Saturday, July 22, 2017

Mengapa Berat Anak Sulit Naik?

Menyambung postingan saya sebelumnya nih mengenai Stunting pada Anak, MPASI Homemade vs Pabrikan, serta Baby Led Weaning vs Konvensional, kali ini saya akan membahas satu masalah yang cukup sensitif bagi orangtua. Apalagi kalau bukan soal berat badan? Biasanya sih yang selalu membuat orangtua (terutama emaknya yeee) galau adalah kalau berat anak tak naik-naik, dan berat emak tak turun-turun. Betul tidak buibuuuu? Ngacung yang merasaaa:))

Memang apa sih penyebab berat badan anak sulit naik?

Sebelumnya, saya mau memberi contoh satu kasus dulu ya supaya lebih mudah dimengerti. Karena yang paling banyak digunakan untuk memonitor pertambahan berat anak di Indonesia adalah KMS (Kartu Menuju Sehat), jadi dalam contoh ini saya pakai KMS. Btw kalau tidak punya, bisa di-download gratis kok.

Misalnya nih, ada bayi perempuan bernama Bunga (bukan nama sebenarnya:p) berusia 4 bulan yang berat badannya begini saat diplot di KMS. Sekilas, baik-baik saja ya? Kan engga sampai memotong garis merah? Mufakaaaaat?

Nah, karena merasa baik-baik saja, jangan bingung jangan heran kalau beberapa bulan lagi Bunga datang dengan berat badan yang sudah di bawah garis merah. Lho, apa yang salah? Lihat deh, tren kenaikan berat badannya. Berat lahirnya berada tepat di median alias garis tengah lalu usia sebulan beratnya naik tapi di chart malah turun berada di bawah garis median. Bulan berikutnya masih naik, tapi lah kok tambah berada di bawah median? Demikian pula dengan bulan ke-3 dan ke-4. Kondisi ini sering disebut dengan weight faltering. Beratnya naik sih, tapi tidak seperti yang seharusnya. Status gizinya bisa saja masih baik tapi kalau tidak segera dicari penyebabnya dan diatasi, tren kenaikan berat badan Bunga pasti akan terus turun. Padahal kalau sudah di bawah garis merah, lebih susah untuk mengembalikannya dibanding pada saat masih berada di atas.

Apa yang harus dilakukan?

Kita bahas dulu ya, apa saja sih penyebab dari weight faltering ini.
Sumber dari sini
Secara garis besar, weight faltering dapat disebabkan karena kurangnya kalori yang masuk, faktor psikososial, gangguan penyerapan, penggunaan kalori oleh tubuh yang berlebihan karena meningkatnya metabolisme dan penyebab lainnya. Berhubung kalau semua dibahas secara detail terlalu panjang (nanti saya tulis di Mommyclopedia seri Nutrisi pada Anak deh ya:p), saya hanya membahas yang sering terjadi.

Saya mulai dari kurangnya kalori yang masuk yaa. Kurangnya kalori ini pun bisa disebabkan macam-macam. Misalnya memang ASInya atau makanannya yang kurang. Saya punya cerita nyata nih. Pernah, ada pasien usia setahun datang karena berat badan yang sulit naik. Menurut ibunya, anak ini makannya banyak, sehari 3x ditambah ASI 3-4x/hari. Saat ditanya makanannya apa, sang ibu menjawab kalau sampai saat itu, anaknya hanya mau makan yang lunak sehingga diberi bubur halus lengkap dengan lauk seperti daging, tahu, tempe, sayur yang dihaluskan setiap hari. Sekali makan, jumlahnya semangkuk penuh. Ibunya bingung karena merasa makan anaknya banyak tapi kok beratnya seret amat.

Apa yang salah hayo?

Ingat tidak di postingan saya sebelumnya, WHO merekomendasikan pemberian MPASI untuk usia setahun berupa makanan keluarga yang artinya nasi, lauk pauk dengan tekstur yang sama seperti apa yang dimakan orangtua. Kalau diberi bubur halus, walaupun jumlahnya semangkuk penuh, pastilah kalorinya tidak mencukupi. (Kecuali mungkin biar mencukupi kebutuhan, sekali makan, bubur halusnya harus segentong:p ).

Demikian juga sebaliknya, jika anak berusia 6 bulan sudah diberi makanan keluarga, karena kemampuan oromotoriknya belum siap, ia akan cenderung memakan makanannya lebih lama sehingga yang masuk pun lebih sedikit dari yang dibutuhkan. 

Kasus lain terkait kurangnya kalori nih. Ada ibu yang membawa anaknya, berusia 1 tahun karena sulit naik berat badan. Katanya sih makannya banyak, sehari bisa 3-4x berupa makanan keluarga. Nasi, lauk, pauk, sayur, semua mau deh. Sekali makan satu piring penuh.

Saya sempat kebingungan waktu itu. Hmm apa yang salah ya? Sampai saya iseng menanyakan ke sang ibu, "Eh bu, piring yang digunakan sebesar apa sih?". Jreeeeeng.. saya spontan ngakak mendengar jawaban ibu tadi. Ternyata yang dimaksud dengan piring adalah pisin! :))) Ah si ibu, minta ditowel banget deh:)))) Tahu pisin kan ya? Pisin itu piring kecil yang dipakai buat tatakan cangkir itu lho. Wajar saja kalau kurang. Untuk anak berusia setahun, setidaknya porsi satu kali makan adalah sekitar 3/4 sampai satu gelas A*UA atau 175-250 cc.

Jadi first thing first saat anak beratnya sulit naik adalah samakan persepsi, apakah memang cukup makannya? Karena banyak sedikit itu sungguhlah relatif, pahami dulu porsi atau ukuran yang seharusnya seperti apa. Satu centong misalnya, centong ada yang besar ada yang kecil lho. Satu piring, piring juga ada yang besar ada yang kecil. Satu mangkok, mangkok juga ukurannya tak seragam se-Indonesia raya. "Banyak" ukuran saya belum tentu sama dengan "banyak" ukuran ibu lain yang anaknya seumuran Naya kan?

Kemudian, jangan lupakan  juga bahwa makanan "cukup" berarti mencukupi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien. Oh ya, mungkin yang setia baca blog ini pernah membaca kalau saya mengikuti rekomendasi IDAI dengan memberikan Naya suplemen zat besi secara teratur sejak bayi. Saya sempat kaget juga waktu Naya terkena anemia defisiensi besi. Lah, kok bisa ya? Kalau saya usut sih sepertinya "missed" di pemberian MPASI Naya. (Baca postingan sebelumnya ya).


Contoh lain dari penyebab kurangnya masukan kalori adalah kesulitan menyusui. Ini khususnya untuk mereka yang masih mendapat ASIX. Jika masih menyusu eksklusif tapi berat badan naiknya seret, coba cek dulu. Bagaimana posisi dan perlekatannya? Apakah sudah benar? Atau jangan-jangan ada tongue tie?  Sudah sesuaikah durasi menyusuinya?

Selain itu, yang sering terjadi pada anak dengan susu formula adalah kesalahan pembuatan. Setiap brand susu formula memiliki petunjuk pembuatannya masing-masing. Ada yang setakarnya dilarutkan dalam 25 cc, ada yang 30 cc dst. Patuhi cara pembuatan yang benar. Kejadian nyata juga nih, ada bayi berusia 4 bulan yang kebetulan tidak dapat diberikan ASI sehingga diberikan susu formula. Minumnya banyak tapi berat badan kok sedikit sekali naiknya ya? Usut punya usut, pembuatannya yang tidak sesuai. Seharusnya 1 takar sendok susu tsb dilarutkan dalam air 30 cc, tapi oleh sang pengasuh malah dilarutkan dalam 50 cc. Untuk menghemat katanya. Ya iya juga sih, hemat susunya, hemat juga kenaikan berat badannya:p

Ada lagi yang sudah benar nih, satu sendok bubuk susu dicampur dengan 30 cc air. Tapi lah kok sendoknya menggunakan sendok makan-_-". Perhatikan benar bagaimana cara membuat dan menyiapkan susu formula yaa. 

Selain kekurangan masukan kalori, ada juga faktor psikososial. Tapi tidak saya bahas ya karena sepertinya sudah cukup jelas. Bisa dibaca sendiri di atas apa saja yang termasuk ke dalam faktor ini.

Next adalah faktor gangguan absorbsi atau penyerapan. Gangguan penyerapan ini bisa terjadi pada berbagai kasus. Misalnya intoleransi laktosa, diare kronis, dll. Yang sering terjadi adalah karena alergi.

Seorang bayi ASIX 3 bulan dibawa karena berat badan yang stagnan naiknya. Setelah dievaluasi, posisi dan perlekatan saat menyusui sudah benar. Tanda kecukupan ASI pun sudah terlihat semua. Hasil laboratorium menunjukkan batas normal. Tapi, orangtua mengaku kalau keduanya punya riwayat alergi. Bayi ini pun sering  mengalami gatal kemerahan di kulit yang tidak diketahui apa penyebabnya. Setelah dilakukan tata laksana dengan kecurigaan alergi susu sapi, berat bayi mulai naik perlahan-lahan. Gejala alergi bisa juga sebaliknya, entah kenapa bayi hanya mau menyusu sedikit saja dan ogah-ogahan. Apa hubungannya alergi dengan berat tak naik? Pada alergi, ada gangguan penyerapan nutrisi. Jadi biarpun yang diminum mencukupi kebutuhannya, tapi kalau tidak terserap sempurna ya pasti akan tetap kurang.

Penggunaan kalori dari tubuh yang berlebihan juga bisa jadi salah satu penyebab weight faltering. Apa misalnya? Sesederhana infeksi saluran kemih alias ISK, penyakit kronis lainnya sampai penyakit jantung bawaan.

Biar lebih mudah terbayang, saya pakai contoh kasus saja yaa. Saya pernah mendapat pasien bayi dengan tren berat weight faltering. Bayi ini mendapat ASIX. Menurut ibunya, ia sering menyusu walaupun hanya 5-6 menit setiap kali. Kalau lebih dari itu, bayi ini selalu ngos-ngosan. FYI, Ngos-ngosan saat menyusu adalah salah satu gejala yang bisa terlihat pada kelainan jantung bawaan. Benar saja, setelah diperiksa ternyata ia memiliki kelainan jantung.

Ada juga kasus silent ISK, terutama pada anak lelaki. Biasanya kan kalau anak lelaki usia batita belum dikhitan ya. Tidak ada gejala lain pada silent ISK ini (makanya namanya juga silent) selain berat yang tak kunjung naik. Biasanya orangtua kurang ngeh karena anak masih mau makan banyak, minum banyak tapi berat stagnan. Ada juga sih pada kasus silent ISK yang anaknya jadi malas makan.   

Yang paling sering terjadi di Indonesia (karena memang endemis) adalah infeksi TBC atau Tuberculosis.  Ingat ya, walaupun anak sudah mendapat imunisasi BCG, masih bisa lho terkena TBC. Kalaupun di keluarga tak ada yang menderita TBC, anak masih bisa tertular dari berbagai orang di lingkungannya. Tetangga misalnya, atau pengasuh, supir, dll.

Terakhir adalah faktor lain-lain seperti adanya kelainan genetik atau inborn error metabolism. Karena ini jarang terjadi, tidak saya bahas lebih lanjut yaa.

Bisa dipahami ya? Saya berusaha setengah mati menjelaskan dengan bahasa yang (mudah-mudahaaaaan) bisa dimengerti orang awam. Karena sebetulnya banyak banget lho informasi mengenai weight faltering, gagal tumbuh, failure to thrive dan sejenisnya jika di-Googling. Tapi mungkin karena bahasa yang digunakan sedikit njlimet (mungkin lho!), jadi tak banyak orangtua yang ngeh masalah ini.

Oh ya, saya ingin mengucapkan terima kasih atau segala respon yang ditujukan pada postingan-postingan di blog ini. Senang deh kalau ada orangtua yang memberikan testimoni. Tadi pagi, ada yang mengirimkan saya pesan lewat email menceritakan kegalauan dan kebaperannya setelah membaca tulisan tentang stunting. Untungnyaaaa, ibu cantik ini bisa langsung move on dan memutuskan segera berkonsultasi dengan dokter nutrisi anak. Alhamdulillah, sudah diketahui kalau penyebab berat badan kecil ini adalah karena TBC.

Ia tidak menduga kalau anaknya bisa terkena TBC karena merasa imunisasi sudah lengkap, tidak pernah ada keluhan dan tidak ada keluarga yang TBC. Anaknya pun sehat-sehat saja dan aktif bukan main.  Semakin cepat diketahui, semakin cepat diatasi, semakin baik bukan? Semoga pengobatannya lancar-lancar ya buuuu:)

 Terima kasih juga atas semua request yang meminta saya menulis mengenai ini dan itu. InsyaAllah ya, kalau saya diberi waktu dan kesempatan, kesehatan dan niat (ini biasanya yang paling susah. Apalagi kalau godaan berupa NCIS, Arrow, Supergirl, The Flash dan The Big Bang Theory memulai season baru datang haha),  akan saya tulis satu-satu. Beberapa hari ke depan, sepertinya saya akan sangat sibuk mempersiapkan buku Mommyclopedia seri ke-2 untuk batita yang insyaAllah akan terbit dalam waktu dekat (Doakan lancar jaya ya!). Jadi sepertinya tidak dapat se-intens beberapa hari terakhir ini dalam menulis di blog atau menjawab pertanyaan yang ada. Stay tuned terus yaa:D

13 comments:

Nia said...

Terima kasih dokter utk pencerahannya..
Terutama untuk cara baca KMS dan memahami trend nya,
Ternyata BB anak naik pun harus diwaspadai kalo tren nya turun.
Selama ini KMS cuma diliat aja spot2 nya, gak jelas gmn cara baca dan memahami.

Meta Hanindita said...

Sama-sama mbak @nia:)

Yunie said...

Halo dr. Meta.
Anak saya bulan lalu baru disarankan minum vitamin zat besi, karena kata dokter kelihatannya berat badan susah naik karena kurang zat besi. Dan baru terbuka matanya, walaupun MPASI daging2an juga belum mencukupi. Setelah konsumdi vitamin zat besi setiap hari, kenaikan berat badan langsung 800 gr! Emejing! Saya mohon info dong, kan vitaminnya uda mau habis, apa perlu diteruskan? Sampai umir berapa?
O ya dok, saya mohon request blogger via mobile nya diaktifkan dong, saya baca dari handphone, kecil banget tulisannya hehehe.
Makasih. Have a good day!

Regards,

Yunie

Meta Hanindita said...

Halo mbak @Yunie, naaaah ini yang saya maksud mbak. COba deh kalau kebeneran mbak santai2 aja karena anaknya keliatan sehat2 aja, aktif dan misalnya ibu bapaknya emang kecil. Kan ga bakal ketauan tuh kalau ternyata ada adb, trus beratnya ga naik2 deh. Kalau udah lewat masa golden period ya udah, ga bisa diapa2in lagi. Saya nulis ini emang biar pada aware, sayang ada aja yang baper hehehe.

Saran saya sih kontrol lagi ke dokternya mbak, apa memang sudah cukup zat besinya? ATau masih kurang normal? Cek lagi yaaa.

Yunie said...

Thank you for replying dok! Iya harus aware, ngejar golden period yg terbaik iniiii. Hehehe.
Oke, abis gini mau appointment dokter.

Regards,
Yunie

Unknown said...

pagi dr.meta
thank you atas sharingnya.
boleh nanya ya dok, utk tau kalo anak mengalami defisiensi besi, bisa dari pemeriksaan Hb ya dok? kalo Hb nya normal, berarti aman ya?
trus, mengenai vitamin A, kalo saya memberi multivitamin yang mengandung Vitamin A tiap hari apa mencukupi ya dok? (soalnya gak pernah ke posyandu, utk dpt kapsul vitamin A)..

tks.
lusia

Meta Hanindita said...

@Yunie: Sama-sama:)

@Lusia: Nah itulah yang sering salah kaprah mbak. Justru kebanyakan pasien saya yang adb HBnya masih normal. Guidelinenya adb adalah pemeriksaan Serum Iron/ Total Iron Binding Capacity. Kalau Serum Iron sudah turun, mostly adb.

Unknown said...

o gitu ya dok...
wah tq banget infonya. jadi paham..

Anonymous said...

Thank you very much for sharing such a beautiful article.
หนังออนไลน์

Tri said...

Dok, anak sy sdh 6th, riwayat sejak bayi bb nya memang susah naik. Sy waktu itu termasuk yang beranggapan pokoknya anak aktif, sehat.. skrng dalam usia 6th, bb 17,7kg dg tb 105-an cm. Apakah hrs ada pemeriksaan lagi u/anak sy? U/usia 6th apakah masih dibutuhkan suplemen zat besi?

-'moRis- said...

untuk mengetahui si anak TBC atau ISK harus cek bagaimana ya dok?
soalnya selama ini ke dokter selagi imunisasi konsul juga tentang berat badan anak, tidak pernah dokternya me-listkan apa saja yang dokter paparkan diatas termasuk kemungkinan kena TBC atau ISK.

Unknown said...

Terima kasih penjelasannya dok, anak saya 19 bulan beratnya 8.05 kg tingginya 76 cm. Nah kemarin bidan di posyandu bilang anak saya kurang gizi, kurus, dan pendek. Masalahnya kader posyandu gak ngasih solusi. Saya ke bidan umum tapi cuek saja bidannya. Setelah saya baca tulisan dokter susu formula bisa jadi solusi. Yang ingin saya tanyakan susu formula merk apa. Yang saya tahu pe*di*sure complete bisa untuk berat dan tinggi badan batita. Tapi di swalayan dan apotek gak ada, adanya triple sure gak ada yg complete. Mohon solusinya dok, saya harus bagaimana? Sempet ke puskesmas tapi ditolak karena buku pinknya hilang, harus ada buku pink kalau tidak ada dokternya gak mau periksa, itu waktu anak saya usianya 14 bulan

Anonymous said...

Dok, anak saya susah banget makan.. saya udh terapin waktu makan yg tepat dean sudah ganti2 menu, tetap aja susah makan. tp kalo dikasih vitamin nafsu makan baru deh mau makan. tp saya takut dok kalo keterusan pakai vitamin, kalo berhenti vitaminnya ya balik ga mau makan.. gimana ini dok??

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...