Tuesday, December 11, 2012

Menyusui: Kebutuhan atau Trend?


Dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir, saya bisa bilang dengan bangga bahwa saat ini makin banyak ibu yang menyusui. Thanks to @aimi_asi, @ID_AyahAsi, dan berbagai media yang gencar mempromosikan soal ASI, karena saat ini semakin banyak informasi mengenai menyusui yang bisa didapatkan dengan mudah di twitter, facebook atau social media lainnya. Jaman sekarang kayanya kalau engga menyusui itu engga oke, engga sip!

Saya ingat tahun lalu saat masih menyusui eksklusif dan tidak dapat menemukan nursing room di sebuah mall di Surabaya, saya ‘nekad’ menyusui Naya di pojokan foodcourt dengan menggunakan nursing apron. Banyak orang lalu-lalang yang melihat kami dengan pandangan aneh dan bertanya-tanya. Wajar, karena pemandangan ibu menyusui di mall waktu itu bukan hal yang lazim ditemukan.  Saya pun pernah mendapat pandangan ajaib dari teman sekitar karena membawa coolerbag dan printilan memompa kemana-mana. Tapi sekarang? Rasanya sudah bukan hal yang aneh melihat ibu menyusui di mall. Bukan pula hal yang aneh melihat ibu memompa ASI. Bahkan, di Surabaya, beberapa tempat umum sudah dilengkapi dengan nursing room yang nyaman. Bravo!

Sebenarnya ide untuk membuat tulisan ini berawal dari pengalaman saya dengan seorang teman. Sebut saja namanya X, ibu muda yang baru saja melahirkan anaknya. Karena sering membaca blog saya sejak hamil, X selalu bertanya kepada saya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan anaknya, termasuk soal menyusui. X bertekad untuk menyusui anak perempuannya setidaknya sampai lulus masa ASI eksklusif.

Sayang, rencana tinggal rencana. Selepas masa cutinya habis, X harus kembali bekerja dan tidak bisa me’maintain’ produksi ASI supaya cukup untuk anaknya. Saya sudah mengusulkan konsultasi ke konselor laktasi untuk manajemen ASIP, tetapi rupanya karena pekerjaannya cukup memakan waktu, X kesulitan memompa dan akhirnya ASInya tidak keluar lagi. Saya usulkan relaktasi, lagi-lagi X beralasan tidak ada waktu. Sejak itu, anaknya menggunakan sufor. Saya tahu benar, karena X sempat bertanya-tanya kepada saya mengenai sufor apa yang sebaiknya digunakan, bahkan meminta saya mengantarnya untuk membeli sufor.

Saya memang pendukung ASI, tapi saya tidak pernah memaksakan ataupun menganggap rendah ibu-ibu yang tidak bisa menyusui. Saya hanya bisa membantu semampu saya, tapi jika dengan bantuan saya ternyata tetap tidak bisa menyusui, ya sudah. Ingat, setiap ibu pasti mempunyai masalah dan pertimbangan sendiri dalam memutuskan suatu hal, tapi saya yakin semua ibu ingin yang terbaik untuk anaknya:)

Kembali ke kasus X. Setelah lewat beberapa minggu, karena kesibukan, saya tidak pernah lagi berhubungan dengannya sampai suatu hari saya membaca timeline twitter saya dan menemukan twitpic dari accountnya. Twitpic ‘ijazah’ dari AIMI yang menandakan anaknya lulus S1 ASI alias asi eksklusif.

Waktu itu saya merasa sangat senang. Saya pikir mungkin X sudah berhasil relaktasi dan kembali menyusui anaknya sampai lulus asi eksklusif. Pemikiran saya ini ‘dibenarkan’ pula oleh beberapa twitnya di kemudian hari . Beberapa kalimat seperti “ Duh, senangnya jadi ibu menyusui. Anak sehat, ibu irit.” Atau “Semoga ASIP hari ini cukup untuk anakku.”bersliweran di timeline saya.

Saya yang penasaran ingin tahu bagaimana proses relaktasinya berlangsung, mengirimkan pesan lewat BBM.

“Hoy, X! Kamu akhirnya bisa menyusui lagi ya? Hebaaaaaat! Gimana cara relaktasinya?”

X hanya menjawab dengan emoticon senyum. Penasaran dan kekepoan saya semakin bertambah tentunya. Langsung saya telpon saja deh, supaya bisa ngobrol langsung.

Dan ternyataaaa… saya baru mengetahui kalau twit ataupun twitpic X selama ini soal menyusui hanyalah ‘pencitraan’ semata. Heh? Pencitraan?

“Iya Met, gue engga menyusui lagi kok sejak anak 3 bulan. Ya sejak ASI ga keluar gegara engga pernah mompa itu. Gue sengaja bikin orang-orang mikir gue masih menyusui karena gue engga mau dianggap sebagai ibu yang engga baik, yang gagal karena anak gue sekarang minum sufor. Males aja ngadepin emak nyinyir di luaran. Toh mereka juga kan engga tau gue masih menyusui beneran atau engga. Anggep aja masih, end of story. Gue engga ngerugiin siapa-siapa kan Met?”

Saya? Speechless.

Ingatan saya langsung terbang ke suatu momen dengan teman-teman saya yang sedang ngobrol-ngobrol cantik soal masa depan kami kelak.

Ada yang nyeletuk “Udaaaah, engga usah deh sekolah tinggi-tinggi. Jadi dokter, tinggal pencitraan dimana-mana, sering kasih kultwit biar banyak followernya di twitter. Jangan lupa untuk selalu bilang pro ASI, pro RUM. Ga usah belajar lagi soal ASI segala, yang penting pencitraan pro ASI. Dijamin pasti banyak pasiennya. Kan lagi ngetrend.”

Waktu itu sih saya ketawa, ngakak malah. Saya pikir teman saya itu becanda. Tapi setelah mengalami sendiri kejadian dengan X tadi, wah saya jadi bertanya-tanya. Sebenarnya menyusui itu sekarang jadi terkenal dimana-mana karena memang banyak orang yang menyadari pentingnya ASI sebagai kebutuhan atau hanya sekedar trend ya?

Ngomongin soal trend, saya jadi ingat lagi nih kisah seorang selebriti diva Indonesia yang waktu itu diwawancarai infotainment soal menyusui. Dengan bangganya, dia menjawab “ Oh Alhamdulillah ya, saya berhasil menyusui anak saya secara eksklusif. Yaa tentunya dengan bantuan sufor kalau saya bekerja yaa.”. Saya mendengarnya sampai tersedak lho! Mungkin mbak diva ini engga mengerti benar soal menyusui eksklusif, yang penting ikut tren!

Terlepas dari ikut trend atau tidak, saya berharap semakin banyak orang yang mengerti benar akan manfaat menyusui. Engga masalah kok mau ikutan trend, selama yang diikuti adalah hal yang baik yaaa kenapa engga? Cuma, menurut saya, engga usahlah kalau sampai harus membohongi orang banyak, diri sendiri dan terpenting anak kita hanya untuk mendapat pengakuan sebagai ibu yang baik. Memangnya kalau engga menyusui artinya bukan ibu yang baik?

Justruuuu, mumpung lagi trend, artinya banyak informasi yang mudah didapat dimana-mana, mendingan dimanfaatkan buat belajar lebih banyak lagi. Kalau anak pertama gagal disusui, belajar supaya bisa lebih baik lagi di anak selanjutnya.

Remember, no one can tell you that you’re not a good mother. No one. Motherhood is a heart work and a work with heart NEVER fails:)

6 comments:

AA said...

there's someone that can tell you that you're not a good mother and when this person does, it's you got smacked in the face. this person is your child. ha!
what i'm trying to say is, before you do anything that make people adore you, do one that make your children proud of you.

It's Me - Ela said...

Daleeeeem banjeeeet ...
Smga makin bnyak ibu2 yg sadar ASI. Sadar se sadar-sadarnya bhwa ASI adalah hak anak. Menyusui bkn krn tren tp krn mengharap Ridho Allah.

Meta Hanindita said...

AA: I dont think even your own children could tell you that you're not a good mom. Im sure that every mother tries to do and to give the best for their children. Nobody is perfect. Mothers might not be perfect, but remember that children were not perfect too:)

Meta Hanindita said...

@Ella: Yes, amiiiinnnn!:)

Meta Hanindita said...

@Ella: Yes, amiiiinnnn!:)

Anonymous said...

Hoalaaaahh sy ikutan speechless baca nya ..ternyata sampe segitunya ya permasalahannya.. anyway sy setuju selama masih bs menyusui, ya ASI tetep yg nomor satu.. tapi kl keadaan ga memungkinkan dan pilihannya harus sufor, bukan berarti si ibu itu not a good mom lagi lah ya.. ironis skali pemikiran ibu X tadi :P Salam kenal anyway ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...