Nah,
sejak awal sebenarnya saya sudah punya beberapa inceran, termasuk salah
satunya adalah Whizkids. Karena banyak mendengar positive review
(walaupun emang ada beberapa yang negatif juga), saya penasaran ingin
mencari tau lebih banyak soal preschool ini.
Bulan
Oktober, saya menelpon ke sekolah tsb untuk bertanya-tanya. Pihak
sekolah yang menerima telpon mengatakan bahwa sebentar lagi Whizkids
akan mengikuti pameran pendidikan. Segala informasi bisa didapatkan
lengkap disana. Walaupun sebenarnya terkapar dan teler habis jaga, saya
datang juga kesana, ini hasil lebih lengkapnya.
Setelah
berbicang-bincang panjang lebar dengan pihak sekolah, saya menemukan
visi sekolah ini sama dengan saya. Lebih jauh lagi, ternyata semua
kriteria yang saya cari ada pada Whizkids. Akhirnya, saya mengutarakan
niat untuk mendaftarkan Naya disana.
Sayangnya,
menurut peraturan dari Whizkids, sekolah tidak bisa menerima (calon)
anak didik jika anak tsb belum pernah mengikuti trial dengan
orangtuanya. Tidak bisa diwakilkan siapa pun selain ayah atau ibunya.
Saya pun menyanggupi untuk mengikuti trial dulu.Bapaknya sih jelas engga bisa diharapkan buat ikut trial, sibuk banget! Karena
jadwal saya selama bulan November dan (seharusnya) Desember padat
sekali, sampai melihat matahari saja jarang-jarang, tentu saja saya
tidak mungkin mengikuti trial. Boro-boro trial, bisa ketemu Naya setiap
hari saja sudah Alhamdulillah. Jadilah trial dijadwalkan pertengahan
bulan Januari di hari Sabtu. Satu-satunya hari dimana jadwal saya agak
longgar di jam sekolah, sehingga saya bisa ikut trial.
Selang
beberapa minggu kemudian, tepatnya di akhir November, saya iseng-iseng
menelpon Whizkids untuk menanyakan ketersediaan tempat yang dijawab
tersisa hanya satu kursi lagi.
Karena
saya sudah malas survei sekolah lain lagi, saya bilang bahwa saya
benar-benar ingin mengambil sisa kursi tadi untuk Naya. Kalaupun jadwal
trial harus maju dan bukan hari Sabtu, saya rela deh.
Kemudian
nama saya, nama Naya sampai nomer telpon saya didata dan disepakati
bahwa Naya bisa mengikuti kelas trial hari Selasa 4 Desember 2012. Saya
sempat meminta untuk diberitahu kalau-kalau sisa 1 kursi tadi terambil
sebelum saya trial supaya saya tidak berharap kosong dan bisa
mencari sekolah lainnya. Pihak sekolah menyanggupi.
Saya
sampai ngebela-belain ijin sehari dari rumah sakit, padahal sebentar lagi saya mau ujian-_-" (fyi, seumur-umur,
selain ini saya baru pernah ijin sekali dari rumah sakit, yaitu sewaktu
bapak saya meninggal dunia. Intinya ijin didapat dengan susah payah, dan
harus dengan alasan yang mendesak.)
Karena
hari Selasa seharusnya Naya juga sekolah, saya mintakan ijin dari
gurunya untuk tidak masuk. Supir antar jemputnya pun saya hubungi untuk
tidak menjemput Naya karena Naya tidak masuk sekolah.
Pada
hari-H, kami sudah bersiap sejak pagi supaya tidak terlambat. Begitu
sampai di Whizkids, perasaan saya mulai engga enak karena disambut oleh
guru-gurunya yang memasang tampang bingung karena kedatangan saya.
Saya sempat membatin "Lho bener ga sih ini hari Selasa tanggal 4? Kok malah bingung gitu liat gue?"
Perasaan
engga enak saya dikonfirmasi dengan kehadiran salah satu pengajarnya
yang menyambut saya dengan "Selamat pagi bu. Orangtuanya Nico ya?"
Jelas, mereka tidak sedang menunggu kehadiran saya. Bahkan jelas tidak tahu apa yang saya lakukan disana.
Ketika
saya jelaskan saya orangtua Naya, sudah bikin appointment untuk
trial kelas nursery, saya jelas melihat adanya kebingungan di antara
mereka yang kemudian dapat saya simpulkan sendiri, nama saya dan Naya tidak
tercatat pada jadwal mereka, entah bagaimana ceritanya!
Salah
satu pengajarnya menghampiri saya untuk mengatakan bahwa kelasnya sudah full.
Kebayang engga perasaan saya gimana? Kalau di film kartun, sudah keluar dua tanduk deh di kepala saya. Udah ngebela-belain ijin dari
rumah sakit, ijin ke sekolah Naya, bolak-i konfirmasi per telpon,
ternyata semuanya nothing! Kalau memang full kan ya bisa nelpon? Apa
sayang pulsa? Nomer telpon saya jelas-jelas sudah anda catat lho! Oh iya
ding, saya lupa, sepertinya emang lupa dicatat ya.
Di
tengah-tengah situasi yang engga mengenakkan ini, saya mendapat 'ide
cemerlang' dari salah satu pengajarnya. "Ikut trial aja sekarang bu.
Jadi nanti kalau-kalau ada yang cancel, Naya bisa masuk." Blah, situ mau
jamin ada yang cancel? Kalau saya terlanjur engga daftarin Naya
kemana-mana karena nunggu ada yang cancel terus akhirnya Naya engga
dapet sekolah situ mau tanggungjawab?
Asli, buang-buang waktu!
Tau
gini kan saya bisa langsung daftar sekolah lainnya pas pameran, bisa
dapet diskonan banyak, engga usah pusing mikirin ijin ke rumah sakit.
Menurut saya visi misi Whizkids ini bagus banget lho. Sangat disayangkan kalau sampai 'terganggu' hal kayak begini. Sebenernya sepele sih ya, tapi coba kalau anda di posisi saya. Pasti bete juga kan? Kalau saya emak pengangguran yang bisa setiap hari trial atau keliling sekolah buat review sih engga masalah. Lah ini, saya pusing setengah mati ngurusin ijin , ternyata sia-sia semua.
Mengutip kata mama saya, "Kan sudah kelihatan dari pertama kalau sekolah itu artinya engga ngehargain kamu, orangtua (calon) anak didiknya. Bersyukurlah Naya engga jadi sekolah disana. Gimana bisa mereka ngajarin cara menghargai orang lain kalau mereka sendiri memperlakukan orang kaya gitu?" Saya pikir-pikir lagi, benar juga yaa. Seandainya memang ada yang meng-cancel tempatnya di Whizkids untuk kemudian diberikan ke Naya, saya jadi pikir-pikir dulu deh!
Mungkin ini hanya pengalaman saya saja. Mungkin memang kebetulan saya yang sedang 'sial' mendapat perlakuan seperti ini dari pihak ybs. Saya hanya menceritakan pengalaman saya pribadi dan bukan menjelek-jelekkan lho ya. Pilihan tergantung lagi kepada masing-masing orang.
Akhirnya saya memutuskan untuk melihat sekolah inceran saya yang kedua, Bumble Bee. Mumpung saya sudah terlanjur ijin dari rumah sakit. Sesuai cerita saya, Naya sudah mau saya daftarkan di sekolah ini sejak sebelumnya. Hanya saja karena penasaran sama yang lain dan ingin mencoba trial, saya pending dulu. Tapi jodoh emang engga bakal kemana. Ditunda beberapa kali pun, alhirnya kembali lagi ke sekolah yang satu ini.
Alhamdulillah, semua kriteria saya masuk, even better. Lokasinya dekat sekali dari rumah, tempatnya jauh lebih besar dari "yang itu". Bener-bener blessing in disguise deh. Bener juga, selalu ada hikmah di balik segala peristiwa. Hikmah di cerita saya ini, Alhamdulillah Naya justru dapat sekolah yang lebih bagus dari yang sebelumnya. Walaupun diskonnya sudah engga ada karena sudah engga pameran, tapi saya lebih sreg. Saya sudah mendaftarkan Naya di sekolah ini. Semoga Naya betah ya!
Disclaimer: Ada yang bilang saya lebay waktu saya share soal ini di twitter. "Nyari sekolah buat bayi aja sampe sgitunya amat sih. Sekolah asal pilih aja kan bisa, buat bayi ini."
Menurut saya sih, karena saya engga punya waktu 24 jam sehari sama Naya, saya punya tanggungjawab dan kewajiban 'memilihkan' lingkungan dan kegiatan untuk Naya menghabiskan waktunya saat tidak bersama saya. Walaupun tidak dengan emaknya langsung, saya harus tahu benar apa yang diajarkan di sekolah akan sama persis dengan apa yang akan saya ajarkan di rumah.
Contoh, saya tidak akan mengajarkan bahasa Mandarin buat Naya di rumah. Makanya saya juga tidak akan mencari sekolah yang mengajarkan bahasa Mandarin.
Buat saya, sekolah di umur Naya yang sekarang BUKAN melemparkan tanggungjawab untuk mendidik kepada orang lain, tapi lebih kepada menyamakan visi dan misi untuk mendidik antara orangtua di rumah dan orangtua di sekolah alias guru.
Jadi saya lebay? I am! Terus kalau gue lebay, so what?
PS: postingan ini diketik dalam keadaaan tanduk di kepala masih muncul;) Tidak untuk menyinggung pihak manapun, kalau ada yang tersinggung ya maap:p
No comments:
Post a Comment