Friday, September 28, 2012

Speech Delay -2

Bulan ini, saya bertugas di divisi Tumbuh Kembang Anak. Menyenangkan sekali lho bertugas disini. Mumpung masih inget, saya share sedikit ya!

Dari banyak kasus yang saya tangani, banyak sekali orangtua yang datang mengeluh, "Kok anak saya belum bisa bicara lancar ya, dok". Kebanyakan sih pasien seperti ini datang dan dikonsulkan setelah berusia 2 tahun. Walaupun ada juga yang datang saat berusia errrr...7 tahun!-_-"
-Bayangkan, baru datang ke dokter karena belum bisa bicara lancar dan tidak diterima saat mendaftar sekolah-

Sebetulnya saya pernah menulis sekilas soal Speech Delay ini, tapi sekarang saya coba menulis lebih dalam ya!

Jadi begini, setiap pasien yang datang ke poli Tumbuh Kembang, apapun alasannya (telat bicara, telat jalan, belum bisa duduk, belum bisa berdiri, etc), harus discreening dulu menggunakan uji screening perkembangan, Denver II.

Buat yang susah nyari Denver berbahasa Indonesia, ini saya kasih formnya yaaa..
Denver II

Ada 4 aspek secara garis besar yang akan dinilai berdasarkan Denver II ini. Motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal-sosial.

Motorik kasar adalah  gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Misalnya mengangkat kepala, duduk, berdiri, berjalan, lari, lompat, dll.

Motorik halus adalah gerakan yang membutuhkan otot-otot kecil, seperti menumpuk kubus, menulis, menggambar, mencoret-coret. Guru Saya pernah bilang, motorik halus inilah yang paling complicated di antara semuanya karena membutuhkan koordinasi antara otak, otot kecil dengan mata/telinga.

Bahasa, kemampuan berbahasa, dan personal sosial, kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Pasien yang datang akan dihitung umurnya berdasarkan tanggal lahir. Kemudian, dibuat garis lurus sesuai umur di Denver II. Setelah itu semua kemampuan yang ada akan diuji. Kalau normal, kemampuan yang 'ditembus' garis lurus tadi akan pass atau lulus. Artinya pasien bisa melakukan semua kegiatan atau milestone sesuai usianya. Tapi kalau tidak bisa, artinya F atau Failed. Inilah yang perlu dikaji lebih lanjut. Jangan lupa, untuk yang lahir prematur, maka jika masih berumur di bawah 2 tahun saat datang, kemampuannya harus diuji sesuai umur koreks.

Saya kasih contoh satu kasus deh. X, berusia 6 bulan dibawa orangtuanya ke poli Tumbuh Kembang dengan keluhan belum bisa duduk sendiri. "Anak tetangga yang seumuran semua sudah bisa duduk sendiri dok". Setelah ditanya, ternyata X ini dulunya lahir prematur di usia kehamilan 28 minggu. Nah artinya usia koreksi X saat ini adalah 6 bulan - 12 minggu (3 bulan) = 3 bulan. Tarik garis lurus sejajar umur 3 bulan, memanglah normal kalau belum bisa duduk sendiri:D

Contoh lain lagi nih. Sebut aja Y, usia 2 tahun, dibawa orangtuanya tidak bisa bicara dengan lancar. Dari riwayat kelahiran, tidak didapatkan kelahiran prematur. Menurut orangtuanya, Y ini anak pertama, sehari-hari diasuh oleh babysitter karena ibu dan ayahnya sama-sama sibuk bekerja. Sampai umur 2 tahun, Y tidak bisa mengucapkan kata-kata dengan jelas, tapi hanya bisa ngomong "Mbeeek" dan "Hahaha". Belum bisa ngomong mama/papa secara spesifik. Selain itu, ibu mengeluhkan Y ini sukanya marah-marah sendiri.

Setelah discreening menggunakan Denver II, didapatkan kemampuan Y sebagai berikut: Motorik kasar sesuai usia, motorik halus pun sesuai usia, personal sosial sesuai usia, hanya bahasanya saja yang terlambat. Di usianya yang ke 24 bulan, kemampuan berbahasa Y hanya sesuai dengan usia 9 bulan.

Alright, apa yang bisa kita dapat dari kasus kedua ini?
Sebelum membahas, saya mau menjelaskan sedikit proses bicara dulu nih.
Secara garis besar, bisa dilihat di skema ini: (Maapkan kalau engga bagus yaa, maklum saya engga bisa gambar:p)
Proses Bicara, by: Meta Hanindita
Jadi awalnya, anak mendapat input atau stimulasi berupa stimulasi audio maupun visual yang akan diterima mata/telinga, kemudia masuk ke otak yang akan diproses sedemikian rupa sehingga anak mengerti, dan bisa mengekspresikan lewat komunikasi verbal atau bicara. Kemampuan berbahasa ini erat sekali hubungannya dengan kemampuan kognitif, perilaku dan emosi anak. Misalnya begini, bayangin deh kalau kita engga bisa berkomunikasi dengan orang lain? Engga ngerti orang ngomong apa, dan engga bisa melakukan sesuatu biar dimengerti. Depresi engga? Pastinya jadi emosian banget kan?:D

Kembali ke kasus ke-2 kita yaa..

Pertama, karena tidak ada keterlambatan di motorik kasar maupun halus, kita boleh yakin kalau tidak ada gangguan di otak Y. Kalau lihat di skema proses bicara, setelah gangguan otak bisa dicoret, kita bisa concern sama faktor lainnya. Input dan mata/telinga. Kita juga perlu mengetahui kira-kira Y ini punya gangguan dalam reseptif atau ekspresif yang bisa dites melalui ELMS (Early Language Milestone Scale). Ada aspek visual pada ELMS ini juga, sehingga kalau lulus, gangguan penglihatan bisa disingkirkan.  Untuk mencoret adanya gangguan pendengaran, perlu dilakukan tes pendengaran. Ternyata tes pendengaran Y ini hasilnya normal. Engingennnng... terus apa dong penyebabnya?

Lagi-lagi, liat yuk skema diatas. Gangguan otak, mata, telinga sudah disingkirkan. Berarti tinggal apa? Yes, input!

Kalau melihat riwayat Y, yang diasuh sehari-hari sama babysitter, besar memang kemungkinan Y mengalami speech delay karena kurangnya input/stimulasi. Setelah ditanya lebih jauh lagi, bener dong, ternyata selama ayah ibu bekerja, Y ini dibiarkan nonton TV (Shaun The Sheep, terutama) seharian oleh babysitternya. Yaaa wajar dong ya kalau akhirnya Y cuma bisa mengembik layaknya Shaun The Sheep-_-".

"Kan biar pinter dok, nontonnya juga acara yang mendidik kok. Kadang-kadang nonton Baby TV juga"

Errrr... untuk anak kecil, yang tingkat konsentrasinya masih rendah (baca:masih sebentar-sebentar), menonton gambar di televisi yang berubah atau bergerak sepersekian detik itu besar kemungkinannya engga dimengerti lho. Apalagi kalau tayangan TVnya bahasa Inggris. Bahasa ibu aja belum bisa, kok ya disodorin acara bahasa Inggris:p Yang paling penting sebetulnya adalah stimulasi dari orang terdekat, mengajak bicara dua arah, dengan bahasa yang sederhana. Bukan bahasa TV.

Jadi apa yang harus dilakukan?
Gampang jawabannya, stimulasi. Pakai stimulasi sesuai umur yang bisa dimengerti anak, buang TVnya. (Kalau mau dihibahkan ke saya juga boleh:p). Boleh dengan speech therapy, tapi harus diulang-ulang terus di rumah.

Apa bisa jadi normal?
Karena Y datang saat usianya 2 tahun, masih belum terlambat untuk distimulasi. Jadi, ya insyaAllah masih bisa normal. Tapiiii, kalau terlambat jauh (7 tahun misalnya errrr), yaaa yang pasti butuh usaha lebih berat lagi.

Jangan santai-santai aja menghadapi speech delay ini, karena ini serius lho! Bayangin kalau berlarut-larut, sampai menganggu kemampuan kognitif/perilaku/emosionalnya. Mau? *amit-amit*

"Eh tapi dok, tetangga saya ada tuh yang sampai umur 3 tahun engga bisa ngomong apa-apa sama sekali. Tiba-tiba aja pas umur 5 tahun langsung cereweeeeet ngomong segala macem."

Yaaa, emang ada kasus kaya begini. Namanya Late Bloomers. Memang engga perlu diapa-apain, bakal bisa bicara sendiri. Tapi iya kalau emang bener late bloomers, kalau beneran speech delay? Mau tanggung resikonya? Lagian engga kaya obat-obatan, stimulasi ini engga ada efek sampingnya sama sekali. Malah bisa memperkuat bonding :D (Kalau dilakuin sama orangtuanya ya tapi)

Sekian share saya tentang speech delay, semoga bermanfaat!:D


2 comments:

Bunda 'Aqila said...

Nice Post dr. Meta....saya sebelumnya nggak gitu ngeh deh yang beginian, cuma setau saya kalo bayi sering diajak ngomong,diajarin banyak kosa kata jd cepet ngomongnya. Alhamdulillah nanny anak saya emang rajin banget ngajak ngomong Aqila jd skrg di usia 2 tahun sudah termasuk lancar bicaranya dibanding temen seusianya. nah kasus ponakan saya nih tiap hari diasuh nanny juga tp pendiem banget plus (maaf : agak o'on) nah sampai usia 2 tahun skrg (usianya selisih 1 bulan dgn anak saya) belum bisa ngomong juga, berusaha diajarin pun dia kayaknya cuek aja..susah banget kalo kata ibunya. Kayaknya perlu dibawa ke klinik tumbuh kembang ya biar daper penanganan yang lebih tepat.

Anonymous said...

thank you udah diingetin lewat post ini. hafidz 16month, baru 4 kata, kemarin konsul ke dsa-nya, kalau sampai 18bulan belum mencapai 6 kata perlu ikut terapi (semoga ga perlu yaa). btw, ijin kulink blognya ya dok meta :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...