Awalnya saya merasa sangat pusing. Entah karena kurang tidur
atau terlalu capek -thx to jadwal jaga yang menumpuk-, yang jelas kepala saya
terasa berat dan berdenyut-denyut sepanjang hari.
Walaupun begitu, karena keesokan harinya suami akan pergi
dinas luar pulau di Soe -3 jam perjalanan dari Kupang- dan babysitter Naya juga
akan pulang kampung, saya menyempatkan diri untuk berbelanja segala kebutuhan
rumah tangga di supermarket.
Di supermarket inilah saya baru merasakan badan saya nyeri
semua, mungkin hampir persis seperti tertindih orang sekampung. Beneran deh,
engga enak banget!
Saya masih belum berpikiran macam-macam. Saya pikir ini
semua karena stress mau maju ilmiah sidang case report saja. Memang, sebagai
ratu stress, saya ini gampaaaaaang sekali merasa stress. Daaaaaan..biasanya
stress ini diikuti dengan gangguan kesehatan. Misalnya, saat mau maju untuk
morning report, saya bisa mulas-mulas dan diare. Saat waktunya presentasi problem
case, saya bisa dipastikan akan mual dan muntah. Apalagi kalau akan menghadapi
ujian, waaah mulai pusing, diare, takikardi, hiperhidrosis, semua ada deh!
Kembali ke soal si pusing.
Sore harinya sepulang dari supermarket, saya merasa sangat
kedinginan. Saya dobel selimut dan matikan AC. Saya langsung merasa kalau suhu
tubuh saya pasti sebentar lagi akan beranjak naik. Betul saja, beberapa saat
setelah menggigil, suhu saya mencapai hampir 40 derajat celsius!
Menurut suami, saya mengigau tak henti-henti sepanjang malam
dengan suhu tubuh yang tak juga turun. Suami menanyakan ke saya apakah saya
ingin dibawa ke rumah sakit untuk cek darah atau diinfus, tetapi karena baru
hari pertama, saya tidak mau. Saya yakin kalaupun dicek darah hasilnya pasti
masih normal. Selain itu saya masih bisa minum banyak sehingga tidak perlu
diinfus.
Keesokan harinya, sebelum berangkat ke airport, suami
membelikan saya bubur ayam langganan. Biasanya saya bisa menghabiskan seporsi
penuh. Tapi ini sesendok saja susaaaah sekali ditelan. Nafsu makan menghilang,
namun saya tetap memaksakan diri makan sebanyak-banyaknya karena malas diinfus.
Selama 2 hari setelahnya saya benar-benar engga bisa
ngapa-ngapain. Suhu tubuh yang naik turun, pusing berat membuat saya terkapar
di tempat tidur. Naya, yang tumben-tumbenan bisa melihat emaknya di rumah
seharian tentu bahagia sekali. Apalagi karena babysitternya pulang, Naya
menempel terus ke saya. Saya juga baru tahu ternyata ART saya sama-sama panas
tinggi. Duh! Saya engga mungkin menyerahkan Naya kepadanya, sehingga walaupun
lemas dan pusing luar biasa, saya handle semua urusan Naya. Untungnya, ada
warnen babysitter yang bisa saya panggil untuk menggantikan sementara.
Lumayanlah. Oh ya di hari ke-3 saya memeriksakan darah dan menyimpulkan bahwa
saya positif terkena Dengue Fever. Hanya saja karena intake masih baik dan
trombosit saya tidak terlalu rendah, saya memutuskan untuk bedrest saja di
rumah.
Hari ke 4, saya memaksakan diri masuk ke rumah sakit karena
harus maju presentasi case report di ruang sidang. Iyaa, engga bisa ditunda!
Apapun alasannya, kalau saya tidak maju hari ini, saya harus mengulang stase
satu bulan. Duh, menbayangkannya saja sudah malas ya. Akhirnya saya
nekad-nekadan tetap pergi ke rumah sakit naik taksi untuk presentasi sambil
berdoa, semoga saat presentasi saya kuat berdiri, engga pingsan dan engga
sampai syok di tengah-tengah ilmiah. Saya sudah engga peduli soal nilai, yang penting
maju!
Saat maju presentasi, saya sudah merasa ada yang engga
beres. Keringat dingin membasahi seluruh badan saya. Tangan dan kaki saya
dingin seperti tidak dialiri darah. Saya pun merasa lemas sekali. Walalupun
begitu, saya berusaha menyelesaikan presentasi sebaik mungkin. Saya engga ingin
ada yang tahu kalau saya sedang sakit. Saat sessi pertanyaan, saya hampir engga
bisa mencerna pertanyaan penguji dengan baik. Tapi saya usahakan menjawab
sebisa saya. (Alhamdulillah setelahnya saya tahu saya lulus dengan nilai yang
sangat tinggi.).
Sehabis presentasi, saya merasa pusing sekali dan memutuskan
untuk memeriksa darah dulu. Hasilnya lumayan baik, sehingga saya memberanikan
diri pulang ke rumah diantar oleh seorang teman dengan taksi untuk melanjutkan
istirahat.
Keesokan harinya, hari ke-5 panas atau masa-masa kritis
dalam demam berdarah, saya kebagian tugas jaga. Saya sudah mencari ganti untuk
menukar jadwal jaga tapi sayangnya tidak ada teman yang bisa. Saya nekad jaga
dalam kondisi masih lemas. Saya meminta tolong perawat mengambilkan darah untuk
diperiksakan di laboratorium. Dan ternyataaaaa.. saat akan diambil darah, nadi
saya hampir engga teraba, jarum sudah berulang kali masuk ke pembuluh darah
tapi darah tak kunjung keluar. Saya langsung tahu kalau saya sedang syok.
Secara sadar, saya meminta perawat untuk mengrojok saya dengan larutan infus
Ringer Laktat sambil meminta balabantuan jaga SOS.
Syukurlah teman saya yang baik hati dan dermawan datang
untuk menggantikan jaga. Saya langsung pindah ke rumah sakit dengan status
pasien dan dirawat karena demam berdarah alias Dengue Hemorrhagic Fever, bukan
lagi Dengue Fever.
Yang menyedihkan, ternyata selain saya dan ART yang terkena
Dengue, babysitter yang terlanjur pulang pun sakit panas tinggi di kampungnya.
Kemungkinan juga terkena Dengue. Duh, saya langsung menelpon babysitter saya
disana agar segera menemui dokter di rumah sakit terdekat.
Rasa-rasanya rumah memang perlu di-fogging nih!
Alhamdulillah Naya baik-baik saja, Malah jadi hiburan buat
saya selama sakit. Pernah ya, Naya menghampiri saya yang sedang terkapar di
kamar.
Naya : " Ma, mama satit (Sakit, -Red) ya?
Meta : "Iya sayang."
Naya : "Satit apa ma?"
Meta: "Panas kak."
Lalu Naya ngibrit lari ke kamarnya mengambil buku gambar dan
mulai mengipasi emaknya ini semacam sate hahaha.
Naya: "Ma dikipas-kipas bial dingin ma!"
Saat menulis postingan ini saya masih dirawat di RS nih,
masih dengan infus di tangan. Hahaha bandel banget yak? Habis saya engga bisa
nganggur sih, bawaannya pengen kerja melulu:p Jangan ditiru ya! Bedrest sangat
penting buat yang terkena demam berdarah:D
Sekedar mengingatkan karena sekarang musim penghujan,
biasanya demam berdarah akan mewabah. Jaga kebersihan lingkungan, kalau perlu
minta fogging ke dinas kesehatan setempat. Kalau ada anggota keluarga yang
panas, segera ke dokter jangan sampai terlambat. Bisa berabe akibatnya.
Saya akhirnya ngalamin sendiri terkena demam berdarah. Engga
enak sama sekali. Yah, mana ada sih sakit yang enak ya:P
Jaga kesehatan yaaaa semua!
2 comments:
Walah, kasihan.
Semoga cepat sembuh ya :)
Thank you:)
Post a Comment