Tuesday, September 23, 2014

Tantangan Orangtua Masa Kini

Postingan ini saya tulis untuk mengikuti #ceritabunda di web ayahbunda berikut:D

Menjadi orang tua akan selalu penuh tantangan sebagaimana anak-anak pun mempunyai tantangan tersendiri di setiap masa. Bagaimana tidak, tidak pernah ada sekolah khusus, kursus intensif atau textbook merawat dan membesarkan anak dengan baik. Sehingga selama ini yang dijadikan acuan selain insting adalah lungsuran pengalaman dari sesepuh yang entah benar atau tidak, entah aman atau justru berbahaya, entah fakta atau mitos.

Berpuluh-puluh tahun yang lalu, tantangan terbesar orangtua adalah bagaimana membesarkan anak dengan fasilitas yang serba terbatas, bagaimana mengeksplorasi bakat anak tanpa tersedianya tempat kursus ini-itu, bagaimana mengisi waktu luang efektif anak tanpa sarana hiburan. Mungkin. Bagai impian menjadi kenyataan, semua fasilitas yang diidamkan orangtua berpuluh tahun lalu tersedia di masa kini. Mencari informasi semudah satu sentuhan di layar gadget. Mengeksplorasi bakat atau minat anak tinggal memilih beragam tempat kursus ini-itu yang menjamur. Mencari hiburan pun bisa dari televisi, radio, gadget atau playground yang ada di mana-mana. Selesaikah tantangan orangtua?

Justru di era digital yang segala ada dan informasi mengalir dengan deras dari segala arah inilah, menurut saya tantangan menjadi orangtua semakin berat.

Bagai dua sisi mata pisau, segala fasilitas super lengkap masa kini bisa menjadi sangat merugikan dan menguntungkan bagi kita.

Sering kali kita lihat di media, berita mengenai pencabulan, pemerkosaan bahkan pembunuhan yang korban maupun pelakunya masih anak di bawah umur. Tak jarang juga kita lihat tayangan sinetron (yang saya yakin bebas dilihat siapapun termasuk anak balita) tidak mendidik, mempertunjukkan anak di bawah usia yang mabuk-mabukan, perilaku bully , merokok atau adegan lain yang tak pantas. Lain sinetron, lain pula tayangan komedi yang dibungkus sajian musik dan sedang marak. Candaan yang cenderung mengarah ke fisik, hinaan personal sampai guyonan tak etis merajai televisi di waktu banyak anak kecil menonton televisi. Belum lagi banyak lagu berhias desahan plus goyang syur dan bersyair konotasi negatif menggantikan lagu anak-anak yang penuh keceriaan.

Di era digital seperti sekarang, semua orang bisa mengakses berita apapun dengan mudah, termasuk anak di bawah umur. Jangan kaget jika gambar porno bisa terakses as easy as a click. Demikian pula dengan video porno, SARA dan kekerasan.

Belum lagi permasalahan gadget. Saya pernah mendapati beberapa anak balita yang begitu menempel pada gadgetnya sampai speech delay karena tak pernah terstimulasi bicara. Beberapa kali pula saya melihat anak yang tidak mau bergaul dengan siapa pun karena terlalu sibuk dengan gadgetnya.

Kurikulum pendidikan yang semakin berat pun merupakan tantangan tersendiri bagi orangtua. Saking beratnya, terkadang kita lupa bahwa ada yang jauh lebih penting daripada bisa membaca dan menulis sebelum masuk SD, ada yang jauh lebih mendasar daripada kemampuan berhitung yang luar biasa.

Karena takut anak tidak bisa mengikuti pelajaran berat di sekolah, kita sibuk mengajari berhitung, bahasa Inggris, bahasa Mandarin, dan lain sebagainya. Tapi bagaimana cara berbicara dengan orang yang lebih tua, bagaimana berdisiplin, bagaimana bertanggung jawab, bagaimana bersopan santun, bagaimana bertingkah laku penuh etika luput diajarkan.

Di kala kita yakin sudah menanamkan pendidikan karakter dan moral bagi anak, tetap saja ada kekhawatiran yang muncul sebagai orangtua. Iya, inshaAllah anak kita dapat berperilaku baik sehari-hari, namun adakah yang bisa menjamin kalau anak kita tidak akan menjadi korban perilaku orang lain yang tidak baik, misalnya pencabulan atau bully?

Kalau membicarakan kekhawatiran sebagai orangtua saya yakin tidak akan ada habisnya. Namanya saja orangtua, apalagi ibu. It’s a mom’s job to worry about her children:D

Tapi takutkah saya menjadi orangtua di masa kini? Tidak.
Saya yakin seberat apapun tantangannya, dengan kasih sayang, perhatian dan pondasi yang kuat, saya bisa menjadi orangtua yang dapat membesarkan anak dengan baik. InshaAllah. Pondasi yang saya maksudkan tentunya adalah agama, pendidikan moral dan karakter dari keluarga, sekolah pertama anak.

Menjadi orangtua membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik. Saya percaya, children see children do. Saya yang biasanya sembrono menjadi lebih rapi dan teliti karena ingin anak mencontoh saya. Saya yang menganggap sepele ucapan terimakasih, maaf atau tolong mulai membiasakan diri mengucapkan kata-kata ajaib ini agar bisa dicontoh anak.

Jadi menurut saya, tantangan orangtua masa kini bisa dijawab dengan pondasi yang kuat, contoh yang baik dan tentunya doa tak terputus.

Saya bangga menjadi orangtua masa kini:D

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...