendirian. Ada banyak pihak yang mencari nafkah utama di situ, jadi sangatlah egois saya jika sampai tidak mempertimbangkan mereka. Yang jelas, insyaAllah hampir tidak ada keuntungan yang saya pribadi dapatkan dari semua buku yang saya buat. Saya sedih juga lho kalau sampai ada yang mengatakan saya menulis buku hanya untuk mencari kekayaan atau ketenaran semata. Bahkan ada yang sampai mengira saya menggunakan ghost writer (penulis di balik layar) di semua buku yang saya buat. Serius! Errrrrr.

Jadi ya, ada yang sengaja mengirimkan pesan ke saya lewat social media.
X: "Mbak Meta, aku mau dong minta kontaknya ghost writermu! Kayaknya enak ya. Cukup bayar, tau jadi terus punya buku yang mampang nama. Dia yang nulis, kita yang terkenal, kita yang keliatan keren. "
M: (Saya sampai speechless tak tahu mau bicara apa)

Semoga saya bisa konsisten meluruskan niat menulis (buku ataupun blog) untuk kebaikan banyak orang yaa, terutama di dunia kesehatan anak karena memang itu bidang saya. Seandainya ada (lagi) nih yang bertanya-tanya, saya TIDAK PERNAH menggunakan ghost writer. *bingungmaungakakapamewek* :)))

Saya hanya ingin berkarya dan bermanfaat untuk orang banyak. Karena bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang banyak? :)

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...