Tuesday, July 19, 2016

Hedonic Treadmill

Pernah mendengar Hedonic Treadmill? Saya pertama kali mengetahui istilah ini saat sedang membaca artikel psikologi. Apa sih artinya? Berdasarkan artikel yang saya baca tersebut:
Hedonic Treadmill is is a theory that proposes that people stay at about the same level of happiness, regardless of what happens to them.
Intinya, menurut teori ini, seseorang cenderung kembali pada standar kebahagiaan hidup yang sebelumnya, apapun hal yang terjadi pada kehidupan orang tadi. Masih dari artikel yang sama, terdapat gambar yang memperjelas definisi ini.

Sumber dari sini
Bisa dilihat dari gambar, tingkat kebahagiaan seseorang akan berubah sesuai dengan berjalannya waktu. Saat hal baik terjadi, tingkat kebahagiaan orang tadi akan memuncak namun setelah sekian lama kembali lagi ke tingkat sebelum hal baik tadi terjadi. Demikian juga jika hal buruk terjadi. 

Contoh gampangnya begini deh. Seandainya kita suka banget dengan tas. Dulu waktu masih sekolah, punya tas tanpa brand yang modelnya lucu saja sudah senang sekali. Bahagia banget. Tapi, lama-lama, kebahagiaan tadi memudar sewaktu melihat tas merk Kipling yang mahal. Kita merasa  akan menambah kebahagiaan kalau punya tas tadi. Jadilah kita giat menabung dan bekerja untuk membeli si Kipling. Begitu terbeli, bahagia sekali rasanya walaupun cuma sementara. Kenapa cuma sementara? Karena saat melihat tas merk Fossil yang lebih mahal dari tas Kipling, kita ngiler dan kembali berusaha sekuat tenaga agar mampu membelinya. Kita asumsikan, wah kayaknya bakal tambah bahagia nih kalau punya Fossil. Setelah dibeli, ternyata kebahagiaan tadi hanya berlangsung sesaat, sampai kita melihat tas Michael Kors yang harganya lebih mahal. Demikian seterusnya.

Nah, fenomena inilah yang dianggap seperti treadmill. Tahu dong ya, kalau treadmill itu digunakan untuk berolahraga berlari di tempat.  Banyak sekali orang yang yakin kalau meningkatkan kebahagiaan dapat dicapai dengan meningkatkan standar hidup. Kenyataannya, apa yang mereka rasakan itu seperti sedang berjalan di treadmill, kebahagiaan yang jalan di tempat.

Saya membaca mengenai Hedonic Treadmill ini sudah beberapa waktu yang lalu. Namun baru-baru ini saja teringat kembali ketika dicurhati seorang kerabat jauh. Mawar, sebut saja namanya begitu, adalah wanita karir yang luar biasa. Di usianya yang sebaya saya, ia bisa memiliki apartemen di bilangan segitiga emas Jakarta, mobil sedan terbaru (tanpa cicilan lho!) dan gaya hidup yang hebat buat saya. Liburan sedikit ia pasti mengunjungi negara baru. Kemana-mana pun menaiki pesawat kelas bisnis (saya sekali pun tak pernah lho hahaha--> malah curcol). Posisinya di perusahaan internasional juga bukan main, saya pernah membaca tulisan mengenainya di majalah bisnis, Pokoknya, saya terkagum-kagum deh dengannya. Apalagi mengetahui masa kecil Mawar yang sangat sederhana. Saya akui, memang Mawar ini sangat cerdas dan ulet. Orangnya tekun dan mau bekerja keras. Hebat deh! Lalu apa yang membuatnya galau sampai curhat segala?

Mawar bercerita, awalnya senang sekali saat pertama kali mendapatkan uang gaji pertamanya. Karena kesederhanaan hidupnya selama ini, Mawar bertekad harus menjadi orang sukses dan berhasil. Dan alhamdulillah semua tercapai. Ia yang tadinya harus naik angkutan umum ke mana-mana, mulai bisa mencicil sepeda motor. Karena track record-nya yang baik, tak perlu waktu lama untuk Mawar naik pangkat. Dari sepeda motor, Mawar mencicil mobil kecil. Kemudian selang beberapa waktu, Mawar bisa mengganti mobilnya menjadi mobil lebih besar dan lebih mewah dari sekarang.

Tak hanya soal alat transportasi, Mawar pun berubah 180 derajat dalam gaya hidup. Sebelumnya, Mawar tidak pernah makan di luar. Dari dulu sejak saya mengenalnya, ia selalu membawa bekal masakan ibunya sendiri. Eh, masakan ibunya enak lho! Tapi ya itu tadi, perlahan-lahan semua berubah. Awalnya mulai beli makanan di depot sebelah, kemudian di rumah makan kecil sampai sekarang, ia bercerita pernah menghabiskan uang hampir 3 juta rupiah sekali makan seorang diri. Saya mendengarnya sampai melongo. Buset, makan apa ya sampai 3 juta rupiah seorang?

Yang membuatnya galau ternyata adalah karena Mawar merasa tetap kosong dan tidak bahagia. Di tengah apartemen mewahnya seharga sekian M, ia merindukan kehangatan orangtua di rumah sederhananya. Di dalam mobil mewah yang namanya saja susah saya eja, ia merindukan naik angkutan umum karena bisa sambil ngobrol dengan penumpang lain. Di dalam restoran high class langganannya, ia merindukan masakan ibu yang sering dibawa menjadi bekal.

Lah, lalu memangnya tidak boleh menaikkan standar hidup kita? Ya bolehlah, tentunya. Siapa sih yang tak ingin hidup enak? Walaupun enak itu relatif ya:D Tapi, dari konsep Hedonic Treadmill ini sebetulnya kita (baca: utamanya saya!:p) bisa belajar banyak lho. Saya jadi diingatkan oleh satu hal.

Apabila achievement atau keinginan kita untuk sukses, untuk berhasil itu hanyalah berorientasi pada diri kita sendiri, bisa jadi kebahagiaan yang kita dapatkan hanya semu, sementara dan jalan di tempat. Tapi, seandainya apa yang kita kerjakan diniatkan bukan hanya untuk diri sendiri tapi memberikan kebaikan dan manfaat untuk orang lain, inshaAllah bisa deeeh bahagia sesungguhnya. Hedonic Treadmill ini juga mengingatkan kita (sayaaaa!) bahwa kebahagiaan tidak selalu berarti materi. Bahagia itu sesederhana berkumpul dengan keluarga, diberi kesehatan, bisa menikmati udara segar, atau sekadar menikmati pisang goreng hangat masakan ibu;)

Selama masih ingat untuk bersyukur, banyak banget hal yang bisa membuat kita bahagia. Semoga selalu diingatkan yaa!

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...