1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit Difteri ?
Difteri merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae yang sangat mudah menular dan
berbahaya. Difteri sangat menular melalui droplet dan penularan dapat terjadi
tidak hanya dari penderita saja, namun juga dari karier (pembawa) baik anak
maupun dewasa yang tampak sehat kepada orang-orang di sekitarnya.
2. Apa saja faktor penyebab dan gejala penyakit ini ?
Faktor penyebab penyakit ini (sama halnya dengan penyakit
infeksi lain) sangat kompleks. Secara garis besar dapat dibedakan menjadi
faktor agent (kuman penyebab), host (manusia) dan lingkungan. Dari faktor host
misalnya, status nutrisi, umur, atau
status imunisasi sangat memegang peranan. Demikian pula faktor lingkungan,
tingkat kepadatan hunian, ventilasi juga memegang peranan.
Gejala difteri akan sangat tergantung. Difteri hidung
misalnya, gejala awal akan menyerupai common cold biasa. Pilek ringan, bisa
disertai demam ataupun tidak. Namun jika diperiksa lebih teliti, akan terlihat
membran putih pada daerah septum nasi (di dalam hidung). Difteri tonsil faring
akan memberikan gejala awal paling umum nyeri tenggorokan, bisa juga serak,
lemas atau pusing. Dari pemeriksaan, akan terlihat membran keabuan di dalam
faring dan tonsil. Pada kasus yang lebih berat, pembengkakan jaringan lunak dan pembesaran kelenjar getah bening dapat
menyebabkan gambaran “bull neck”.
Sementara difteri laring biasanya akan memberikan gejala suara serak, nafas
berbunyi, dan batuk kering dengan demam tidak terlalu tinggi. Lain lagi
dengan difteri kulit yang memberikan gejala seperti luka dengan membran keabuan
di kulit.
3. Apakah dapat merenggut nyawa seseorang ?
Ya betul, seorang anak dengan difteri dapat menyebabkan kematian
akibat obstruksi laring atau miokarditis (penyakit jantung) akibat aktivasi
eksotoksin atau racun dari kuman.
4. Prevalensi jumlah penderita penyakit ini di Indonesia
kira2 ada brp banyak kasus ?
Menurut data Depkes, jumlah kasus difteri di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak
806 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 38 kasus. Case Fatality Rate
difteri pada tahun 2011 sebesar 4,71%.
5. Apakah benar anak yg tidak di imunisasi/vaksinasi tingkat
kemungkinan terserang penyakit ini sangat besar ?
Betul.
6. Apakah penyakit ini menular ?
Ya betul.
Jika penyakit ini tidak ditangani dengan benar, apa
sajakah dampak yg paling parah yg akan dialami pasien ? Bisa menjadi kematian
akibat (yang paling sering) tersumbatnya saluran napas (terkadang sampai harus
ditrakeostomi, atau dilubangi dari luar agar bisa bernapas) atau penyakit
jantung akibat racun yang dikeluarkan kuman tsb.
8. Apakah Difteri dapat dicegah sejak dini, jika iya
bagaimanakah caranya ?
Bisa.
Pencegahan
umum: berikan ASI eksklusif, makanan pendamping ASI dengan nutrisi lengkap dan
seimbang, menjaga
kebersihan (badan, pakaian, mainan, lingkungan), serta
penyediaan air bersih untuk makanan dan minuman.
Pencegahan
spesifik: imunisasi lengkap, karena dalam waktu 4 – 6 minggu setelah imunisasi
akan timbul antibodi spesifik yang efektif mencegah penularan penyakit,
sehingga anak tidak mudah tertular infkesi, tidak menderita sakit berat, dengan
demikian tidak terjadi wabah dan kematian.
9. Langkah pengobatan dan penanganan penyakit ini seperti
apa ?
Pada dasarnya pengobatan difteri bertujuan untuk
menginaktivasi toksin yang belum terikat secepatnya, mencegah dan mengusahakan
agar penyulit yang terjadi minimal, mengeliminasi C. diphtheriae untuk mencegah
penularan serta mengobati infeksi penyerta dan penyulit difteria. Selain
antitoksin (Anti Diphtheria Serum), juga diberikan antibiotik dan tentunya
penderita harus diisolasi. Keluarga pasien biasanya akan diperiksa, dan
mendapat pengobatan antibiotik.
10. Apakah pasien nantinya dapat sembuh total ? Tergantung
ya mbak. Prognosis pasien difteri akan sangat tergantung dari umur,
virulensi kuman, lokasi dan penyebaran membran, status imunisasi, kecepatan
pengobatan, ketepatan diagnosis, dan perawatan umum.
No comments:
Post a Comment