Saturday, January 19, 2013

Demam Berdarah


Awalnya saya merasa sangat pusing. Entah karena kurang tidur atau terlalu capek -thx to jadwal jaga yang menumpuk-, yang jelas kepala saya terasa berat dan berdenyut-denyut sepanjang hari.

Walaupun begitu, karena keesokan harinya suami akan pergi dinas luar pulau di Soe -3 jam perjalanan dari Kupang- dan babysitter Naya juga akan pulang kampung, saya menyempatkan diri untuk berbelanja segala kebutuhan rumah tangga di supermarket.

Di supermarket inilah saya baru merasakan badan saya nyeri semua, mungkin hampir persis seperti tertindih orang sekampung. Beneran deh, engga enak banget!

Saya masih belum berpikiran macam-macam. Saya pikir ini semua karena stress mau maju ilmiah sidang case report saja. Memang, sebagai ratu stress, saya ini gampaaaaaang sekali merasa stress. Daaaaaan..biasanya stress ini diikuti dengan gangguan kesehatan. Misalnya, saat mau maju untuk morning report, saya bisa mulas-mulas dan diare. Saat waktunya presentasi problem case, saya bisa dipastikan akan mual dan muntah. Apalagi kalau akan menghadapi ujian, waaah mulai pusing, diare, takikardi, hiperhidrosis, semua ada deh!

Kembali ke soal si pusing.

Sore harinya sepulang dari supermarket, saya merasa sangat kedinginan. Saya dobel selimut dan matikan AC. Saya langsung merasa kalau suhu tubuh saya pasti sebentar lagi akan beranjak naik. Betul saja, beberapa saat setelah menggigil, suhu saya mencapai hampir 40 derajat celsius!

Menurut suami, saya mengigau tak henti-henti sepanjang malam dengan suhu tubuh yang tak juga turun. Suami menanyakan ke saya apakah saya ingin dibawa ke rumah sakit untuk cek darah atau diinfus, tetapi karena baru hari pertama, saya tidak mau. Saya yakin kalaupun dicek darah hasilnya pasti masih normal. Selain itu saya masih bisa minum banyak sehingga tidak perlu diinfus.

Keesokan harinya, sebelum berangkat ke airport, suami membelikan saya bubur ayam langganan. Biasanya saya bisa menghabiskan seporsi penuh. Tapi ini sesendok saja susaaaah sekali ditelan. Nafsu makan menghilang, namun saya tetap memaksakan diri makan sebanyak-banyaknya karena malas diinfus.

Selama 2 hari setelahnya saya benar-benar engga bisa ngapa-ngapain. Suhu tubuh yang naik turun, pusing berat membuat saya terkapar di tempat tidur. Naya, yang tumben-tumbenan bisa melihat emaknya di rumah seharian tentu bahagia sekali. Apalagi karena babysitternya pulang, Naya menempel terus ke saya. Saya juga baru tahu ternyata ART saya sama-sama panas tinggi. Duh! Saya engga mungkin menyerahkan Naya kepadanya, sehingga walaupun lemas dan pusing luar biasa, saya handle semua urusan Naya. Untungnya, ada warnen babysitter yang bisa saya panggil untuk menggantikan sementara. Lumayanlah. Oh ya di hari ke-3 saya memeriksakan darah dan menyimpulkan bahwa saya positif terkena Dengue Fever. Hanya saja karena intake masih baik dan trombosit saya tidak terlalu rendah, saya memutuskan untuk bedrest saja di rumah.

Hari ke 4, saya memaksakan diri masuk ke rumah sakit karena harus maju presentasi case report di ruang sidang. Iyaa, engga bisa ditunda! Apapun alasannya, kalau saya tidak maju hari ini, saya harus mengulang stase satu bulan. Duh, menbayangkannya saja sudah malas ya. Akhirnya saya nekad-nekadan tetap pergi ke rumah sakit naik taksi untuk presentasi sambil berdoa, semoga saat presentasi saya kuat berdiri, engga pingsan dan engga sampai syok di tengah-tengah ilmiah. Saya sudah engga peduli soal nilai, yang penting maju!

Saat maju presentasi, saya sudah merasa ada yang engga beres. Keringat dingin membasahi seluruh badan saya. Tangan dan kaki saya dingin seperti tidak dialiri darah. Saya pun merasa lemas sekali. Walalupun begitu, saya berusaha menyelesaikan presentasi sebaik mungkin. Saya engga ingin ada yang tahu kalau saya sedang sakit. Saat sessi pertanyaan, saya hampir engga bisa mencerna pertanyaan penguji dengan baik. Tapi saya usahakan menjawab sebisa saya. (Alhamdulillah setelahnya saya tahu saya lulus dengan nilai yang sangat tinggi.).

Sehabis presentasi, saya merasa pusing sekali dan memutuskan untuk memeriksa darah dulu. Hasilnya lumayan baik, sehingga saya memberanikan diri pulang ke rumah diantar oleh seorang teman dengan taksi untuk melanjutkan istirahat.

Keesokan harinya, hari ke-5 panas atau masa-masa kritis dalam demam berdarah, saya kebagian tugas jaga. Saya sudah mencari ganti untuk menukar jadwal jaga tapi sayangnya tidak ada teman yang bisa. Saya nekad jaga dalam kondisi masih lemas. Saya meminta tolong perawat mengambilkan darah untuk diperiksakan di laboratorium. Dan ternyataaaaa.. saat akan diambil darah, nadi saya hampir engga teraba, jarum sudah berulang kali masuk ke pembuluh darah tapi darah tak kunjung keluar. Saya langsung tahu kalau saya sedang syok. Secara sadar, saya meminta perawat untuk mengrojok saya dengan larutan infus Ringer Laktat sambil meminta balabantuan jaga SOS.

Syukurlah teman saya yang baik hati dan dermawan datang untuk menggantikan jaga. Saya langsung pindah ke rumah sakit dengan status pasien dan dirawat karena demam berdarah alias Dengue Hemorrhagic Fever, bukan lagi Dengue Fever.

Yang menyedihkan, ternyata selain saya dan ART yang terkena Dengue, babysitter yang terlanjur pulang pun sakit panas tinggi di kampungnya. Kemungkinan juga terkena Dengue. Duh, saya langsung menelpon babysitter saya disana agar segera menemui dokter di rumah sakit terdekat.

Rasa-rasanya rumah memang perlu di-fogging nih!

Alhamdulillah Naya baik-baik saja, Malah jadi hiburan buat saya selama sakit. Pernah ya, Naya menghampiri saya yang sedang terkapar di kamar.

Naya : " Ma, mama satit (Sakit, -Red) ya?

Meta : "Iya sayang."

Naya : "Satit apa ma?"

Meta: "Panas kak."

Lalu Naya ngibrit lari ke kamarnya mengambil buku gambar dan mulai mengipasi emaknya ini semacam sate hahaha.

Naya: "Ma dikipas-kipas bial dingin ma!"

Saat menulis postingan ini saya masih dirawat di RS nih, masih dengan infus di tangan. Hahaha bandel banget yak? Habis saya engga bisa nganggur sih, bawaannya pengen kerja melulu:p Jangan ditiru ya! Bedrest sangat penting buat yang terkena demam berdarah:D

Sekedar mengingatkan karena sekarang musim penghujan, biasanya demam berdarah akan mewabah. Jaga kebersihan lingkungan, kalau perlu minta fogging ke dinas kesehatan setempat. Kalau ada anggota keluarga yang panas, segera ke dokter jangan sampai terlambat. Bisa berabe akibatnya.

Saya akhirnya ngalamin sendiri terkena demam berdarah. Engga enak sama sekali. Yah, mana ada sih sakit yang enak ya:P

Jaga kesehatan yaaaa semua!

2 comments:

Vicky Laurentina said...

Walah, kasihan.
Semoga cepat sembuh ya :)

Meta Hanindita said...

Thank you:)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...