Saturday, July 19, 2014

Mengajar(k) Anak Berdoa

Sebaiknya sejak kapankah kita mengajarkan anak berdoa?

Menurut saya pribadi, tidak ada istilah terlalu dini atau terlalu awal untuk mengenalkan anak pada Penciptanya. Sejak hamil muda, saya selalu membiasakan diri mengajak bayi di kandungan untuk ikut berdoa setiap saat. Walaupun belum terbentuk sempurna, saya yakin Naya di dalam perut ikut mendengar doa saya. Dengan begitu saya berharap semoga Naya menjadi anak yang terbiasa untuk berdoa.

Setelah lahir pun, Naya sudah saya biasakan secara konsisten untuk berdoa bersama. Misalnya saja ketika dia mau menyusu, saya biasakan untuk membaca Bismillah dan doa singkat seperti "Ya Allah, Alhamdulillah Naya masih bisa mimik susu mama. Semoga bisa bikin Naya sehat dan pintar, amin!". Saat mau atau baru bangun tidur, saya kembali mengajak Naya berdoa. "Ya Allah, Alhamdulillah Naya masih bisa bangun pagi ini dalam keadaan sehat, lindungilah Naya selalu, Amin." Demikian seterusnya.

Saya juga mengajarkan Naya doa-doa bahasa Arab serta hapalan surat pendek dalam Al-Quran sejak kecil. Setiap bangun tidur, mau makan misalnya, saya akan membaca doa keras-keras dan perlahan agar Naya bisa mendengar. Tanpa harus saya ajarkan dengan khusus, ternyata Naya tetiba bisa hapal doa-doa dan hapalan surat pendek yang sering saya ucapkan tadi setelah berusia 2 tahun. Saya kaget juga lho waktu itu. Kok ujug-ujug Naya hapal doa ini-itu dan surat ini-itu? Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, mungkin saja kan Naya menghapal sejak dulu saat saya mulai membacakan doa atau hapalan surat pendek padanya? Otak anak kecil gampang sekali untuk menghapal bukan?:D

Ada masanya Naya protes, terutama saat saya ajarkan hapalan surat pendek yang menurutnya sulit.
Naya: "Mama, Allah itu memangnya cuma bisa ngelti bahasa Alab?"
Meta: "Ya engga dong, Allah kan Maha Pintar, bisa segala bahasa kak."
Naya: "Telus kenapa kita beldoa halus bahasa Alab? Memang engga boleh bahasa Indonesia atau Ingglis?"
Meta: "Boleh kok. Kalau kakak mau berdoa pakai bahasa kakak sendiri juga boleh."

Tapi begitu melihat saya atau bapaknya membaca hapalan surat atau doa dalam bahasa Arab, Naya juga tertarik ingin bisa:D

Naya mulai tertarik melihat saya sholat sejak usia 8 bulan dan ingin ikut sholat seperti saya. Walaupun pertamanya Naya lebih banyak "menganggu" karena malah asyik memainkan mukena saya sampai ngompol di sajadah, tetapi lama kelamaan, Naya mulai bisa serius mengikuti gerakan-gerakan sholat saya.
 
Saat ini, Naya sudah teratur shalat 5 waktu, bahkan terkadang mengingatkan saya untuk menyegerakan sholat tiap mendengar adzan. Alhamdulillah:)

Pada saat saya sedang tidak sholat pun, Naya yang biasanya ngomel-ngomel dan menyuruh saya sholat. "Mama, engga boleh malas sholat. Harus sholat. Nanti Allah engga senang kalau mama engga sholat."-____-"
Dulu, saya masih engga bisa menemukan cara menjelaskan Naya kenapa saya sedang tidak boleh sholat. Jadilah demi konsistensi mengajarkan sholat teratur pada Naya, saya ikut sholat juga walaupun tidak berniat.  Setelah umur 3 tahun baru-baru ini, saya jelaskan pada Naya kalau perempuan dewasa memang ada libur sholatnya dalam sebulan. Untungnya dia mengerti. Saat saya "libur" sholat, Naya mengajak pengasuhnya atau bapaknya sholat bersama.

Walaupun begitu, namanya masih anak-anak ya, terkadang Naya pun malas-malasan shalat. Alasannya, "Kakak lagi libul sholatnya ma. Memang kalau pelempuan itu ada libulnya."
Iyaaa, dia menirukan penjelasan saya saat sedang tidak sholat:)))

Saya tidak pernah memaksakan Naya karena memang Naya masih sangat muda. Yang penting Naya mengerti bahwa sebagai seseorang yang beragama, ibadah baik doa maupun sholat penting maknanya.

Beberapa tips mengajarkan anak berdoa ala saya:
1. Sedini mungkin, biasakan berdoa kapanpun dimanapun, dalam kondisi apapun. Saat Naya merasa takut, saya mengajaknya berdoa. Saat Naya merasa gembira, saya biasakan mengajaknya berdoa untuk bersyukur. Saat Naya sedih, saya juga mengajaknya berdoa. Lama-lama, Naya pun menjadi terbiasa sedikit-sedikit berdoa.
2. Rutin dan konsisten. Saya ingin beribadah menjadi "kebiasaan" hidup yang selalu dilakukan:D
3. Ajarkan perlahan dan bertahap. Saya mengajarkan surat pendek seperti An-Naas, Al-Ikhlas dulu pada Naya sebelum Al-Faatihah.
4. Children see, children do. Sesungguhnya cara paling mudah mengajari anak beribadah adalah dengan memberikan contoh:)



No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...