Thursday, July 20, 2017

Baby Led Weaning VS Responsive Feeding

Pernah mendengar istilah Baby Led Weaning alias BLW? Saya yakin kalau istilah ini tak asing untuk para emak, apalagi yang anaknya sudah menjalani masa MPASI. Sejak diperkenalkan sekitar 2008 lalu, BLW memang menjadi salah satu cara pemberian MPASI pada anak yang cukup populer. Apalagi di Indonesia banyak anak selebriti yang menjalani masa MPASI-nya menggunakan BLW.

Apa sih BLW itu? BLW merupakan suatu metode yang diperkenalkan oleh Gill Rapley dan Tracey Murkett dengan membiarkan bayi untuk memimpin seluruh proses, menggunakan naluri, dan kemampuan mereka dalam hal menangani makanan. Sederhananya, sejak awal mendapat MPASI, bayi dibiarkan mengeksplorasi makanannya, termasuk memutuskan sendiri seberapa banyak yang akan ia makan. Tidak ada aktivitas suap-menyuap oleh orang tua/pengasuh. Makanan yang diberikan pun tidak berupa bubur/puree tapi langsung dalam bentuk finger food (yang bisa dipegang oleh tangan bayi).

Gampangannya begini deh, kalau pemberian MPASI dengan metode konvensional kan bayi diperkenalkan dengan makanan lunak dulu kemudian perlahan-lahan teksturnya dinaikkan tingkat kekasarannya. Pada BLW, bayi diberikan potongan makanan lunak dalam bentuk dan ukuran yang dapat ia pegang sendiri (misalnya wortel kukus atau brokoli kukus). Sementara itu, jika pada metode konvensional bayi disuapi dan didampingi oleh orangtua, pada BLW, bayi dipersilakan mengeksplorasi makanannya sendiri. Bayi sendirilah yang menentukan mulai berapa banyak yang ia makan sampai berapa lama waktu makannya.


Menurut penciptanya, ada beberapa alasan mengapa metode ini diperkenalkan di beberapa negara maju seperti Amerika dan Inggris. Yang pertama, karena di negara-negara tersebut mulai ada tren pemberian MPASI sebelum 6 bulan. Nah, dengan BLW, harapannya sih orangtua dapat menunda pemberian MPASI. Selain itu, di negara-negara tersebut, angka obesitas mulai menunjukkan tren yang meningkat. BLW ini diharapkan dapat melatih self-control anak untuk menentukan jumlah makanan yang dibutuhkan. Alasan lain adalah karena waktu makan bayi BLW sama dengan keluarga yang lain,  dianggap dapat membuat anak lebih dekat dengan keluarga dan membuat proses makan lebih menyenangkan sehingga diharapkan kelak anak jadi tidak sulit makan.

Benarkah ini? Kita bahas satu-satu yaa.

Pertama, soal jenis makanan pada BLW nih. Masih ingat tulisan saya yang ini? Salah satu syarat MPASI yang baik menurut WHO adalah adekuat alias mencukupi kebutuhan anak, tak hanya makronutrien tapi mikronutrien, termasuk zat besi. IDAI merekomendasikan pemberian MPASI yang difortifikasi untuk mencegah anemia defisiensi besi. Sekarang, pada BLW makanan yang pertama kali diberikan adalah finger food seperti potongan wortel, potongan kentang, potongan brokoli, dan sejenisnya. Coba deh sekarang dihitung yaa. Contoh nih, anak laki-laki 6 bulan dengan berat 7 kg memiliki kebutuhan energi sebanyak 770 kkal dan zat besi 11 mg/hari. Seandainya pada saat BLW diberikan makan 3x/hari berupa potongan kentang kukus, potongan brokoli kukus dan potongan wortel kukus.

Kebutuhan energi anak                    770 kkal
Tercukupi dari ASI                          539 kkal
------------------------------------------------------  -
Yang harus tercukupi dari MPASI   231 kkal


30 gram baby carrot mengandung 10,5 kkal energi dan 0.1 mg zat besi, sementara 30 gram kentang kukus mengandung 14.6 kkal energi dan 0.1 mg zat besi, 30 gram brokoli kukus mengandung 10,5 kkal energi dan 0.2 mg zat besi. Seandainya dalam sehari bayi diberikan 3x MPASI dengan baby carrot (ini bahasa Indonesianya apa sih?:))) kukus, kentang kukus dan brokoli kukus , maka:
Energi yang tercukupi = (3x10,5kkal) + (3x14,6 kkal) + (3x10.5 kkal) = 108.8 kkal
Zat besi yang tercukupi = (3x0.1 mg) + (3x0.1 mg) + (3x0.2 mg) = 1.2 mg

Tidak tercukupi semua ya kebutuhannya? Padahal ini baru ngomongin soal kecukupan energi dan zat besi lho, belum protein, lemak, vitamin dll.

Kedua, mengenai tekstur atau konsistensi MPASI. Sebenarnya kenapa sih kok MPASI pertama harus diberikan dalam tekstur lunak baru ditingkatkan secara bertahap? Semuanya dikembalikan ke perkembangan normal anak .

Coba dilihat deh, perkembangan bayi sehat yang normal, mulai usia 4-7 bulan, seorang anak baru bisa memutar lidah atas dan bawah untuk "mengambil"makanan dari sendok saat makan, menggerakkan lidah ke atas dan bawah, serta menelan makanan semi-solid alias lunak tanpa tersedak. Pemberian finger food baru dapat dilakukan setelah anak berusia 8 bulan karena pada saat itu rahang anak mulai dapat bergerak ke atas dan ke bawah secara berulang untuk mengunyah.

Kesimpulannya, pemberian finger food sebaiknya dilakukan di usia 8 bulan ke atas dan bukannya saat masih 6 bulan. Kemampuan oromotorik anak belum siap. Yaa bisa saja sih dipaksakan, tapi ada risikonya. Bayi pastinya akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk memanipulasi makanan tekstur padat untuk dapat mengunyahnya sampai menjadi partikel yang lebih kecil untuk ditelan. Akibatnya bayi lebih cenderung memakan makanan dalam jumlah yang lebih sedikit dari seharusnya, sehingga risiko gagal tumbuh jadi lebih tinggi. Risiko lain adalah adanya bahaya tersedak.

Sayangnya, hingga saat ini hanya ada sedikit sekali penelitian yang sudah dilakukan di negara maju mengenai BLW. Di Indonesia bahkan belum ada. (Nanti saya buat deh ya kalau engga malas:p) Beberapa penelitian yang ada yaitu:
1. Morison (2016), membandingkan kelompok anak yang mendapat MPASI secara BLW dengan metode konvensional. Hasilnya pada kelompok BLW memiliki risiko lebih tinggi untuk tersedak. Selain itu walaupun kecukupan energi anak BLW terpenuhi, namun mereka mengalami defisiensi zat besi, Zinc dan vitamin B12.
2. Brown (2011), melakukan survei kepada ibu-ibu dari anak yang mendapat MPASI secara BLW dan metode konvensional. Hasilnya pada kelompok ibu BLW, tingkat kecemasan, kestressan mengenai makan pada anak lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang menjalankan metode konvensional.
3. Townsend (2012), mendapatkan pada kelompok anak BLW mengalami underweight dibandingkan dengan mereka yang menjalankan metode konvensional.
4. Taylor (2016), kedua kelompok BLW dan konvensional ternyata sama-sama memiliki risiko tersedak.

Keterbatasan penelitian dan jumlah sampel penelitian tersebut membuat pemberian MPASI secara BLW masih menjadi kontroversi. Kementerian kesehatan New Zealand telah mengeluarkan pernyataan tidak merekomendasikan pemberian MPASI secara BLW (Jelasnya bisa dibaca di sini ya). 
Lalu metode pemberian makan yang bagaimana yang direkomendasikan?
 Sama dengan WHO, IDAI merekomendasikan pemberian MPASI secara responsive feeding, bukan BLW. Yang dimaksud dengan responsive feeding adalah:
a. Memberikan makan pada bayi secara langsung (alias menyuapi) dan membantu anak yang lebih besar saat mereka makan sendiri. Sensitif terhadap tanda lapar dan kenyang anak.
b. Berikan makan perlahan dan dengan sabar. Dorong anak untuk makan, BUKAN dengan paksaan.
c. Jika anak menolak banyak makanan, bereksperimenlah dengan kombinasi makanan yang berbeda rasa atau tekstur.
d. Minimalisir distraksi saat makan.
e. Waktu makan adalah masa belajar dan menunjukkan kasih sayang, bicara pada anak saat makan dengan kontak mata.

Untuk bayi yang berusia 6 bulan, jenis MPASI dimulai dengan bubur halus lembut yang cukup kental dan ditingkatkan kekasarannya secara bertahap. Setelah bayi berusia 8-9 bulan, maka sudah dapat diberikan makanan yang dicincang halus atau disaring kasar, ditingkatkan kekasarannya sampai makanan bisa dipegang/diambil dengan tangan (finger foods). Lalu saat bayi berusia setahun, makanannya dapat disamakan dengan makanan keluarga.

Katanya karena terbiasa mencicipi beraneka jenis makanan sejak kecil, BLW dapat mengurangi risiko anak menjadi picky eater?
Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan hal tersebut. Eh tapi ngomong-ngomong soal picky eater, baca dulu deh tulisan saya mengenai hal ini di sini. 

Betul tidak BLW dapat melatih kemampuan motorik halus anak?
Saat bayi menggunakan jari-jari untuk dapat memasukkan makanan ke dalam mulutnya memang berarti ia sedang melatih koordinasi tangan-mata yang dapat menstimulasi kemampuan motorik halus anak. Tapiii, sekali lagi, sampai sekarang belum ada bukti ilmiahnya.

Katanya  BLW juga dapat melatih kemandirian dan kepercayaan diri anak?
Belum ada penelitian ilmiah yang dapat membuktikan hal ini.

Betulkah BLW dapat mengurangi tingkat kecemasan dan kestressan ibu?
Yes. Ibu dapat menghemat waktu memasak karena makanan yang diberikan saat BLW biasanya sangat sederhana (tinggal dikukus misalnya), dan lebih mudah saat travelling dengan bayi.

Jadi sebenarnya boleh engga sih BLW ini?
Nah, lagi-lagi ini adalah pilihan masing-masing keluarga. Memang (yang sudah terbukti ilmiah ya) BLW dapat mengurangi tingkat kecemasan, kestressan orangtua terutama ibu. Namun perlu dipertimbangkan juga hal lain seperti yang sudah saya tulis di atas.

Kalau menurut saya pribadi, boleh-boleh saja sih BLW tapi bukan murni seperti definisi penciptanya, melainkan dikombinasi dengan metode konvensional.  Jadi mulai 6 bulan ya tetap diberikan MPASI dengan konsistensi bertahap dan disuapi. BLW boleh dicoba saat anak sudah berusia 8-9 bulan pada saat snack time. Misalnya nih ya, waktu anak berusia 9 bulan kan makanannya berupa nasi tim dengan ayam dan sayur, makanan ini tetap diberikan dengan disuapi. Lalu, pada saat waktunya snack, berikan anak finger food seperti potongan buah dan biarkan ia makan sendiri.

Oh ya perlu diingat juga bahwa awalnya BLW ini digunakan di negara maju. Jangan disamakan dengan di Indonesia yang merupakan negara berkembang dimana potensi kematian bayi dan balita akibat malnutrisi masih tinggi, angka malnutrisi tinggi, angka stunting tinggi dan angka anemia defisiensi besi pun tinggi ya.

Saya berharap semoga para orangtua masa kini benar-benar dapat mencari informasi valid (baca: ada evidence based alias bukti ilmiah) sebelum memutuskan sesuatu untuk anaknya. Jangan terpengaruh oleh tren kekinian yang masih belum jelas. Semua orangtua pastinya menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Tapi ingat, yang sedang kekinian belum tentu yang terbaik lho!

Semoga tulisan saya mengenai BLW dan metode konvensional ini dapat berguna demi kesehatan generasi penerus bangsa Indonesia. Merdekaaaa!

Postingan saya selanjutnya masih akan membahas mengenai nutrisi pada anak ya, stay tuned;)

*Mengenai MPASI Homemade vs Pabrikan bisa dibaca di sini
* Mengenai Stunting pada Anak bisa dibaca di sini

5 comments:

Unknown said...

Dok apakah pemberian MPASI usia sblm 6 bln diianjurkan? (6bln krg 1mggu gtu)

Meta Hanindita said...

Kurang seminggunya kenapa mbak?

Sheila oktiv said...

Usia 5 bulan boleh ga MPASI dini dok? Soalnya si kecil sudah ga sabaran dok

Unknown said...

Baby carrot---mungkin bisa diterjemahkan juga wortel mungil/kecil
mungkin lho hehehe tapi saya kadang sebut wortel baby/wortel bayi haha

Sari Dewi K said...

Terimakasih dok, akhirnya saya lebih tercerahkan lagi. Karena saya juga berpikir kalau full BLW nutrisi yang masuk akan kurang, padahal bayi 6 bln membutuhkan energi tambahan selain ASI.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...