Monday, February 10, 2014

Kompromi

Saat mengetahui saya akan bertugas di Soe, teman-teman saya yang sebelumnya pernah bertugas di tempat ini langsung menyodorkan daftar untuk saya. Daftar yang dioperkan ini berisi nama tempat-tempat yang bisa dijadikan tempat wisata dan juga nama-nama makanan untuk dicoba saat berwisata kuliner. Mulai dari Faatumnasi, Bukit Cinta, Air terjun Oehala, sampai nama makanan seperti Se'i, Bo'se, semua tertulis rapi.

Suami saya pernah juga bertugas di Soe setahun yang lalu sebagai dokter kandungan. Dia hanya tersenyum manis melihat saya memegang daftar tadi. "Ayo, berani taruhan, pasti engga ada satu pun dari tempat dan makanan itu yang kamu datangi dan coba." Ujarnya yakin.
Saya hanya tertawa. We'll see. Masa sudah jauh-jauh engga dicoba sih? Sayang banget!

Eh tapi rupanya suami sudah sangat mengenal saya. You know me so well, dear. too well:p Hampir dua minggu saya bertugas di sini, dan suami saya benar. Tidak ada satu pun nama tempat atau makanan yang sudah saya coret di daftar tadi penanda sudah saya kunjungi atau coba.
Teman-teman dalam tim saya yang sudah. Hampir setiap weekend mereka berjalan-jalan dan berwisata kuliner. Saya? Selalu tinggal di rumah saja. Bersih-bersih, ngeblog, membaca majalah via Scoop atau menonton DVD.

Bukannya apa-apa, saya ingin juga mengetahui tempat wisata di sini sebenarnya. Tapi saya si ratu survey ini sudah bertanya-tanya ke banyak orang. Beberapa tempat wisata yang teman-teman kunjungi memang indah, saya hanya lihat dari fotonya. Benar-benar masih alami. Tapi mendengar perjalanannya yang penuh perjuangan membuat saya kalah sebelum maju perang. Teman saya bercerita bahwa jalanan di sini masih jelek dan berliku-liku. Jalan untuk ke Faatumnasi misalnya, hanya cukup untuk dilintasi satu mobil. Saat musim hujan deras seperti sekarang, jalanannya licin dan rawan longsor. Teman saya yang sudah ke sana bilang ia kapok tidak mau ke sana lagi. Hahaha. Jalanan dari Kupang ke Soe yang menurut ukuran orang sini sudah sangat bagus saja sukses membuat saya muntah-muntah, berkeringat dingin dan bolak-balik berzikir memohon keselamatan kok:p

Soal kuliner, seperti yang pernah saya tulis di sini, saya memang menganggap makan sebagai kebutuhan bukan untuk rekreasi. Di Soe, mayoritas penduduknya beragama Kristen/Katholik, hanya sedikit yang muslim. Jangan heran kalau dimana-mana bisa kita temukan babi yang dimasak beraneka ragam. Saya agak ragu mencoba makanan khas sini karena tidak yakin dengan kehalalannya. Misalnya di rumah makan yang menyediakan Se'i (daging bakar) sapi, ada juga pilihan Se'i babinya. Mendingan engga saja deh. Ada beberapa warung Jawa yang penjualnya muslim, tapi tidak menyediakan menu kuliner khas penduduk NTT. Jadi yaaaa.. lewaaaat! Saya belum pernah mencoba semuanya hahaha.

Kemarin, saya ngobrol-ngobrol dengan teman yang juga sangat mengenal suami saya. Rupanya dia kebingungan karena menurutnya, saya dan suami sungguh berbeda, hampir di semua aspek. Tapi -mengutip persis kata-katanya- yang paling jelas, suami itu tipe petualang sementara saya bukan petualang sama sekali. Kok bisa sih?

Entahlah, mungkin benar saya memang bukan orang yang adventurer. Kalau kata suami, saya itu tipe "cari aman". Bisa jadi;) Mungkin karena saya orangnya pemikir, saya tidak bisa melakukan hal yang spontan. Segala hal pasti saya pikirkan benar positif-negatifnya. Kalau memang lebih banyak negatifnya, ya sudah, tidak akan saya lakukan.

Hal ini berbeda 180 derajat dengan suami. Suami saya sangat berjiwa adventurous. Sebagai anak pecinta alam saat kuliah dulu, hobinya memang hiking, diving, parasailing atau apalah yang mengerikan buat saya. Saya pernah bilang ke suami, seandainya saya dibayar 10 juta pun untuk parasailing, saya engga bakal mau. Terimakasih:p Sementara, suami saya justru sebaliknya. Dia rela membayar 10 juta untuk bisa ber-parasailing. Beda banget kan ya?:)))

Suami juga sering membuat jantung saya tidak karuan hanya karena tetiba dia mengajak pergi ke luar kota. Tanpa rencana sebelumnya. Menurutnya hal seperti ini asyik dan membuat hidup lebih hidup.Buat saya si well-organized, well-planned, well-thought-out ini, apa yang dilakukan suami tidak ada asyiknya sama sekali dan hanya membuat migren saya kambuh.

Lalu teman saya bilang "Kamu kok engga asyik banget sih, Met? Hidupmu engga hidup sama sekali." Begitu katanya.

Menurut saya, "asyik" itu relatif, berbeda definisinya bagi setiap orang. Mungkin saja kegiatan seperti hiking, diving, parasailing itu mengasyikkan buat sebagian orang, tapi bisa jadi tidak menarik buat sebagian yang lain. Bisa saja membaca atau menulis itu kegiatan paling membosankan buat orang tertentu, tapi tidak menutup kemungkinan ada yang menganggap kegiatan tsb menyenangkan.
Kalau pengertian "asyik" sama, engga kebayang deh. Pihak penyedia kegiatan petualang alam pasti laris manis dong ya, full-booked setiap saat. Atau bisa saja perpustakaan di seluruh Indonesia penuh.

Buat saya yang engga terlalu menyukai kegiatan outdoor, saya bisa juga kok menikmati dunia lewat membaca dan menulis. Bahkan, saya merasa hidup saya lebih hidup dengan kegiatan yang mungkin buat banyak orang membosankan itu:p Saya juga menganggap siaran atau syuting mengasyikkan. Kalau saya "dipaksa" bertualang, saya yakin saya bukannya merasa hidup lebih hidup, tapi justru tersiksa:p

Alhamdulillah suami saya pun mengerti. Saya engga pernah memaksa suami membaca atau menulis. Percaya engga, dia belum pernah membaca buku saya lho. Jangankan buku deh, blog saya saja engga pernah-_______-" Bahkan pernah ya, dia disapa sejawatnya yang baru membaca tulisan saya di blog. Dia engga mengerti sama sekali sampai menelpon saya untuk menceritakan apa yang saya tulis. -__-"
Sebaliknya, suami saya juga engga pernah memaksa saya mengikutinya berolahraga jantung itu. 

Kami sama-sama menghargai pilihan dan definisi "asyik" masing-masing. Bukankah kunci dari pernikahan itu adalah kompromi?;)





2 comments:

El said...

saling menghargai ya meta, begitupun suamiku, padahal dia reporter dan tiap bulan nulis berita tapi tetap enggak mau kalau diminta nulis buku, katanya beda jurusan, hehehe... teteup masing-masing punya pilihan. Yes saling kompromi saja.

Meta Hanindita said...

Betuuuuul:D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...