Dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir, saya bisa
bilang dengan bangga bahwa saat ini makin banyak ibu yang menyusui. Thanks to
@aimi_asi, @ID_AyahAsi, dan berbagai media yang gencar mempromosikan soal ASI,
karena saat ini semakin banyak informasi mengenai menyusui yang bisa didapatkan
dengan mudah di twitter, facebook atau social media lainnya. Jaman sekarang
kayanya kalau engga menyusui itu engga oke, engga sip!
Saya ingat tahun lalu saat masih menyusui eksklusif dan
tidak dapat menemukan nursing room di sebuah mall di Surabaya, saya ‘nekad’
menyusui Naya di pojokan foodcourt dengan menggunakan nursing apron. Banyak
orang lalu-lalang yang melihat kami dengan pandangan aneh dan bertanya-tanya.
Wajar, karena pemandangan ibu menyusui di mall waktu itu bukan hal yang lazim ditemukan. Saya pun pernah mendapat pandangan ajaib dari
teman sekitar karena membawa coolerbag dan printilan memompa kemana-mana. Tapi
sekarang? Rasanya sudah bukan hal yang aneh melihat ibu menyusui di mall. Bukan
pula hal yang aneh melihat ibu memompa ASI. Bahkan, di Surabaya, beberapa
tempat umum sudah dilengkapi dengan nursing room yang nyaman. Bravo!
Sebenarnya ide untuk membuat tulisan ini berawal dari
pengalaman saya dengan seorang teman. Sebut saja namanya X, ibu muda yang baru
saja melahirkan anaknya. Karena sering membaca blog saya sejak hamil, X selalu
bertanya kepada saya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan anaknya, termasuk
soal menyusui. X bertekad untuk menyusui anak perempuannya setidaknya sampai
lulus masa ASI eksklusif.
Sayang, rencana tinggal rencana. Selepas masa cutinya habis,
X harus kembali bekerja dan tidak bisa me’maintain’ produksi ASI supaya cukup
untuk anaknya. Saya sudah mengusulkan konsultasi ke konselor laktasi untuk
manajemen ASIP, tetapi rupanya karena pekerjaannya cukup memakan waktu, X
kesulitan memompa dan akhirnya ASInya tidak keluar lagi. Saya usulkan
relaktasi, lagi-lagi X beralasan tidak ada waktu. Sejak itu, anaknya
menggunakan sufor. Saya tahu benar, karena X sempat bertanya-tanya kepada saya
mengenai sufor apa yang sebaiknya digunakan, bahkan meminta saya mengantarnya
untuk membeli sufor.
Saya memang pendukung ASI, tapi saya tidak pernah memaksakan
ataupun menganggap rendah ibu-ibu yang tidak bisa menyusui. Saya hanya bisa
membantu semampu saya, tapi jika dengan bantuan saya ternyata tetap tidak bisa
menyusui, ya sudah.
Ingat, setiap ibu pasti mempunyai masalah dan pertimbangan sendiri dalam
memutuskan suatu hal, tapi saya yakin semua ibu ingin yang terbaik untuk
anaknya:)
Kembali ke kasus X. Setelah lewat beberapa minggu, karena
kesibukan, saya tidak pernah lagi berhubungan dengannya sampai suatu hari saya
membaca timeline twitter saya dan menemukan twitpic dari accountnya. Twitpic
‘ijazah’ dari AIMI yang menandakan anaknya lulus S1 ASI alias asi eksklusif.
Waktu itu saya merasa sangat senang. Saya pikir mungkin X
sudah berhasil relaktasi dan kembali menyusui anaknya sampai lulus asi
eksklusif. Pemikiran saya ini ‘dibenarkan’ pula oleh beberapa twitnya di kemudian
hari . Beberapa kalimat seperti “ Duh, senangnya jadi ibu menyusui. Anak sehat,
ibu irit.” Atau “Semoga ASIP hari ini cukup untuk anakku.”bersliweran di
timeline saya.
Saya yang penasaran ingin tahu bagaimana proses relaktasinya
berlangsung, mengirimkan pesan lewat BBM.
“Hoy, X! Kamu akhirnya bisa menyusui lagi ya? Hebaaaaaat!
Gimana cara relaktasinya?”
X hanya menjawab dengan emoticon senyum. Penasaran dan
kekepoan saya semakin bertambah tentunya. Langsung saya telpon saja deh, supaya
bisa ngobrol langsung.
Dan ternyataaaa… saya baru mengetahui kalau twit ataupun
twitpic X selama ini soal menyusui hanyalah ‘pencitraan’ semata. Heh?
Pencitraan?
“Iya Met, gue engga menyusui lagi kok sejak anak 3 bulan. Ya
sejak ASI ga keluar gegara engga pernah mompa itu. Gue sengaja bikin
orang-orang mikir gue masih menyusui karena gue engga mau dianggap sebagai ibu
yang engga baik, yang gagal karena anak gue sekarang minum sufor. Males aja ngadepin
emak nyinyir di luaran. Toh mereka juga kan engga tau gue masih menyusui
beneran atau engga. Anggep aja masih, end of story. Gue engga ngerugiin
siapa-siapa kan Met?”
Saya? Speechless.
Ingatan saya langsung terbang ke suatu momen dengan
teman-teman saya yang sedang ngobrol-ngobrol cantik soal masa depan kami kelak.
Ada yang nyeletuk “Udaaaah, engga usah deh sekolah
tinggi-tinggi. Jadi dokter, tinggal pencitraan dimana-mana, sering kasih
kultwit biar banyak followernya di twitter. Jangan lupa untuk selalu bilang pro
ASI, pro RUM. Ga usah belajar lagi soal ASI segala, yang penting pencitraan pro
ASI. Dijamin pasti banyak pasiennya. Kan lagi ngetrend.”
Waktu itu sih saya ketawa, ngakak malah. Saya pikir teman
saya itu becanda. Tapi setelah mengalami sendiri kejadian dengan X tadi, wah
saya jadi bertanya-tanya. Sebenarnya menyusui itu sekarang jadi terkenal
dimana-mana karena memang banyak orang yang menyadari pentingnya ASI sebagai
kebutuhan atau hanya sekedar trend ya?
Ngomongin soal trend, saya jadi ingat lagi nih kisah seorang
selebriti diva Indonesia yang waktu itu diwawancarai infotainment soal
menyusui. Dengan bangganya, dia menjawab “ Oh Alhamdulillah ya, saya berhasil
menyusui anak saya secara eksklusif. Yaa tentunya dengan bantuan sufor kalau
saya bekerja yaa.”. Saya mendengarnya sampai tersedak lho! Mungkin mbak diva
ini engga mengerti benar soal menyusui eksklusif, yang penting ikut tren!
Terlepas dari ikut trend atau tidak, saya berharap semakin
banyak orang yang mengerti benar akan manfaat menyusui. Engga masalah kok mau ikutan
trend, selama yang diikuti adalah hal yang baik yaaa kenapa engga? Cuma,
menurut saya, engga usahlah kalau sampai harus membohongi orang banyak, diri
sendiri dan terpenting anak kita hanya untuk mendapat pengakuan sebagai ibu
yang baik. Memangnya kalau engga menyusui artinya bukan ibu yang baik?
Justruuuu, mumpung lagi trend, artinya banyak informasi yang
mudah didapat dimana-mana, mendingan dimanfaatkan buat belajar lebih banyak
lagi. Kalau anak pertama gagal disusui, belajar supaya bisa lebih baik lagi di
anak selanjutnya.
Remember, no one can tell you that you’re not a good mother.
No one. Motherhood is a heart work and a work with heart NEVER fails:)
6 comments:
there's someone that can tell you that you're not a good mother and when this person does, it's you got smacked in the face. this person is your child. ha!
what i'm trying to say is, before you do anything that make people adore you, do one that make your children proud of you.
Daleeeeem banjeeeet ...
Smga makin bnyak ibu2 yg sadar ASI. Sadar se sadar-sadarnya bhwa ASI adalah hak anak. Menyusui bkn krn tren tp krn mengharap Ridho Allah.
AA: I dont think even your own children could tell you that you're not a good mom. Im sure that every mother tries to do and to give the best for their children. Nobody is perfect. Mothers might not be perfect, but remember that children were not perfect too:)
@Ella: Yes, amiiiinnnn!:)
@Ella: Yes, amiiiinnnn!:)
Hoalaaaahh sy ikutan speechless baca nya ..ternyata sampe segitunya ya permasalahannya.. anyway sy setuju selama masih bs menyusui, ya ASI tetep yg nomor satu.. tapi kl keadaan ga memungkinkan dan pilihannya harus sufor, bukan berarti si ibu itu not a good mom lagi lah ya.. ironis skali pemikiran ibu X tadi :P Salam kenal anyway ^^
Post a Comment