Tuesday, May 5, 2015

Super-Sensi

Saya sudah sering banget cerita dalam tulisan-tulisan di blog mengenai Naya yang sensitif banget, kan? Buat saya yang super-engga-sensitif ini, terkadang menghadapi Naya bisa membuat benar-benar stress dan bingung. Saya sering banget menganggap anak gadis suka super lebay. Emak macam apalah saya ini:))
 
My babygirl:*

Saya pikir, seiring dengan berjalannya waktu, Naya bisa memanage kesensitifannya ini dengan lebih baik. Harapan saya sih begitu. Nyatanya, menurut saya, semakin lama Naya jauh semakin sensitif.


Selain super-sensitif, Naya juga gampang sekali cemas berlebih. Sedikit trigger yang buat anak lain biasa saja, dapat membuat Naya histeris.

Contohnya nih ya, setiap kami pergi ke suatu tempat -mall misalnya-, kemudian saya mencari tempat parkir, pasti Naya sudah heboh dengan tampang-siap-mewek, "Mama, engga ada tempat parkirnya? Penuh semua? Terus gimana nanti kalau kita engga dapat tempat parkir? Terus gimanaaaaa mamaaaa? Huaaaaaaaa.." -___-" Padahal saya baru saja memasuki pelataran parkir, belum terlihat juga penuh apa tidak. Hedeeeeh. Itu setiap kali bepergian mencari tempat parkir, lho! SELALU.

Naya juga selalu khawatir akan terlambat pada acara apapun. Apapun. Sekolah, les, ulangtahun teman, apapunlah. Jangan heran, Naya bisa sudah siap mandi jam 5 pagi dan bolak/balik mengingatkan saya dan ayahnya yang masih asyik selimutan setiap 5 menit sekali. "Mama, Papa, ini sudah jam 5 lho ya, ayo siap-siap dulu. Nanti kakak terlambat!" Padahal anak gadis baru masuk sekolah jam 8. Demikian juga dengan les. Jauh sebelumnya, Naya sudah gaduh gelisah menyiapkan segalanya agar tak terlambat. Pernah satu waktu, saat saya diwisuda, saya mengajak Naya ikut untuk foto bersama, namun karena anak kecil tak diperkenankan mengikuti prosesi, saya meminta Naya ke sekolah saja. Tentu jadinya terlambat masuk sekitar 15-20 menit. Saya sudah meminta ijin pada gurunya. Namun, rupanya anak gadis saya kecewa berat karena mengetahui dirinya terlambat. Menangislah ia sepanjang jalan menuju sekolah sempat tak mau masuk. PR banget ya kakakkkkk!

Kekhawatiran Naya yang lain adalah takut barangnya tertinggal. Maka itu, Naya rajin sekali bolak/i mengecek barang bawaannya sebelum sekolah atau les. Saya saja sampai bosan melihat Naya "mengabsen" satu persatu perlengkapan tulisnya. Selain itu masalah sepele juga bisa membuat Naya panik sampai histeris. Misalnya saja kehilangan tutup pulpennya yang padahal hanya terselip, kaos kaki miliknya kelunturan sedikit, sampai stiker yang sering ia tempel di tangannya hilang karena terjatuh entah di mana. Lebay banget engga?

Naya juga khawatir kalau hujan turun. Pada saat saya tanya kenapa alasannya, Naya bilang ia takut kalau hujan turun nanti banjir. Lalu kalau banjir, jalanan jadi macet. Kalau macet, nanti ia tak bisa pulang sekolah atau datang ke tempat les tanpa terlambat. Eaaa lagi-lagi soal terlambat yaa.

Saya tak tahu juga apakah sifat Naya ini disebabkan didikan saya yang ingin Naya tepat waktu dan sesuai aturan. Tapi, kalau saya baca dari buku "A Parents' Guide to Gifted Children" sih, salah satu karakter anak gifted ya memang begitu itu.

Soal sensitif, Naya masih rajanya. Number 1 deh:))
Bayangkan, dia bisa duduk di lantai, kepala menghadap bawah, memasang tampang-siap-mewek saat saya sedang bertelponan dengan teman. Saya -kan engga sensitif, ya maaaap!- tak mengerti juga kenapa anak gadis tetiba manyun begitu. Jadi awalnya saya cuek saja. Namun karena Naya tambah manyun dan mulai pasang tampang ngambek, saya penasaran juga. Setelah saya tanya, ehhh ternyata dia merasa dicuekin mamanya yang malah sibuk menelpon orang lain saat ada dia di dalam kamar. Yasalam kaaaaak!

Lain kesempatan, saat saya sedang bercerita pada papanya, Naya bisa tiba-tiba meneteskan air mata -bukan menangis yang heboh sih, cukup menangis biasa- karena menurutnya kami sedang membicarakannya. Halah.

Baru tadi pagi, Naya pun ngambek setengah mati karena melihat supir keluarga kami mengenakan kaos merah, nanny-nya pun memakai baju merah dan ART memakai baju merah (kebetulan, tak disengaja. Lalu dia ngambek dan bilang "Ya sudah, mama papa juga semua pakai baju merah ya, biar kakak sendiri yang beda, biaaaar!" Hihhh. Deramah banget engga sih?

Pernah juga, ART saya di rumah menangis bombay saat Olga meninggal dunia. Kedua matanya bengkak dan memerah. Karena penghuni serumah tak ada yang sensitif -termasuk saya-, tak ada yang menyadari kesedihan sang ART, kecuali -tentunya- Naya. Naya mendatangi ART ke kamarnya, lalu menepuk-nepuk punggung ART saya tadi. (Seperti yang diceritakan sang ART ke saya)
Naya: "Mak, emak yang sabar yaaa. Jangan nangis terus. Nanti emak matanya tambah bengkak."
Emak (ART saya) : "Iya kak."
Naya: "Emak kenapa kok nangis?"
Emak: "Itu lho kak. Olga meninggal."
Naya: "Olga itu siapa mak? Anak emak?"
Emak: "Bukan kak."
Naya: "Saudara emak? Temen enak?"
Emak: "Bukan kak."
Naya: "Emak kenal sama Olga?"
EMak: "Engga kak."
Naya: "Olga yang kenal emak?"
Emak: "Engga juga kak."
Laluu anak gadis lari masuk ke kamar saya.
Naya: "Mama mama, itu emak kasihan lho lagi nangis-nangis sendiri engga jelas kenapa, mungkin karena matanya sakit atau apa atau apa gitu. Mama coba bawa emak ke dokter orang tua dong."
:))))))))))))))))))

Naya juga selalu menjadi orang pertama yang mengetahui kalau nanny-nya sedang sedih, supir keluarga kami sedang sakit, atau ART kami sedang kangen cucunya. Kalau sesuatu tak menyenangkan terjadi pada saya atau bapaknya pun, Naya pastiiiiiiii ngeh. Saya juga bingung, kok bisa yaaa. Mungkin karena kesensitifannya itu tadi.

Naya pernah membujuk saya untuk membawa nannynya ke dokter gigi untuk dioperasi gigi karena kesakitan sekali. Naya juga yang pernah meminta saya membelikan mainan untuk cucunya emak yang mau berulangtahun. Naya pula yang meminta saya membelikan kaos untuk supir keluarga kami karena bajunya kesempitan semua:))))

Semoga kelak Naya bisa me-manage super-sensitif ini dengan sebaik-baiknya ya. PR lagi nih buat saya:D Doakan sayaaaaaaa!

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...