Friday, March 28, 2014

Talking Behind My Back?


Malam hari setelah Naya tidur adalah waktu rutin saya membuka laptop dan mengeceki email yang masuk ke inbox satu persatu. Semalam, ada satu email yang membuat saya termenung sesaat. Biasanya email yang masuk berkisar antara dari pembaca blog yang ingin menanyakan sesuatu atau pihak lain yang menawarkan kerjasama pada saya. Selain itu, bisa dipastikan isinya urusan rumah sakit:p

Email yang satu ini agak di luar biasanya. Datang dari seorang mahasiswi yang rupanya pernah rajin mendengarkan siaran saya saat acara curhat-curhatan dimana saya harus memberikan solusi atas masalah-masalah pendengar. Menurut cerita Mawar, sebut saja begitu, ia kebingungan harus bercerita entah ke siapa, dan akhirnya memutuskan mengirim email pada saya. So sweet ya:’)

Mawar bercerita kalau di kampusnya, dia cukup dikenal karena nllai-nilainya yang outstanding. Banyak temannya yang meminta contekan tiap ujian, tapi selalu ditolak Mawar karena menurut hati nuraninya tindakan seperti itu tidak benar. Mawar menulis, kalau saja teman-temannya meminta dia mengajari bahan ujian, dia akan bersenang hati membagi ilmu, asal bukan pada saat ujian berlangsung. Namun karena ini pulalah, banyak teman Mawar yang tidak menyukainya. Ada yang suka sekali ngomongin di belakang –dan yang diomongin banyak engga benarnya-, ada lagi yang suka menyindir, sampai ada juga yang menjauhi Mawar seolah-olah tidak mengenalnya.

Mawar bilang kalau ia sering merenung, bertanya-tanya apa kesalahan yang dia perbuat sampai teman-teman segitunya engga suka pada dia. Mawar sampai bertanya apa ia harus menurunkan nilai-nilainya? Atau mengingkari nurani? Atau bagaimana? Inginnya sih cuek, tapi engga bisa.

Membaca email ini pertama kali membuat saya teringat dengan cerita saya sendiri. Bukan karena nilai saya yang outstanding tentunya:p, tapi entah mengapa saya pun punya teman-teman yang suka membicarakan saya di belakang. (Ps: Saya baru tahu setelah menikah dengan suami. Jadi ceritanya mereka yang hobi ngomongin dan ngejelek-jelekin saya tuh sempat satu ganklah dengan suami. Engga mungkin kan ya suami saya bohong?;p).

Apapun penyebabnya, nilai outstanding, kaya raya, wajah cantik, banyak disukai orang, pintar bernyanyi, hebat dalam mengaji, jagoan menggambar, pakar design, ahli dance atau apalah, saya yakin akan selalu adaaaaaa saja orang yang tidak  menyukai kelebihan kita.Bahkan tanpa kelebihan pun, bisa saja ada orang yang tidak menyukai kita. Namanya juga manusia, urusan suka engga suka mah manusiawi, walaupun sering kali engga bisa dijelaskan. 

Saya engga keberatan juga kok ada orang yang engga menyukai saya. You can not please everyone and you can not make everyone like you, right?:D  Hak semua orang kok untuk menyukai atau tidak menyukai orang lain. Buat saya, engga masalah kok selama fair. Maksud saya, jangan bermuka dua, di depan saya menjadi teman tapi di belakang ngejelek-jelekin habis-habisan.

Sejujurnya, awal-awal saya mengetahui banyak orang yang saya anggap teman ternyata suka ngomongin di belakang, saya down. What have I done to deserve it? Sama seperti Mawar, saya juga suka bertanya-tanya apa salah saya dan harus bagaimana ke depannya.

Bagus juga sih, saya jadi bisa introspeksi. Mungkin saya kurang sensitif dan tak sengaja menyinggung perasaan teman,  mungkin saya jadi sombong, dan sejuta kemungkinan lainnya. Setelah mereview dan yakin seyakin-yakinnya kalau tidak ada satu pun kemungkinan tadi yang pernah saya perbuat, saya bertambah bingung. Jadi kenapa ya mereka kok segitu sebalnya dengan saya?

Saya engga bisa move-on deh. Sibuk mencari-cari alasan pembenaran untuk mereka tidak menyukai saya. Sampai seorang sahabat “menegur” saya dengan cerita perumpamaannya.

“Anggap saja A engga suka dengan B. Apa alasannya ya engga ada yang tahu, wallahualam. Terus B bersedekah jutaan rupiah ke masjid kompleks. Karena engga suka, A ngomongin B, katanya B bersedekah cuma biar dipuji orang banyak. Katanya uang yang B pakai buat sedekah engga halal. Dan sejuta katanya lagi. Sekarang Met, sedekah itu perbuatan baik engga? Tapi di mata orang yang engga suka, bahkan perbuatan baik pun bisa jadi sebaliknya. Terus kamu mau buang-buang waktu cari tahu kenapa A engga suka sama B? Buat apa?”

Saya pikir-pikir, benar juga ya. PR saya ya cuma sebatas introspeksi apa yang salah dengan saya. Kalau ternyata tidak ada, ya sudah. Its their problems, not mine. Ngapain saya yang rempong? Apalagi kalau sampai harus mengingkari hati nurani. Cuek sajalah! Lebih baik tenaga dan energi saya digunakan untuk hal-hal positif. Yang negatif sih engga perlu dipikirin, dilempar ke laut saja biar ketemu cewek matre.

Yaaa tapi kan engga enak Met dijauhin teman, diomongin di belakang.  



Well, a person who talks behind your back not worthy of even being called your friend. Don’t you think? Trust me, just let them go. If you don't get rid of the wrong friends, you'll never make room for the right ones.


A real friend has your back and comes to your defense when the situation calls for it and those who do not, are just not the people you should think of as friends.

Oh ya, apa yang saya lakukan begitu tahu “teman” mana yang pernah ngomongin saya di belakang? Selain cuek, setiap bertemu mereka saya pasang senyum termanis saya, kalau perlu pakai kedip-kedip bulu mata anti badai Katrina

I never worry about those who talk behind my back because I know, they are behind me for a reason;) -probably its because they're too busy talking about me?- I just have to smile to give them my sympathy:p

3 comments:

Vira said...

Saya juga pernah diomongin di belakang, untuk kesalahan yg saya lakukan. Saya sempat down, apalagi saya termasuk pendiam, nggak banyak ikut gosip dgn teman-teman di kampus. Tapi, ya sudahlah, mungkin saya adalah salah satu sumber kebahagiaan bagi mereka yg senang membicarakan orang lain. Jadi, saya anggap itu sebuah compliment. Saya begitu berarti. Hehehe..

Salam kenal, Dokter Meta. :)

Anonymous said...

Saya sedang ngalamin hal itu.. teman-teman baik saya ngomongin saya dibelakang, nyindir di akun sosial, biar semua orang tahu sayanya ga baik. Namba-nambahin cerita biar jd lbih mirip drama yang ga berujung.. penyebabnya cuma satu.. masalah saya yg disukai dua cowok sekaligus.. nah apa salah saya coba??
Down.. frustasi, gak suka makan, ngurung diri, dan rasa2nya pgen ngebalas,,,
Tapi pas bacablog ini, saya jadi paham, ga guna ngeladeninya, lagian mereka bukan lawan selevel saya,
Senym ajaa,, dan berjalan didepan mereka seprti seorang selebriti yg banyak dibicarakan,, haha

Makadih mbak

Anonymous said...

Saya sedang ngalamin hal itu.. teman-teman baik saya ngomongin saya dibelakang, nyindir di akun sosial, biar semua orang tahu sayanya ga baik. Namba-nambahin cerita biar jd lbih mirip drama yang ga berujung.. penyebabnya cuma satu.. masalah saya yg disukai dua cowok sekaligus.. nah apa salah saya coba??
Down.. frustasi, gak suka makan, ngurung diri, dan rasa2nya pgen ngebalas,,,
Tapi pas bacablog ini, saya jadi paham, ga guna ngeladeninya, lagian mereka bukan lawan selevel saya,
Senym ajaa,, dan berjalan didepan mereka seprti seorang selebriti yg banyak dibicarakan,, haha

Makadih mbak

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...