Wednesday, June 19, 2013

Kesalahan Orangtua Saat Berobat - Part 2

Menepati janji saya di postingan sebelumnya, saya mau membahas lagi beberapa pengalaman menghadapi orangtua anak sakit yang saya rasa bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua.

1. Sebaiknya turuti apa kata dokter saat meminta anak dirawat inap atau rawat jalan saja. Memang, dokter tidak selalu pasti benar 100%. Tapi setidaknya dokter lebih berpengalaman dalam menghadapi anak sakit. Kalau memang orangtua merasa keberatan, boleh lho berdiskusi dengan dokter. Saya seriiiiiing sekali mengalami kejadian dimana orangtua 'memaksa' anaknya dirawat inap saat tidak ada indikasi atau sebaliknya, meminta rawat jalan saja biarpun seharusnya diopname.

Contoh nih ya, ada seorang bayi berusia 4 bulan datang dengan keluhan mencret. Mencretnya memang tidak seberapa, hanya 3-4x/hari. Tapi, selain mencret bayi ini juga tidak mau minum sama sekali. Kalaupun dipaksa minum susu, pasti langsung dimuntahkan lagi. Saat datang ke poli tempat saya bertugas, keadaannya sudah dehidrasi.
Saya: "Bu, ini harus saya infus karena dehidrasi. Ngamar ya bu, supaya setelah dehidrasinya membaik, bisa kita observasi jangan sampai dehidrasi lagi. Dehidrasi ini kalau dibiarkan bisa berbahaya nanti bu."
Ibu: "Aduh dok, saya mau rawat jalan saja dok. Kasih obat supaya berhenti mencretnya sama vitamin supaya mau minum susu yang banyak."
Saya: "Ibu yakin obat atau vitaminnya nanti engga dimuntahin lagi? Kalau memang muntah-muntah terus, asupannya harus lewat infus. Kenapa sih ibu engga mau opname? Kalau masalah biaya, bisa ngurus Jamkesmas kok bu."
Ibu: "Saya kasian dok, anak saya pasti nangis kalau diinfus. Masak masih bayi sudah ditusuk-tusuk jarum."
Saya: -__-"

Wajarrrr sekali seorang ibu engga tega melihat anaknya -apalagi masih kecil sekali ya- diinfus, saya juga pernah merasa tercabik-cabik #uhuk saat melihat Naya diambil darahnya. Malah waktu itu saya sendiri yang berencana mengambil darah Naya, langsung membatalkan karena tidak tahan melihat Naya menangis:'( Tapi percayalah, seengga teganya kita melihat anak nangis karena diinfus atau diambil darah, lebih engga tega lagi lho kalau melihat efek dari dehidrasi berkepanjangan yang membahayakan hidup.

Ada juga kasus sebaliknya yang sama-sama sering terjadi.
Contoh ya nih, seorang ibu datang dengan keluhan anaknya yang berusia 2 tahun demam, batuk pilek sejak 2 hari lalu. Tidak ada sesak, tapi anak dikeluhkan rewel walaupun masih mau makan dan minum.
ibu: "Dok, saya mau ngamar dok! Opname saja ya. Sekalian anak saya dirontgen dan diasap (dinebul atau diuap, Red). Saya juga minta antibiotika yang paling mahal.
Saya: *bingung dan mikir ini dokternya siapa yaaa*
         " Eh, sebentar dulu bu. Belum saya periksa kok. Saya periksa dulu yaa."
Setelah saya periksa, ternyata tidak ada kelainan berarti yang mengharuskan anak tadi opname.
Saya: "Bu, jangan khawatir. Saya rasa ini batuk pilek biasa kok. Apa di rumah ada yang batuk pilek juga? Bisa jadi tertular."
Ibu: "Ya memang serumah lagi batuk pilek dok."
Saya: "Saya beri obat rawat jalan saja ya bu. Engga perlu sampai dirontgen atau dinebul kok ini. Opname juga engga perlu, obatnya saya kasih simtomatis saja. Rasanya ini virus bu, jadi ya engga perlu antibiotik."
Ibu: "Lho, jangan dok. Saya tetap minta dirontgen dan dinebul. Saya juga minta opname sajalah dok."
Saya: "Kenapa bu? Anaknya kan masih mau makan minum baik. Engga ada sesak juga, engga apa-apa kok."
Ibu: "Saya takut ada apa-apa dok. Anaknya soalnya rewel. Lagian dia susah napas, hidungnya buntu, makanya saya minta diasap."
Saya: -___-"

Namanya juga anak kecil yang belum bisa mengkomunikasikan dengan baik apa yang dirasa. Wajarlah kalau sedang sakit, pasti rewel. Kita sendiri kalau lagi sakit pasti rasanya cranky sekali bukan?:D Batuk pilek biasa atau hidung buntu juga BUKAN indikasi untuk nebulisasi atau foto rontgen yaa. Selain memang engga ada gunanya, nambah-nambah biaya, efek sampingnya buat anak juga ada lho:) Please, percaya sama dokternya. Kalau ada yang mengganjal, diskusikan supaya akhirnya tercapai kesepakatan alias win-win solution:)

Saya pernah mendengar cerita dari teman yang 'curhat'. "Masa begini aja disuruh opname, itu pasti dokternya cari duit, cari kesempatan. ". Ada yang pernah berpikiran seperti ini?:D Atau sebaliknya berpikir "Jelas-jelas sakit berat gini kok ya masih disuruh pulang rawat jalan saja? Dokternya paling males bener-bener meriksa nih!"
Jalan keluarnya cuma satu, carilah dokter yang anda percaya. Sama-sama enak jadinya:)

2. Saya engga tau asal muasalnya darimana, tapi saat ini saya sering sekali mendapatkan orangtua pasien yang meminta anaknya dinebul atau diuap karena batuk pilek dan tidak bisa bernapas lega. Sekali lagi, nebulisasi BUKAN terapi untuk anak batuk pilek ya. Bukan sama sekali. Biasanya dokter baru akan meminta terapi nebulisasi ini jika anak sesak karena radang paru atau terkena serangan asma misalnya. Bukan hanya karena hidung buntu akibat sedang pilek-______-"

3. Jika anak sudah pernah berobat sebelumnya, jangan lupa minta copy resep dari dokter sebelumnya dan jangan sungkan untuk bertanya penyakit apa yang diderita anak. Ini akan memudahkan dokter untuk mengobati anak jika sakit lagi.

Yang sering terjadi adalah seperti ini.
Seorang ibu datang membawa anak berusia 5 tahun dengan keluhan batuk pilek. Menurut ibu, anak sudah dibawa ke dokter sebelumnya dan mendapat obat tapi tidak juga membaik setelah dikonsumsi selama 3 hari.
Ibu: "Ini lho dok, anak saya sudah 4 hari ini batuk pilek. Sudah saya bawa ke dokter 3 hari lalu, dapat obat tapi kok ya engga ngefek. Masih batuk pilek. Saya minta obat batuk pilek yang lain dari kemarin ya dok."
Saya: "Oh ya? Sudah dapat obat apa saja sebelumnya bu?
Ibu: "Puyer dok."
Saya: "Iya, isinya apa saja ibu tau engga? Atau ada copy resepnya?"
Ibu: "Engga dok."
Saya: "Ibu bawa puyernya? Saya mau lihat isinya apa. "
Ibu: "Yah engga saya bawa dok, di rumah. Tapi saya inget warnanya putih kok dok."
Saya: -____________-

Bagaimana dokter bisa memberikan obat lain kalau obat sebelumnya tidak diketahui? Dengan mengetahui riwayat penyakit anak sebelumnya atau obat-obatan yang dikonsumsi anak sebelumnya, kita sebagai orangtua sudah sangat membantu dokter dan menghemat waktu pemeriksaan.  Boleh lho minta copy resep dari dokter:)

4. Saya sebagai seorang ibu sangat mengerti kalau pada saat anak sakit, terkadang kita langsung 'blank'. Tapi menceritakan apa yang terjadi pada anak dengan baik, jelas dan benar adalah hal yang sangat penting. Apa yang orangtua ceritakan mengenai penyakit anak bisa membantu dokter mendiagnosa penyakit anak:) Saya pernah lho, mengalami hal seperti ini:
Seorang ibu datang membawa anaknya yang kejang saat di rumah.
Saya: "Bu, apa anaknya mencret?
Ibu: "Engga dok. Engga pernah mencret kok."
Saya: "BAB cair atau diare gitu engga pernah ya bu berarti?"
Ibu: "Engga dok. Engga pernah mencret kok sejak lahir."
Saya: "Oke. Jadi keluhannya sekarang selain kejang dan panas apalagi bu?"
Ibu: "Mencret dok."
-_________________________________-"

Seorang ibu membawa anaknya yang mencret.
Saya: "Bu, anaknya mencret berapa kali sehari?"
Ibu: "Wah ya buanyaaaak dok. Engga bisa keitung."
Saya: "Oh ya? Kira-kira berapa kali bu?"
Ibu: "Walah dok, ya suerrriiiing pokoknya. Engga kehitung."
Saya: "kira-kira 10x/hari ada bu?"
Ibu: "Ya ndak nyampe dok. Paling 5x-an-lah sehari"
-_______________________________________________________-"

Seorang ibu membawa anaknya yang batuk.
Saya: "Bu, batuknya sudah berapa lama?"
Ibu: "Baru kok dok. Engga lama-lama banget. Baru-baru ini."
Saya: "3 harian ada bu?"
Ibu: "Walah dok ya lebih kalau 3 hari."
Saya: "Seminggu?"
Ibu: "Wah ya lebih juga dok. Sekitar 3 bulananlah rasanya dok."
-____________________________________________________________-"

Itu kira-kira 4 poin tambahan yang ingin saya share kali ini. Nanti saya update lagi ya! Semoga bisa jadi bahan pelajaran untuk kita semua:)

5 comments:

Niar Ningrum said...

heheheheh ibu nya panik, anaknya makin panik tuh yaa mbak :D

apa kabar naya yang tjantik :D

Diah Fitriany said...

Bener bu dokter Meta,
kadang kasihan juga dokternya...salam kenal, aku Any
seneng banget kalau baca blog bu dokter Meta, isinya mengispirasi :)

Unknown said...

seneng deh kalo dokternya begini :)
tapi dokter yang modelnya cari uang aja ada jg loh, di deket rumahku contohnya.

ada kasus begini : baby 8m sedang bapil, berobatlah ke dokter A, dokter A menyarankan di nebul ( padahal cuma bapil biasa karena serumah juga bapil, tidak ada indikasi asma atau yang lain, cuma sedikit rewel aja), setelah 3 hari berobat ternyata ga sembuh, berobatlah lagi ortu tersebut di tempat yang sama daaannn dokter A tersebut masih menyarankan untuk tetap di nebul sampai 3 kali loh :(
Tapi ternyata baby tersebut masih belum sembuh juga, malah makin parah, akhirnya ortu baby pindah tempat berobat dan hasilnya ortu tersebut dimarahi oleh dokter yang baru karena baby-nya overdosis dan bla bla bla (atau apalah, ga tau apa istilah medisnya), dan akhirnya baby tersebut harus di opname, tapi alhamdulillah sekarang baby-nya sudah sehat lagi :)

HAMIZAN YAFIQ AZFAR said...

Q slah satu dri ibu yg ada di atas tu.....maklum, q lama dapat baby, setelah hampir 6 th menikah baru hamil, akhirnya waktu debay usia 6 bl kena DB, q yg menangis menjerit2 d UGD, eh,,,,,perawatx ngomel2 pula, katanya dah telat,,(awalx mank ku kira demam biasa karena bis jatuh dari ayunan)disini ni bkn wktux ngomel, wktux kerja,,,kerja...dan kerja...mencari kesembuhan, untung ga' ku su***pal tu mulut...hehehe

Anonymous said...

Suka sekali baca blognya bu dokter. Membelajari diri sendiri agar tidak jadi orang tua yang salah saat membawa anak sakit ke dokter.
Saya termasuk yang bukan obat-minded. Tapi pernah suatu waktu anak saya agak pilek tapi rasanya tidak parah. Kebetulan waktu itu saya sedang bawa anak ke dokter, tapi bukan karena pileknya, ada konsultasi lain. Lalu saya tanya ke dokternya, "Dok, sepertinya anak saya pilek. Boleh dibantu diperiksa?" Maksud saya, kalau misalkan pileknya memerlukan obat, ya biar diresepkan. Begitupun sebaliknya. Tapi jawaban dokternya malah begini "Ya, nanti saya kasih obat". Lha diperiksa saja belum kok sudah mau dikasih obat. Hahaha. Saya jawab, "Ngga usah deh kalo gitu". Dalam hal ini, saya bukan termasuk orang tua yang salah kan ya? Hahaha.
Sukses selalu untuk dokter Meta. :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...