Thursday, May 28, 2015

Dunia Maya: Positif Negatif

Kemarin, seorang teman curhat ke saya. Dia baru saja punya anak, berniat menyusui namun galau karena merasa ASI-nya tak cukup banyak.
M: "Kenapa memangnya kamu merasa ASI-mu kurang?"
X: "Kamu tahu engga Met, aku kalau mompa ASI tuh sekali mompa paling cuma 30cc. Padahal temenku yang kemarin barengan melahirkan, sekali mompa bisa sampai 200 cc. Belum lagi aku kemarin aku liat fotonya temenku, simpenan ASIP di kulkasnya banyak bangeeeet. Aku sih boro-boro bisa nyimpen, bisa menuhin kebutuhan setiap hari aja udah Alhamdulillah. Pasti memang ASI-ku yang kurang deh. Pantesan aja anakku kecil mungil. Sudahlah, cari sufor aja. "


Di kesempatan lain, seorang relasi saya menceritakan keinginannya bercerai. Menurutnya, sang suami "pelit". Awalnya saya bingung juga. Keluarga kecil mereka tinggal di rumah yang relatif besar, mempunyai 2 buah mobil keluarga, dan hidup berkecukupan. Setelah bertanya-tanya, ternyata relasi saya ini menganggap suaminya pelit karena mereka belum pernah berlibur bersama ke luar negeri. "Padahal ya Met, coba deh iseng blogwalking ke blognya emak-emak gitu. Atau follow instagram-nya. Ih mereka santai aja tuh kayaknya abis liburan ke Hong Kong, terus ke Singapore bulan depannya, eh akhir tahun udah tour the Europe coba. Banyak foto-fotonya gitu. Kok suamiku pelit banget sih! Padahal aku yakin aja kalau mau sih pasti mampu kok!"

Ada pula teman saya yang hobi berantem dengan sang suami setiap habis melihat postingan foto-foto barang branded di Instagram. Padahal ia tak kenal juga dengan orang yang difollownya:))) Berawal dari iseng, mengikuti segala macam kehidupan orang tersebut di dunia maya, berakhir dengan membanding-bandingkan hidupnya sendiri dengan orang tadi. Saya kebetulan kenal juga dengan suaminya. "Aduh Met, capek deh. Masa gegara dia abis liat instagramnya siapalah gitu (artis bukan, kenal juga engga) yang upload foto tas seharga 30 juta, eh dia minta.Abis liat temennya upload lipstik baru di Path, dia minta juga. Gitu terus, ga ada habisnya!" Gitu curhatnya.

The power of Dunia Maya:)

Tanpa perlu bertatap muka, benar-benar mengenal seseorang, kita bisa saja mengetahui segalanya dari orang tadi. Mulai dari berapa banyak ASIP yang ia dapat dari pompaan hari ini, menu sarapan sampai makan malam, baru beli apa saja, potong rambut di mana sampai ke berapa harga tas barunya. Semuanya deh!

Is it good or bad? Well, it depends.

Engga mungkin juga kan ya melarang semua teman dan keluarga untuk memosting foto di sosmed mereka. Kecuali, kalau kita memutuskan untuk tidak menggunakan sosmed sama sekali. Kalau saya sih, jujur, masih suka banget bersosmed:D

Lalu bagaimana? Tergantung apa?
Tergantung dengan bagaimana kita menyikapinya.

Kalau mau memilih untuk negative thinking bisa. Anggap saja orang yang gemar posting foto travelling-nya ke luar negeri tukang pamer. Atau yang suka posting foto barang branded-nya  hanya ingin "mengejek" kita yang tasnya seharga 100ribu pun tidak. Atau emak yang doyan upload foto hasil pompaan ASI-nya sengaja ingin menjatuhkan mental kita yang setengah mati memenuhi kebutuhan ASI anak. Dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya.

Tapi, lalu apa yang kita dapat? Selain bikin stress, kita juga jadi memaksakan diri di luar kemampuan. Bisa lebih buruk lagi kalau akhirnya kita malah jadi berasumsi buruk yang jatuhnya malah jadi memfitnah. "Ah, dia sih enak bisa liburan ke sana ke mari, walaupun suaminya PNS. Korupsi paling". "Yah, dia hobi amat sih pamerin ASIP, pasti pengin nyindir aku yang susah banget dapet ASIP cukup.""Suamiku kok engga pernah beliin aku barang branded ya? Pasti punya simpanan lain!" blablablabla. Happy? Im sure not.

Ada juga yang memilih untuk positive thinking dan menjadikan ini sebagai motivasi. Setelah melihat keluarga X posting foto liburannya di Disneyland Hong Kong, ia jadi bersemangat menabung demi bisa "menyusul" ke sana. Setelah melihat kulkas penuh ASIP, ada yang semakin bersemangat menyusui, semakin rajin memompa ASI. Setelah melihat postingan barang branded, ada yang memulai bisnis online kecil-kecilan agar bisa membeli tas jutaan impiannya tanpa memberatkan suami. Happy? Sure. Saya percaya, positive thinking will lead to a positive life.

Terkait soal positif dan negatif ini, saya jadi ingat wejangan yang diberikan oleh senior saya. Menurut beliau, orang yang paling sehat dan bahagia di dunia ini adalah mereka yang senang melihat orang lain senang dan sedih saat melihat orang lain sedih. Sederhana banget kan ya? Sayang, pada kenyataannya, kebanyakan yang terjadi justru sebaliknya:D

Its also a gentle reminder for me. Lets stay positive!:)

PS: Sudah pada ikutan preorder buku terbaru saya Play and Learn belum? Yuk intip caranya di sini!

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...