H-1 acara, pihak panitia tidak juga menghubungi suami. Kok ya kebetulan saat itu suami saya sibuk sekali. Saya tahu persislah, wong baru masuk kamar jam 3 pagi:))) Jadi saya yakin dia juga terlupa tidak mengkonfirmasi ulang kepada panitia. Namun keesokan harinya, walaupun baru tidur jam 3 pagi, dia sudah siap dan rapi sebelum jam 7, saking semangatnya akan menjuri lomba band. Eaaaa banget ya:))
Makanya wajarlah suami saya kesal sekali saat mengkonfirmasi kepada panitia beberapa saat sebelum waktu yang diinformasikan, tetiba pihak panitia bilang acaranya adalah minggu depan. Jreng jreng jreeeeeng. Saya membayangkan kalau berada di posisi suami. Duh pasti sebal sekali ya! Bisa jadi tanduk di kepala muncul semua:p
Kemudian suami saya menulis soal ini di akun Path-nya. Bukan untuk apa sih, sekadar klarifikasi dan permohonan maaf kepada banyak orang karena akhirnya dia menolak dengan hormat untuk menjadi juri:D
Yang membuat saya terkejut, eh rupanya ada beberapa komentar dari orang lain yang rupanya memiliki pengalaman yang sama, sampai tercetuslah kalimat yang sama dari mereka. "Anak jaman sekarang memang gitu kok. Beda sama jaman kita dulu. Kurang menghargai."
Kalimat serupa sering pula saya baca kalau sedang membaca komentar netizen di berbagai portal berita. Jaman sekarang memang sih beritanya ngeri-ngeri. Mulai kasus anak SD yang diperkosa, anak SMA yang melahirkan di kebun sampai pesta seks anak SMA. Pasti deh komentar yang ada senada seirama. "Anak jaman sekarang memang begitu, beda sama jaman dulu. Gue pas SD paling hobi nonton doraemon bukan bokep." Atau yang semacamnya deh;)
Saya jadi ingat beberapa tahun lalu saat saya masih SMA. Guru SMA saya selalu membanding-bandingkan "anak jaman dulu" -jamannya beliau masih anak SMA- dengan "anak jaman sekarang" -Ya saya dan teman-temanlah yaa maksudnya-yang cenderung melupakan etika, kurang menghargai dan kurang mengerti sopan santun. Bukan beliau saja lho, dulu pun saya sering banget mendengar ucapan serupa dari guru les, orang tua sahabat saya sampai ke penjual makanan dekat rumah saya.
Lho, kok bisa sama ya pendapat orang lebih dari 10 tahun lalu dengan sekarang? Entah memang benar-benar attitude generasi kita mengalami degradasi setiap tahunnya atau karena modernisasi, perbedaan pola pikir antar generasi yang terlalu jauh sehingga hal yang dianggap generasi masa kini biasa saja menjadi hal yang luar biasa bagi generasi sebelumnya?
Sejujurnya, saya pun tak tahu jawabannya apa. Memang benar kalau anak jaman sekarang dan jaman dulu jelas berbeda. Lingkungannya saja sudah berbeda, tantangannya pun jauh berbeda. Lalu kalau begitu, bolehkah disimpulkan semakin modern suatu jaman, semakin jelek pulalah attitude generasi mudanya?
Saya sih percaya, sebagai orangtua, yang bisa kita lakukan adalah membekali anak dalam menghadapi dunia yang semakin modern ini. Lagi-lagi hal seperti ini saya jadikan pengingat untuk membekali Naya pendidikan karakter. Saya sih memulai dengan mengajari Naya hal-hal sederhana dulu yang mungkin terlihat remeh dan sering terlupakan oleh orang lain.
Misalnya, saat saya dan Naya berjalan di suatu tempat yang sedang dipel. Kalau tidak ada jalan lain lagi yang bisa dilewati, saya tunjukkan pada Naya untuk bilang "Permisi, maaf ya Mas/Mbak.", lalu biasakan untuk berjalan di pinggir dan bukan di tengah. Sederhana banget kan ya?
Namanya juga Naya Sunaya, awalnya dia bertanya "Kenapa harus bilang permisi sama maaf mama? Kenapa harus di pinggir?" Saya jelaskan, "Kalau kakak yang ngepel di situ terus banyak orang lewat di tengah kan lantainya kotor lagi, ga selesai-selesai lho. Memang kakak ga sebel?"
Lain kesempatan, saya membiasakan Naya untuk bilang permisi saat harus berjalan melewati orang lain, atau membalas ucapan selamat pagi dari mbak kasir yang menyambut di supermarket. Jujur deh, kadang kita suka malas atau tak terpikir untuk membalas sapaan mbak SPG yang menyambut kita waktu di mall kan? Haha, saya juga sering terlewat lho! Walaupun begitu, karena ingin mencontohkan pada Naya, saya sekarang rajin sekali membalas sapaan. Malah terkadang belum disapa saja, saya sudah menyapa duluan hahaha.
Kalau mau fair, sebelum melabeli anak jaman sekarang dengan kurang sopan santun atau attitudenya kurang, coba diingat dulu. Memangnya kita -yang sebenarnya ikut bertanggung jawab dengan attitude generasi setelah kita- sudah mengajari bagaimana yang seharusnya? Yang terpenting, sudahkah kita mencontohkan? Karena sesungguhnya di setiap label "tak sopan", "kurang etika", "attitude kurang baik" dsb itu, ada peran kita juga lho secara tak langsung:)
Saya percaya, sudah seharusnya generasi muda sekarang justru menjadi lebih baik dari generasi sebelumnya. Demikian pula generasi yang akan datang, harus lebih baik dari yang sekarang. Tentu tak bisalah kita mengharapkan hal tsb datang dengan "ujug-ujug", atau hasil simsalabim alakadabra. Harus ada usaha dari generasi sebelumnya untuk mendidik dan mengajari. Betul?:D
Semoga kelak saat Naya sudah dewasa, tak ada lagi label "Anak jaman sekarang memang begitu. Kurang dibandingkan dulu soal etika." tak lagi terdengar ya. Yuk, sama-sama kita didik anak-anak kita agar kelak menjadi anak yang -tak hanya pintar- berkarakter dan berattitude baik sehingga bisa dibanggakan. Siapa tahu, berpuluh-puluh tahun dari sekarang labelnya akan berganti menjadi "Anak jaman sekarang memang begitu. Engga cuma pintar-pintar, tapi sopan santunnya sip!"
Semoga:)
-Namanya juga berharap. Boleh kan?;;)-
No comments:
Post a Comment