"Met, kok sudah lama engga mengupdate soal Naya di blog?"
Sejujurnya, memang betul, saya sengaja tidak mengupdate berita terbaru soal Naya. At least, tidak semuanya. Bukan apa-apa, tapi saya sering kali merasa bersalah. Lah, bersalah kenapa?
Saya beri salah satu contoh saja ya, seorang teman pernah bercerita pada saya. Ia merasa putranya yang lebih tua hampir dua tahun dari Naya bermasalah. Sampai usia 3 tahun, Obi -sebut saja begitu namanya- masih belum bisa berbicara dengan lancar. Selain itu, Obi susah sekali bersosialisasi, cenderung cuek terhadap teman-temannya atau lingkungan sekitar. Berrdasarkan cerita-cerita saya di blog, teman saya ini bersikeras kalau Obi sama seperti Naya, sama-sama gifted.
Awalnya, saya jelaskan padanya kalau gifted adalah diagnosis yang tidak gampang dibuat, harus berdasarkan konsultasi ke ahlinya. Tapi, teman saya yang juga dokter ini begitu yakin anaknya sama dengan Naya sehingga merasa tidak perlu konsultasi lagi, dan menerapkan semua apa yang saya ajarkan ke Naya pada Obi. (Termasuk les macam-macam).
Karena kesibukan, kami lama tak bertemu. Baru beberapa bulan lalu saat ada acara, saya berjumpa kembali dengannya. Tahu tidak, sampai usianya yang ke-7, Obi masih juga belum bisa bicara dengan lancar, dan malah memiliki gangguan emosi. Obi sering kali marah-marah, mengamuk, mendorong orang, sampai memecahkan berbagai barang yang ada di sekitarnya. Teman saya ini baru mengaku kalau akhirnya berkonsultasi juga dengan ahlinya karena panik melihat Obi belum bisa berbicara lancar saat usia 6 tahun. Ternyata berdasarkan pendapat para ahli, Obi menderita Autism Spectrum Disorder (ASD). Bayangkan deh, anak yang belum mampu mengungkapkan apa keinginannya dengan baik , "dipaksa" mengikuti les ini-itu yang belum tentu ia suka, mau atau bisa. Pastilah jadi marah-marah terus. Sayangnya, terapi wicara dan terapi perilaku baru dilakukan saat usianya 6 tahun. Coba kalau teman saya itu berkonsultasi sejak dini dan Obi terdiagnosis saat itu juga. Mungkin progress-nya akan lebih baik dari saat ini. Apalagi 5 tahun pertama itu golden periode untuk perkembangan otak.
Saya tahu kok, ini bukan (sepenuhnya) salah saya. Tapi bagaimanapun, saya merasa ikut bertanggungjawab. Sebetulnya, kalau rutin dan rajin membaca blog saya ini, saya selalu memberikan disclaimer bahwa apa yang terjadi pada Naya tidak dapat disamakan dengan anak lain. Hanya saja, mungkin banyak juga orang yang membaca hanya sekadar lewat dan tidak rutin sehingga tidak tahu kalau Naya memang berbeda. (Saya tahu, semua orang tua pasti menganggap anaknya berbeda, spesial, istimewa. Tapi itu adalah hal yang sangat subyektif. Jika ingin penilaian yang obyektif, serahkan pada ahlinya yang memang mempunyai background pendidikan ilmiah untuk itu. Psikolog, psikiater, dokter tumbuh kembang misalnya).
Lain kesempatan, saya pernah -lagi-lagi- merasa bersalah saat ada seorang teman Naya yang tetiba curhat pada saya.
"Tante, Naya jangan dilesin macem-macem dong. Aku disuruh mama les ini itu karena Naya juga les. Aku capek, tante. Aku ga suka. Aku pengin main."
*glek* Serius, anak umur 6 tahun lho yang bilang begitu!
Percaya atau tidak, ada lho -banyak!- yang menanyakan pada saya berbagai hal tentang Naya dan mengikutinya tanpa menanyakan atau mempertimbangkan kemampuan anak masing-masing. "Naya diajarin baca umur berapa?" "Naya les apa aja?" "Naya mulai diajarin bahasa Inggris umur berapa?", "Naya kok udah bisa nulis. Mulai diajarin umur berapa?" dst dst.
Tak terhitung juga berapa orangtua (termasuk teman dekat saya!) yang "panik" karena membandingkan anaknya dengan Naya.
"Lho, kok Naya sudah bisa baca tulis? Anakku kok belum?" --> lalu ribut mencarikan les baca tulis.
"Naya sudah bisa bahasa Inggris ya? Anakku padahal lebih tua dari Naya" --> lalu sibuk mencari tempat les bahasa Inggris.
"Naya sudah bisa hitung? Belajar di mana?"--> lalu dengan segala upaya memasukkan anaknya di tempat les yang sama dengan Naya.
Ada lagi yang lebih "epic" menurut saya. Ada lhoooo yang mengirim email pada saya menanyakan di mana sekolah Naya karena ia ingin memasukkan anaknya ke sekolah yang bisa menerima siswa di usia lebih muda:)))
Sekali lagi, saya tidak pernah memaksa Naya sama sekali. Saya dan suami hanya berusaha memfasilitasi Naya sebaik mungkin. Tapi, semua sesuai dengan minat dan kemampuan Naya.
Karena saya tahu tidak dapat mengontrol pertanyaan yang mungkin timbul di luar sana terkait Naya, saya putuskan untuk mengontrol apa saja yang saya tulis di blog. Tujuan utama saya menceritakan hal-hal tentang Naya adalah supaya ada hikmah yang bisa diambil orang lain, dan sebagai rekam jejak kala Naya dewasa nanti.
Memang betul ya, niat seseorang bisa berbeda arti saat sampai kepada orang lain. Sejak dulu, saya sering sekali dijudge oleh orang lain sebagai ibu yang ambisius, memaksakan kehendak, apalah apalah apalah -sampai malas menulisnya-:p And i thought it was the worse. But no. The worst part is this. Merasa bertanggung jawab karena orang lain melakukan sesuatu berdasarkan tulisan saya, tapi bukan sesuatu yang baik. Syedih deh jadinya:'(
Terima kasih yaa buat perhatiannya yang sudah menanyakan kabar Naya. Naya masih bawel seperti sedia kala dan banyak progressnya sekarang Alhamdulillah. Kapan-kapan saya update lagi yaa:)
No comments:
Post a Comment