Saturday, February 27, 2016

Balada Gigi dan Rahang

Sejak kecil, saya tak pernah bermasalah dengan gigi. Di saat teman sekelas mendapat catatan "khusus" dari dokter gigi saat pemeriksaan gigi, saya justru dipuji karena gigi yang bersih dan tak berlubang. Saya memang tak diperbolehkan mama dan papa memakan permen, cokelat dan teman-temannya itu waktu kecil.

Sampai ketika menginjak kelas 5 SD, saya menyadari ada yang aneh pada gigi saya. "Kok engga ketemu ya, ma?", begitu pertanyaan saya kepada mama waktu itu. Jadi, saat kelas 5 itu, rahang bawah saya mulai memanjang dan maju ke depan. Bahasa sundanya, cameuh. Entah apa bahasa Indonesianya haha. Aneh, karena biasanya ini adalah faktor genetik. Sementara di keluarga saya tak ada satu pun yang cameuh begini. Sebenarnya, saya sih tak merasa terganggu, tapi karena rahang yang maju ini, gigi atas dan bawah saya jadi tak bertemu dan mengakibatkan saya susah menggigit.

Seingat saya, sejak itulah saya jadi malas makan. Apalagi makan daging yang harus dikunyah. Aduh mending sekalian tak usah makanlah haha.



Karena itu pula, mama akhirnya membawa saya ke dokter gigi yang menyarankan rahang bawah saya dioperasi, dipotong sekian milimeter. Waduh, saya yang masih kecil sudah panik mendengarnya. Demikian pula dengan mama dan papa saya. Akhirnya, kami memilih cara manual yang membutuhkan waktu lama. Itu pun tanpa garansi akan berhasil. Saya dibuatkan alat semacam helm yang menempel di dahi dan dikaitkan oleh besi kecil ke kawat di gigi untuk mendorong rahang bawah dari luar. Saya diharuskan menggunakan alat itu selama minimal 8 jam setiap harinya. Rasanya? Aduh jangan ditanya, tersiksa bukan main! Sejak saat itu, persahabatan saya dengan dokter gigi dimulai. Setidaknya setiap sebulan sekali saya mengunjungi klinik untuk keperluan gigi.

Mungkin karena saya masih dalam masa pertumbuhan, demikian pula dengan si rahang, alhamdulillah kira-kira 3 tahun pasca menggunakan alat tadi secara rutin, gigi atas dan bawah saya mulai bertemu lagi, horeeee. Supaya tidak bergeser lagi, saya diminta menggunakan kawat gigi dengan karet yang menghubungkan rahang atas dan bawah. Sama sakitnya, sama tersiksanya, tapi karena tidak terlihat dari luar, saya senang saja memakainya. Pokoknya bebas dari helm antik itu haha!

Kurang lebih total hampir 6 tahun saya menggunakan kawat gigi dan segala macam printilannya. Saya pernah mencoba segala macam kawat gigi mulai yang transparan tak terlihat, sampai yang warna/i menyesuaikan dengan warna tas sekolah. Namanya juga ABG ya:p Begitu dilepas, horeeee merdekaaa!

Lalu saya disibukkan dengan kepindahan ke Surabaya. Saat kuliah, saya kembali merasakan tetiba gigi atas dan bawah tak bertemu lagi. Haduuuuh, kok kumat lagi-_-" Periksa punya periksa, kembalilah kawat gigi dipasang, dan saya kembali malas makan alias mengunyah.

Setelah hampir 3 tahun, dokter gigi saya mengingatkan kalau ada gigi molar alias wisdom teeth yang mulai tampak akan tumbuh miring. Ia menawarkan untuk mengoperasi keempatnya agar kelak tak jadi masalah. Iyaaa, bayangkan deh, empat-empatnya tumbuh miring! Yasalaaaam.

Tapi, dokter gigi tsb menambahkan, kalau keempatnya dicabut, bisa jadi tatanan gigi yang sudah susah payah dikawat selama 3 tahun agar bertemu itu kembali kacau dan..oh no...harus dipasang kawat gigi lagi.

Saya sendiri sudah malas setengah mati menggunakan kawat gigi lagi. Hayati lelah bang, lelaaaah. Bayangan harus kontrol setiap bulannya, harus sariawan berulang, harus kesakitan membuat saya menolak tawaran tadi. Saya berdoa saja setiap hari semoga keempat gigi yang baru nongol ini tumbuh dengan pintar dan pada tempatnya.

Namanya manusia cuma bisa berusaha, ternyata memang betul "ramalan" dokter gigi saya tersebut, keempatnya tumbuh miring dan menabrak gigi tetangganya sampai hampir hancur. Berulang kali bermasalah, saya tetap bersikukuh tak ingin mengoperasi karena takut dan malas kalau kelak sampai harus pasang kawat lagi.

Sampai awal tahun ini, saya sedang merenungkan perjalanan hidup -eciyeeee-, dan merasa kalau saya harus melakukan sesuatu yang selama ini ditunda-tunda. Salah satunya adalah operasi gigi. Saya segera menghubungi dokter gigi dan meminta jadwal operasi. Sebetulnya kaget juga sih, kok bisa tetiba berani ya haha. Operasinya inshaAllah akan dijalani hari Senin besok. Doakan semoga lancar yaa:)

2 comments:

Errika Ayu Aprilia said...

Wah dokter meta sama seperti saya kasusnya, gigi graham belakang saya ke empatnya tidah tumbuh sempurna jadi cuma keluar kira-kira 1/2 saja, karena rahang saya sempit dan kecil, alhasil mendorong gigi tetangga sebelah dan gigi lainnya jadi rapuh, dokter gigi saya juga mnyarankan untuk operasi gigi bukan ke 4 nya tapi ada 6, sedih bukan main gigi saya harus hilang 6, 4 graham dan 2 lagi gigi yang hancur karena terdorong hikss.. sampai saat ini br berhasil 1 gigi, dan masih ngumpulin nyawa untuk 5 lainnya T_T

Meta Hanindita said...

Semangat mbak! Ternyata engga terlalu menyeramkan kok. Walaupun kalau disuruh lagi sih mmm... ga usah deh ya:p

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...