Thursday, August 23, 2012

Mudik Berjamaah

Wah, lumayan lama juga ya saya engga nge-blog. Harap maklum, liburan panjang kemarin benar-benar membuat saya sibuk bukan kepalang.

Selain karena ditinggal babysitter dan ART mudik, saya juga masih tetap masuk di rumah sakit setiap harinya, bahkan pada saat hari H lebaran. (Iyaaa, engga salah baca kok, engga libuuuur!).

Sebenarnya, saya sudah mempersiapkan infal alias tenaga pengganti babysitter sementara selama masa libur panjang. Alhamdulillah, walaupun awalnya saya sempat khawatir, ternyata infal yang saya dapat baik sekali orangnya. Rajin, cekatan dan bisa memomong anak. (Dan sukses membuat saya berpikiran mempekerjakan dia tidak hanya untuk infal tapi seterusnya)

Tapiiii, apa boleh buat, ternyata Naya yang tidak mau diasuh oleh sang infal. Boro-boro diasuh, diajak bicara saja langsung menangis keras sambil lari terbirit-birit memanggil saya.

Jadilah, selama ini, Naya nempel terus 24 jam sehari ke sang emak. Saya mandi, kerja di rumah sakit, bahkan sampai pup pun, Naya ikut.
Kalau saya mandi, saya buka pintunya, lalu Naya akan menunggu dengan setia di depan pintu sampai saya selesai mandi. (Persis anak kucing ya hehe).

Kalau disuapi oleh mbak Yem, nama infalnya, Naya teriak dan bilang "No no no, tama mama ko tama mama" (baca: no no no, sama mama kok sama mama) sambil menggerakkan telunjuknya ke kiri dan kanan.

Demikian juga halnya saat tidur, atau mandi. Hanya mau sama mama. "Tama mama kakak Nyanya to. Engga tama mbak Nyem." ("Sama mama kakak Naya kok, engga sama mbak Yem").

Saya sampai engga bisa shalat ied lho karena ini. Naya malah nangis histeris ketika mau saya tinggal untuk shalat. Saat saya ajak, Naya berlarian kesana kemari. Akhirnya, buyar deh niat shalat ied saya.

Saking lengketnya bagai kembar siam, saya 'terpaksa' membawa Naya kemana pun, termasuk ke rumah sakit. Iyaaa, saya tau, rumah sakit adalah tempat paling infeksius yang ada di seluruh dunia ini. Apalagi, bagian saya bekerja adalah bagian anak-anak, dimana pasti akan gampaaang sekali menyebarkan infeksi ke sesama anak-anak seperti Naya. But well, I couldn't think any other condition. Memangnya ada ide lain?

Suami saya jaga juga di rumah sakit. Jadwalnya begini, kalau hari ini jaga 24 jam, besok jaga lagi 24 jam, hari selanjutnya hari kosong alias libur. Tetapi, bayangkan saja, kira-kira, setelah 2x24 jam dinas tanpa jeda, apa yang akan dilakukan suami saya di day offnya? Ya tidur! Atau istilah saya, pingsan. Boro-boro mengasuh Naya, diinjak-injak Naya saja tidak terasa saking lelahnya. Jadi jelas, option menitipkan Naya ke suami tidak pernah terlintas di pikiran saya.

Keluarga mertua juga sangat sibuk, tanpa ada ART yang kesemuanya mudik. Ini juga yang membuat saya tidak mungkin menitipkan Naya di keluarga mertua.

Sebenarnya yang paling ideal adalah menitipkan Naya ke mama saya. Masalahnya, mama saya ada di Bandung, dan tidak mungkin bisa ke Surabaya. Saat lebaran, kakak-kakak saya akan berkunjung untuk sungkeman ke mama di Bandung. Masa mama malah 'melarikan diri' ke Surabaya untuk mengasuh Naya?

Satu-satunya yang paling masuk akal buat saya hanya dengan membawa Naya ikut kemanapun saya pergi, termasuk rumah sakit.

Untungnya, kamar dokter di rumah sakit cukup bersih dan adem. Ada televisi, AC, kulkas bahkan microwave yang bisa saya manfaatkan.

Naya bisa leluasa bermain disana. Ada satu hal yang jujur kurang saya pertimbangkan. Bagaimana dengan Naya saat saya tinggal memeriksa pasien?
Naya tidur di dada saya saat di RS.


Saat saya memvisite pasien, Naya menangis histeris sampai muntah karena tidak ingin ditinggal. Selain itu, Naya selalu tidur di dada saya sehingga saya jadi tidak bisa ngapa-ngapain. Duh repot ya, untungnya alhamdulillah Dean, partner jaga saya hari itu juga adalah seorang ibu dengan anak sepantaran Naya. Sangat mengerti kondisinya. Jadilah, beberapa tugas bisa dicover Dean. Pada saat ada pasien diare ngamar, misalnya, saya meminta Dean yang menghadapi. Sementara saya mengcover pasien yang resiko infeksinya lebih kecil seperti thypoid. Pada saat saya memeriksa pasien, Naya saya taruh di kamar tindakan atau ruang laktasi di rumah sakit.
Gangguin tante Dean di RS


Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Hari-hari berikutnya pun demikian. Naya sempat melakukan aksi GTM selama ditinggal babysitternya. Kalau biasanya makan bisa sampai 7-8x/hari, sekarang 3x saja susahnya minta ampun. Kalau biasanya saya sampai menyetop Naya supaya tidak makan lagi karena khawatir dimuntahkan saking kenyangnya, sekarang 3 sendok yang masuk saja sudah Alhamdulillah.

Saya tidak terlalu khawatir sih, karena saya yakin fase ini pasti akan terlewati. Benar saja, di hari ke-6 pasca ditinggal babysitter, skali makan, Naya menghabiskan 2 mangkuk penuh (@300cc) bubur ayam Ta-wan dan 6 sendok bubur Madura punya utie-nya.

Utie? Mama saya maksudnya. Thx to my supermom, walaupun tidak punya rencana sama sekali untuk berkunjung ke Surabaya selama liburan, pada akhirnya karena tidak tega setiap kali menelpon saya selalu mendengar Naya sedang menangis, berangkat jugalah beliau dengan pesawat terbang yang harga tiketnya sedang berlipat-lipat itu. Terimakasih ya ma! Setidaknya saya bisa meninggalkan Naya ke rumah sakit dengan tenang karena yakin Naya berada di tangan yang tepat. Dan untungnya, Naya mau diasuh utie, tidak menangis-nangis histeris lagi.
My supermom and her grand daughter


Sebelum utie datang, jadwal saya setiap hari dimulai dari jam 4 pagi saat Naya bangun tidur, lalu bermain sambil membersihkan kamar. Jam 5 saya sudah menyiapkan air hangat lalu memandikan Naya. Setelah memakaikan baju, giliran saya yang mandi 'ditonton' Naya. Pakai baju, lalu menyuapi Naya, menyiapkan ASIP/susu untuk Naya, kemudian berangkat ke rumah sakit bersama Naya. 12 jam di rumah sakit, sampai di rumah baru bisa mandi, beberes dan tidur bersama Naya.

Setelah ada utie, masih sama tapi tanpa membawa Naya ke rumah sakit.

Hari ini genap sudah delapan hari saya ditinggal ART dan babysitter.
Rasanya berat saya sudah berkurang beberapa kilogram, mata saya seperti mata panda dan saya merasa letiiiih sekali. Banyak tugas ilmiah saya yang akhirnya jadi terbengkalai, tapi toh saya masih survive:D
Semoga bisa saya catch up setelah babysitter Naya datang.

Ah ya, dan yang paling penting, saya bahagia sekali bisa merawat Naya lebih intens. Naya juga jadi lebih dekat dengan saya, dan karena nenen terus selama ini, ASI saya jadi banyak lagi:D aaaahh, its all worth it deh!:)

Anyway, mohon maaf lahir batin ya all! Belum terlambat kan?:D

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...