Friday, July 21, 2017

Klarifikasi: Stunting pada Anak

Saya menulis postingan ini gegara mendapat banyak respons dari orangtua yang baper setelah membaca tulisan sebelumnya.  Ada yang merasa tersinggung karena merasa saya men-judge orangtua dengan anak kurus atau pendek sebagai orangtua yang abai, tidak memberikan makanan bergizi cukup. Ada lagi yang sampai mengira saya suudzon kepada orangtua tersebut sebagai orangtua yang tidak peduli pada anak. Ada pula yang "menuduh" saya menulis tulisan tadi supaya lebih banyak pasien yang datang ke praktik pribadi saya. (Duh, kok bisa sampai ada yang berpikir begitu ya, heran juga).

Sebetulnya lebih banyak yang merespon positif sih. Hanya segelintir saja merespon seperti yang saya tulis di atas. Tapi, saya jadi merasa tak nyaman hehe.
 
Sejujurnya, saya sendiri tidak menyangka sama sekali kalau tulisan saya akan menjadi viral. Saya mendapat banyak sekali respon setelahnya. Begini ya, saya tidak dalam kapasitas untuk men-judge apalagi menyinggung orangtua yang memiliki anak kurus atau pendek. Percayalah, saya sebagai seorang ibu pun pernah melakukan hal yang sama.



Untuk yang setia membaca blog ini, pasti ingat kan curhatan saya saat galau karena walaupun Naya makannya banyak sekali tapi kenaikan beratnya seret?

Saat itu, saya (yang masih berstatus dokter umum) pun mencari pembenaran yang sama. Oh mungkin karena Naya aktif banget. Oh mungkin karena saya juga waktu kecil kurus. Oh mungkin karena ini itu ini itu ini itu apalah apalah apalah. Saya yakin banget ia tidak apa-apa karena jarang sakit. Selain itu, dari dulu ia selalu makan banyak. Entah ke mana perginya segala makanan itu karena beratnya naik seret. Saya selalu berusaha memberikan Naya makanan yang bergizi seimbang (menurut pengertian saya waktu itu ya).  ASI pun sampai 2 tahun. Kurang apa sih? Keluarlah pembenaran "Ah yang penting sehat deh" setiap ada yang menanyakan kenapa anak saya kecil.

Alhamdulillah, saya merasa sangat beruntung karena mendapat kesempatan belajar lebih dalam mengenai ilmu nutrisi anak. Saat itu, saya menyadari kalau tak ingin Naya kelak stunting, saya harus segera mencari tahu ada apa dengannya. Waktu dicek, ternyata Naya mengalami anemia defisiensi besi. Setelah mendapat suplemen zat besi, berat Naya mulai berangsur-angsur naik sampai akhirnya dapat terhindar dari stunting. Berat dan tingginya sekarang ideal sekali.  Syukurlah belum terlambat.

Lalu saya berpikiran, bagaimana dengan ibu-ibu lain yang tidak memiliki kesempatan yang sama dengan saya? Karena saya adalah seorang dokter spesialis anak, saya merasa ikut bertanggung jawab terhadap edukasi orang tua terutama mengenai nutrisi anak.

Contohnya nih, waktu Naya MPASI, saya yakin banget lho kalau makanan yang saya berikan padanya adalah yang paling bergizi, yang paling baik. Siapa sih orangtua yang tidak menginginkan segala yang terbaik untuk anaknya? Tapi kenyataannya, setelah mendalami ilmu nutrisi saya baru sadar  pemberian MPASI hanya tepung G***L dicampur ASIP itu tidak sesuai dengan kebutuhannya. Bisa jadi makanan yang saya anggap terbaik dan bergizi itu ternyata yang menyebabkan anak saya sendiri mengalami anemia defisiensi besi.

Dari pengalaman pribadi, saya ingin menunjukkan pada semua orangtua. Berat sulit naik itu BUKAN hanya sekadar karena makannya tak bergizi seimbang lho! Bisa karena anemia defisiensi besi, bisa karena alergi, bisa karena infeksi dan lain sebagainya. Nah, maksud saya adalah mengajak orangtua untuk lebih aware lagi seandainya berat anak sulit naik, naik tapi seret atau bahkan turun terus.

Contoh lain lagi yaaa. Saya pernah punya pasien yang datang karena batuk pilek biasa, Tapi melihat posturnya yang kecil, saya gatal untuk memeriksa status gizi anak ini. Eh, ternyata gizi buruk. Orangtuanya santai saja karena merasa anaknya selama ini selalu sehat, aktif dan makan banyak. Saya meminta ijin untuk melakukan beberapa pemeriksaan. Hasilnya? TBC alias infeksi paru, saudara-saudara. Kira-kira kalau TBC ini tak diobati, bisa naik sendiri tak beratnya? Bisa sembuh sendiri tak infeksi TBC-nya?

Ada lagi kasus lain yang serupa. Tidak pernah ada keluhan, makan minum selalu bergizi dan dalam jumlah yang cukup. Tapi beratnya stagnan sejak berbulan-bulan. Saat diperiksakan, ternyata anak ini menderita Silent ISK (Infeksi Saluran Kemih). Begitu terdiagnosis, pengobatan dapat langsung diberikan, dan beratnya mulai berangsur-angsur naik. Kalau tidak diperiksakan karena orangtua mencari pembenaran sebagai "yang penting sehat" atau "soalnya aktif banget", "genetiknya nih pasti", kira-kira apakah beratnya bisa naik? Silent ISK-nya bisa sembuh sendiri? (Nanti saya bahas tersendiri ya apa saja penyebab berat anak sulit naik. Eh tapi...errr...saya pikir-pikir dulu deh ya, takut nanti banyak yang suudzon lagi):p

Sekali lagi, saya menulis BUKAN untuk apa-apa. Bukan karena ingin banyak pasien, bukan pula karena ingin men-judge orangtua lain (gimana mau nge-judge, wong saya sendiri pernah ada di posisi itu). Yuk, positive thinking, TIDAK ADA keuntungan buat saya kok menulis artikel seperti ini. Jangan baper ya bu ibu, pak bapak, saya cuma ingin share demi kesehatan anak Indonesia.

Kalau memang tidak menyetujui apa yang saya tulis, sah-sah saja kok. Hak semua orang untuk berpendapat bukan? Saya menyadari memang tak bisa menyenangkan atau memuaskan semua pihak. Yang jelas, percayalah niat saya baik. Semoga apa yang saya tulis ini barokah dan dapat menjadi bekal saya kelak di akhirat nanti. Aamiin.

No baper, peace yo!;)

15 comments:

Valeri said...

Semangaat dr metaaa!

hesty said...

Ahehehe makn cinta deh sama Dr metaaa~~

tari said...

Please jangan kapok dok..ditunggu bahasan penyebab bb anak sulit naik nya yaaa..
Saya termasuk yg tertampar dan baper sebenarnya tapi ya sudah kan memang harus dihadapi dan dicari solusinya
Anak saya setelah cek ini itu ternyata adb dok..sudah mendapat suplemen fe dan ada progres kenaikan bb nya walaupun kenaikan nya belum fantastis dan blm terkejar yg di growth chart
Masa golden period itu sampai 3 tahun ya dok?

Anggraeni Septi said...

Terus mengedukasi dok. Dgn tulisan2mu yang sangat bermanfaat :).

tyas istiqomah said...

Dokter..anak saya umur 2th kalo di chart bb nya 12kg sih normal..tapi udah setahun ini stag di angka itu, gimana ya dok? Tiap saya konsul ke dokter katanya berat segitu normal2 saja..baca postingan dokter kok saya jadi kepikiran ya..mau saran dong dok..makasih

Meta Hanindita said...

Makasi yaa @Valery

Duh si ibu @hesty bisa aja:)))

@tari: Apa sudah dicek lagi pasca pemberian suplemen zat besi?

@Anggaraeni: InsyaAllah

@Tyas: Bu, kalau khawatir bisa konsul ke dokter spesialis anak konsultan nutrisi

justsharpen-mybrain said...

Ciri2 utk anemia defisiensi zat besi seperti apa dok? Apakah hrs tes lab?

Meta Hanindita said...

Betul @justsharpen, sebaiknya cek lab dulu. Terkadang Hb masih normal. tapi saat dicek Serum Ironnya sudah rendah sekali. Ini harus sudah mulai diterapi zat besi. Jadi bukan sebatas periksa hb yaa.

Maria Ulfa Octavia SK said...

Bu Met, kalo misalkan saya ga tes zat besinya terus saya coba kasih suplemen zat besi, boleh apa ga? Kalo boleh tau nama suplemennya apa ya Bu Met? Hehehe..
Anak saya 20bl, cenderung picky eater dan GTM kadang2. Jadi zat beai yg masuk saya sadari memang kurang.

Oiya satu lagi, kalo diberikan obat cacing anak apakah sudah boleh? Perlukah diperiksakan ke dsa dulu sebelum diberikan obat cacingnya? Curiga soalnya waktu habis BAB dan dibersihkan di km mandi kok nangis seperti gatal di bagian duburnya.. Makasih ya dok..

Meta Hanindita said...

@Maria: Jangan mbak, harus terbukti dulu karena dosis suplemen dan dosis terapi beda.

Soal obat cacing, boleh.

riscapuspita said...

Dok mau nanya, anak saya 4 bulan dg berat 6kg. Konsumsi asip selama saya kerja (11jam) antara 700-800ml. Pernah ke dsa dibilang konsumsinya tidak sesuai dg kenaikan berat badannya. Yg mau saya tanyakan, nirmalnya konsumsi asip berapa kalau dg berat segitu dan saya tinggal selama 11 jam?

Anonymous said...

Dok, sy sangat menyadari kesalahan2 sy dalam merawat anak setelah baca2 tulisan dokter, sy curiga anak sy stunting dan mungkin adb, sy sadar betul kesalahannya terletak pada masa2 pemberian mpasi dok, walaupun sebenernya sy memutuskan utk pake metode yg direkomendasikan who tapi ya tetap nggak bisa seideal yg sy harapkan, skrg anak sy picky eater dan skrg sy berusaha sekali utk benar2 mengajarkan anak makan yg benar dan sehat. Apa dokter pernah membahas ttg bagaimana Naya dulu melewati masa2 adb nya? Dan apa sy harus ke dokter anak yaa utk memastikan kondisi anak sy, padahal sy sadar betul knp anak sy skrg susah makan dan berpostur kecil.

Unknown said...

Dok mau tnya klo anak GTM ap nnti bakal stunting dok tolong d jawab dok soalny anak sya GTM

Unknown said...

Kalau anak umur 9 tahun, beratnya msh 20kg.apakah ini termasuk stunting? apa solusinya ya..?
Sebelumnya sdh pernah berobat tb selama 6 bln. Dan sdh bersih.

Nina said...

dokter, anak saya umur 2,5 th. beratnya 7kg tinggi 77cm.
makan kadang lahap 3x makan berat + 2x cemilan. kadang sama sekali nggak mau.
dari usia 1th serentetan cek sudah dilakukan, cek darah tidak ada anemia, cek kelenjar tiroid hasilnya hormal, cek masa tulang sudah sesuai umurnya, tidak ada TB, tidak ada isk. anak saya alergi susu & coklat.
bingung harus cek apa lagi.
segala upaya sudah dilakukan tapi tidak ada meningkatan berat badan dari usia 1 tahun.
setiap priksa ke dsa, dsa selalu menyarankan pemberian susu formula, sedangkan anak saya tidak doyan.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...